Tokoh Perempuan dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane
Sastra | 2025-05-17 14:13:23
Secara garis besar novel Belenggu menceritakan kehidupan rumah tangga Sukartono (Tono) dengan Sumartini (Tini). Kehidupan rumah tangga mereka sedikit tidak sehat, lantaran keduanya saling menyalahkan dan hanya diam ketika memiliki masalah. Tono yang tidak menyukai jika istrinya berbuat semaunya, sedangkan Tini tidak ingin dikekang dalam hal ini dia menganggap jika hak perempuan dan laki-laki itu sama. Oleh karena sikap istrinya (Tini) Sukartono pun menjadi tidak betah dan malas diam di rumah.
Pada saat dia menerima panggilan telepon dari pasiennya yang ternyata seorang teman lama semasa ia masih di Bandung. Tono pun merasa tertarik kepada temannya itu yang bernama Robiyah (Iyah). Alasan ketertarikan Tono kepada Iyah tidak lain dan tidak bukan karena Iyah lah sosok yang diimpikan oleh Tono sebaga seorang istri. Iyah adalah sosok yang termasuk ke dalam kriteria dia sebagai seorang istri, karena Tono menginginkan seorang istri yang melayani dia dan menuruti semua perkatannya. Semua kriteria tersebut dapat disanggupi oleh Iyah jika dia menjadi istri Tono.
Berbeda dengan Iyah, Tini merupakan seseorang yang sangat menjunjung tinggi emansipasi wanita. Hal tersebut digambarkn jika Iyah semasa kuliahnya adalah seorang aktivis yang selalu membela wanita dan haknya. Sedangkan Iyah merupakan seseorang yang ditinggalkan oleh teman lamanya (Tono) yang kemudian dijodohkan oleh Bapaknya dengan laki-laki yang memiliki gap umur 20 tahun di atas Iyah. Setelah menikah dan pada akhirnya suaminya meninggal, Iyah pun kabur dari rumah menuju Betawi. Selama hidup di betawi, Iyah bertahan hidup dengan menjadi seorang PSK yang bertahan hidup dari hotel satu ke hotel lainnya. Oleh karena itulah, Iyah memiliki siasat untuk bisa bertahan hidup dengan menjadi istri Tono dengan baik.
Ending dari novel ini, yaitu Tono tidak memiliki salah satu bahkan kedua wanita tersebut. Rumah Tangga Tini dan Tono hancur karena Tono selingkuh dengan Iyah. Oleh karena itu, Tini minta berpisah dengan Tono, lagi pula Tini sudah muak dengan segala sikap suami yang ingin dirajakan, oleh karena itu Tini memilih untuk memberikan Tono untuk Iyah. Sedangkan, yang terjadi pada Tono dan Iyah adalah karena ternyata Iyah adalah seorang penyanyi keroncong yang Tono sukai selama ini. Tono tidak suka pada wanita yang sering ke luar rumah atau menghabiskan waktunya di luar rumah, oleh sebab itu ia meninggalkan Iyah.
***
Waduhhh prenn.. kasihan juga ya Tono, eitss kalian sadar gak sih kalo sikap yang dimiliki sama Tini itu mencerminkan Feminisme? Menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Gerakan feminisme adalah kumpulan upaya sosial, politik, dan ideologi yang bertujuan untuk mewujudkan hak-hak yang setara bagi wanita dan pria dalam ranah politik, ekonomi, kehidupan personal, dan interaksi sosial. Nah dari sikap Tini ini kita bisa masukan kedalam gerakan feminisme, karena dari sikap Tini yang menginginkan kebebasan dan haknya disamakan dengan suaminya itu sudah menjadi ciri bahwa novel ini menyinggung feminisme juga. KIra-kira apa ya alasan Armijn Pane memberikan karater feminisme kepada Tini? Yuk kita bahas.
Novel Belenggu terbit pada tahun 1940 diterbitkan di Poedjangga Baroe Dian Rakyat, pada ceritanya novel ini mengangkat latar waktu tahun 1930-an. Jika kita menilik ke tahun 1928, yang dimana terjadinya kongres wanita, mungkin saja Armijn Pane ingin menyampaikan bahwa terdapat efek dari kongres tersebut kepada pola fikir masyarakat. Jika dilihat dari waktunya, memang terlihat cukup jauh gap waktunya, akan tetapi jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari gerakan kongres wanita ini sangat makesense.
***
Litza Nadya Marita (41)
(uts kapros)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
