Apakah Beribadah Bisa Memasukkanmu ke Dalam Neraka?
Agama | 2025-05-24 15:27:12
Ibadah, merupakan kewajiban bagi seluruh umat beragama, terutama umat muslim. Ibadah merupakan sarana bagi umat muslim untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. namun, apakah ibadah bisa menjerumuskan kita kedalam neraka?. Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis menyajikan kritik tajam terhadap praktik keagamaan yang hanya berfokus pada ibadah ritual semata tanpa memperhatikan tanggung jawab sebagai mahluk sosial.
Dalam cerpen ini, mengisahkan seorang kakek yang menjadi penjaga Surau semasa hidupnya. Beliau merupakan orang yang hidup dalam kemiskinan, tidak berkeluarga, dan menggantungkan hidupnya pada sedekah saja, namun kakek merasa puas karena ia telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah SWT.
Hari demi hari berlalu, sebagai penjaga surau. Kakek yang biasanya terlihat di Surau tiba tiba tidak terlihat, ia merasa frustasi, dan memikirkan nasibnya. Itu semua terjadi karena ia baru saja mendengarkan cerita dari Ajo Sidi, dalam cerita itu Ajo Sidi mengisahkan seorang yang taat beribadah namun masuk Neraka yaitu Haji Saleh.
Haji Saleh merupakan ahli ibadah, yang selalu menghabiskan waktunya untuk beribadah saja, sampai ajal menjemputnya. Tiba pada saat hari penghakiman, Haji Saleh terkejut dengan hasil yang ia dapat, ia tidak percaya bahwasanya ia dimasukkan kedalam Neraka. Ia berfikir bahwa ia selalu beribadah, dan menyembah Allah semasa hidupnya, namun ia malah dimasukkan kedalam Neraka. Kenapa?.. Itu lah pertanyaan yang muncul didalam benaknya.
Setelah mendapat hasil yang tidak bisa ia terima, Haji Saleh pun protes kepada Allah SWT, bahwasanya ia selalu taat beribadah dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk menyembah Allah SWT. Namun jawaban demi jawaban yang diberikan oleh Allah, justru membuatnya terdiam membisu, tidak berani lagi memproses kepada Allah. Allah menjelaskan bahwa meskipun Haji Saleh rajin beribadah, ia mengabaikan tanggung jawab sosialnya. Ia tinggal di negeri yang kaya, namun membiarkan dirinya dan keturunannya hidup dalam kemiskinan karena lebih memilih beribadah tanpa berusaha meningkatkan kesejahteraan mereka. Allah menegaskan bahwa ibadah tanpa tindakan nyata untuk memperbaiki kehidupan sekitar adalah bentuk keegoisan.
Cerita ini sangat mengguncang kakek penjaga surau. Ia merasa bahwa kisah Haji Saleh mencerminkan kehidupannya sendiri, menghabiskan waktu untuk beribadah tanpa memikirkan kesejahteraan diri dan masyarakat sekitarnya. Hal itu pun membuatnya frustasi dan rasa takut pun menghantuinya, tak lama setelah itu pun kakek mengakhiri hidupnya.
Cerpen ini mengajak kita untuk merefleksikan makna sejati dari ibadah dan pengabdian kepada Tuhan. Apakah kita sudah menyeimbangkan antara ibadah ritual dan tanggung jawab sosial? Atau justru, hal yang kita kerjakan selama ini malah menjauhkan kita dari surga?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
