Patriarki dalam Novel Kehilangan Mestika dan Dampaknya Terhadap Perempuan
Sastra | 2025-05-16 22:16:13Patriarki adalah sistem sosial di mana laki-laki memiliki dominasi atau kontrol terhadap perempuan, baik dalam ranah keluarga, pekerjaan, maupun kehidupan sosial. Dalam novel Kehilangan Mestika karya sastrawan Indonesia, kita dapat melihat berbagai bentuk patriarki yang mempengaruhi kehidupan perempuan, khususnya tokoh utama, Hamidah. Melalui cerita ini, kita dapat memahami bagaimana budaya patriarki mendominasi kehidupan perempuan, membatasi kebebasan mereka, dan sering kali memposisikan perempuan sebagai pihak yang selalu berada di bawah.
1. Patriarki dalam Produksi Rumah Tangga
Salah satu bentuk patriarki yang muncul dalam novel ini adalah penugasan perempuan untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, seperti memasak dan mengasuh anak. Dalam masyarakat patriarkal, perempuan sering kali dianggap sebagai "pengurus rumah tangga" dan segala aktivitas mereka lebih banyak dinilai berdasarkan seberapa baik mereka melaksanakan tugas domestik.
Contohnya, dalam kutipan yang diambil dari novel ini, Hamidah merasa dipermalukan karena masakannya dicaci oleh keluarga Idrus, meskipun ia sudah berusaha. Komentar bibi bungsu Idrus yang membandingkan kemampuan memasaknya dengan perempuan yang tidak berpendidikan menggambarkan bagaimana masyarakat patriarkal seringkali mengukur nilai perempuan hanya dari tugas-tugas rumah tangga. Ini menunjukkan betapa perempuan diberi tugas dan tanggung jawab yang seolah menjadi kewajiban utama mereka, tanpa melihat aspek lainnya seperti pendidikan dan potensi pribadi mereka.
2. Patriarki dalam Seksualitas
Patriarki juga terlihat dalam cara masyarakat menilai seksualitas perempuan. Dalam kutipan lainnya, Hamidah merasa dihina hanya karena menjawab sapaan seorang pemuda dengan sopan. Dalam pandangan masyarakat sekitar, perempuan seharusnya tidak terlalu ramah atau terbuka terhadap laki-laki yang bukan keluarga. Perempuan yang tidak mematuhi aturan sosial ini dianggap "murahan" atau tidak terhormat.
Hal ini menggambarkan bagaimana perempuan dalam masyarakat patriarkal selalu dipandang sebagai objek yang harus menjaga kehormatan dan citra mereka. Mereka harus menahan diri dan mengikuti norma sosial yang ada, meskipun pada kenyataannya mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Dalam hal ini, patriarki mengontrol perilaku perempuan dan menempatkan mereka dalam posisi yang sangat terbatas dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama laki-laki.
3. Patriarki dalam Kekerasan
Selain itu, patriarki juga sering terwujud dalam bentuk kekerasan terhadap perempuan, baik fisik, psikis, maupun verbal. Dalam novel ini, Hamidah menerima penghinaan dari keluarga dan saudara iparnya hanya karena ia dianggap menggoda ketika membalas sapaan seorang pemuda. Padahal, ia hanya menunjukkan sikap sopan kepada orang yang menyapanya. Kekerasan verbal seperti ini sangat sering dialami perempuan dalam sistem patriarki, di mana mereka dianggap selalu salah jika melanggar norma yang sudah ditetapkan oleh masyarakat, meskipun mereka tidak melakukan tindakan yang salah.
4. Patriarki dalam Budaya
Bentuk patriarki lainnya yang terlihat dalam Kehilangan Mestika adalah bagaimana budaya dan adat setempat memaksakan tuntutan tertentu kepada perempuan, terutama mengenai peran feminin yang harus mereka jalani. Dalam masyarakat Hamidah, gadis-gadis diharuskan untuk dipingit, tidak boleh terlihat oleh orang lain, apalagi oleh laki-laki yang bukan keluarga mereka. Aturan-aturan ketat ini didasarkan pada adat yang sering kali dianggap sebagai bagian dari syariat agama.
Hamidah mencita-citakan perubahan, di mana perempuan bisa bebas seperti saudara-saudara perempuan di daerah lain yang memiliki kebebasan lebih. Namun, di lingkungan sekitarnya, pandangan tradisional ini sangat mengikat dan membatasi ruang gerak perempuan. Mereka harus mematuhi aturan-aturan ketat mengenai cara berpakaian, berperilaku, dan berinteraksi dengan dunia luar, sehingga kebebasan mereka sangat terbatas.
Melalui Kehilangan Mestika, kita dapat melihat bagaimana patriarki merasuk dalam berbagai aspek kehidupan perempuan. Dari tugas rumah tangga yang dianggap sebagai kewajiban utama perempuan, aturan-aturan sosial yang mengatur perilaku mereka, hingga kekerasan verbal yang sering mereka alami, patriarki menempatkan perempuan dalam posisi yang terpinggirkan dan terbatas. Novel ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana patriarki membentuk kehidupan perempuan dan bagaimana perjuangan untuk melawan struktur patriarki ini sangat penting agar perempuan bisa mendapatkan kebebasan yang lebih besar dalam menentukan jalan hidup mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
