Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhimas Wisnu Mahendra

Wayang Akhir Zaman #001: Pratanda Goro-Goro

Sastra | 2025-05-16 16:26:57

"Mo! Mo? Romoooo! Duh dimana sich Romo nich, kalo dicariin pas ga pernah ada! Tiap dicari gak ada! Gak adanya kok pas tiap dicariin?"

"Berisik banget! Orang lagi enak masyuk mimpi jadi buyar, ono opo tho, Reng? Heboh banget, kaya nanti sore mo kiamat aja!"

"Kiamat emang udah dekat, kang Petruk!"

"Masih lamaaa, Gareng! Helooow! Ini masih Dwapara Yuga kali, Kali Yuga aja belum, nanti tuh di zaman akhir baru pemenuhan janji-janji sabda itu terbukti! Balasan karma baik dan jahat terbayar sempurna bahkan kontan!""Tapi tapi tapi..."

"Wis tho! Aku ki wis dibisiki ama salah satu dewa di kahyangan, orang dalam! Udah ada bocoran jadi santai, tenang aja! Pergantian zaman tak akan terjadi jika belum ada Goro-goro! Sudah ketentuan..."

"Walah, gak bisa gitu Kang Petruk! Bahkan dewa semestinya tidak tahu kapan datang kiamat selain hanya membaca tanda-tandanya!"

"Lha memang hanya Sang Hyang Tunggal yang tahu kapan pastinya, para dewata pun cuma dikasih tahu pratanda, nah sekarang aku tanya, yang ngasih tahu tanda-tanda akhir zaman itu pada manusia siapa?"

"Yaaa... Dewa!"

"Nah! Dewa siapa?"

"Yaaa... Tentunya yang jujur amanah bisa dipercaya, yang waskita lagi tanggap ing sasmita, yang bersih ruhaninya sehingga mampu bening hati menerima rahasia-rahasia kadewatan!"

"Kalo dia amanah, kenapa malah dibocorkan rahasia itu pada manusia?"

"Lha podho, yang bocorin ke Kang Petruk juga siapa?"

"Ada lah! Salah satu ajudan dari kementerian Bathara Penyarikan! Tapi jangan bilang-bilang kalo aku bilang ya Reng!"

"Lha pada bae, Kang Petruk juga udah membocorkan tandanya tidak amanah, lha itu salah satu tanda dekatnya akhir zaman! Baik Kang Petruk maupun dewa bocor itu jelas telah melanggar kode etik dewata! Hati-hati Kang, ada hukuman dan balasannya lho!"

"Iya ya, kok aku jadi ikut bocor gini? Apa aku juga sudah mulai kena daya gelap Kali Yuga? Memang sich aku juga tahu zaman ini segera berakhir dan digantikan, dengan zaman yang lebih buruk hingga hancur-hancuran, sebab itu memang ginaris suratan, sebelum Cakra Manggilingan kembali berputar, Kali setelah Dwapara adalah niscaya yang tak terhindarkan untuk bisa kembali ke zaman dharma, Satya Yuga! Ahhh, aku rindu zaman damai itu, Reng!"

"Kang Petruk memang ikut Romo Semar sudah berapa ribu warsa?"

"Mbuh Reng, suwi pokoke sampe males bosan aku menghitungnya. Entah sudah berapa Yuga, bahkan Manwantara, hingga entah kapan berakhirnya Kalpa, hiya itu Kiamat yang sebenarnya!"

"Para dewa itu apa gak pernah bosan hidup ya?"

"Hush! Kamu dah bosan hidup? Mereka memang diciptakan berumur amat panjang, tak seperti manusia, sudah pendek usia, cepet pikunnya! Makanya butuh abdi seperti kita-kita ini untuk selalu mengingatkan mereka. Lagian kenapa jadi kita yang kena getahnya sich? Harusnya khan tugas mereka juga?"

"Dewa bisa males juga ya Kang Petruk?"

"Mulai ngelunjak kamu Reng!"

"Abis Kang Petruk mancing sich! Masa dewa makan gaji buta? Tapi memang dari zaman ke zaman selalu ada yang ditunjuk ditetapkan, dewa atau resi pinandita yang memang sudah mendapat izin prinsip dari Sang Hyang Tunggal, yang memang diberi tugas untuk memberi petunjuk, demi hikmah sarana pembelajaran, agar manusia eling lan waspadha! Karena manusia itu sifatnya lalai, lupa dan lemah hingga mudah tergoda nafsu dan gemerlap dunia! Maka butuh untuk selalu diingatkan, bahwa hidupnya pun punya tugas yang harus ditunai..."

"Tugas apa?"

"Menjalani misi dan menjemput takdir. Yang terlahir ksatria menetapi jalan ksatria. Yang tertakdir menjadi brahmana juga menuju panggilan jiwa. Begitupun Panakawan seperti kita ya memang sudah tugas untuk mendampingi para ksatria mayapada sembari dengan bersahabat memberi pencerahan."

"Lantas bagaimana manusia bisa tahu takdirnya kelak menjadi apa?"

"Mereka tak tahu. Makanya harus berusaha mencari tahu."

"Mencari tahu dimana?"

"Yo di bakul tahu, Kang Petruk!"

"Garing kamu, Reng! Jadi tadi kamu cari Romo ada apa tho sebenarnya?"

"Anu... Raden Abimanyu saat ini khan sedang bertapa, aku baru tahu ternyata bukan hanya Raden Abimanyu yang berusaha mendapatkan Wahyu Cakraningrat! Raden Samba putera Sri Kresna juga! Ini gawat Kang, dia saingan berat bagi Ndoro kita, apalagi putera kandung titisan Bathara Wisnu gitu lhoh!"

"Tenang Reng, dewa apalagi yang sekelas Tri Murti tentu arif tidak boleh nepotisme, mesti adil, yang kejatuhan wahyu agung semestinya yang memang berhak karena kualitas pinunjul yang mumpuni, percayalah kepada kautaman pangeran muda kita! Sejak dalam kandungan ia sudah mendapatkan anugerah Wahyu Hidayat, watak selalu membela kebenaran dan jiwa ksatrianya terasah terus teruji, laku bratanya pun gentur karang teguh, masa Jonggring Salaka tidak terguncang?"

"Kahyangan pun bisa kena gempa yo Kang?"

"Makanya jangan meremehkan manusia, mereka itu bisa mengezutkan! Jika benar, lurus, jujur, maka laku sakti budi baktinya bisa mengalahkan dewata, tapi jika sebaliknya, perosok perilaku dan nasibnya pun bisa lebih hina dibanding binatang!"

"Oya, selain Raden Samba, Raden Lesmana Mandrakumara putera Prabhu Duryudhana juga ikut-ikutan bertapa, emangnya anak manja kaya gitu bisa apa?"

"Lho kamu mulai meremehkan juga tho? Jangan lihat penampilan luar yang kemayu saja, jika niat sudah kuat dan tekadnya memang bulat, siapa tahu wahyu itu justru jatuh padanya? Meski begitu, tugas kita juga untuk mengingatkan junjungan kita Raden Abimanyu agar lebih keras lagi berusaha! Ayo Reng, kita ke pertapaan! Kita temani putera kinasih Raden Arjuna selagi sang ayahanda dan para pamanda Pandawa sedang menjalani Tapa Buang diusir ke tengah hutan..."

"Kapan ya penderitaan mereka akan berakhir? Lagian mereka itu kok ya sabar banget dan manut aja padahal Kurawa yang culas licik keji jahat semena-mena menghina dan memperlakukan mereka sungguh tak layak malah kini berpesta pora menari pongah lagi bertahta di Hastinapura, apa ini namanya ujian ya Kang?"

"Betul Reng! Karena dewata sayang pada Pandawa, makanya mereka terus diuji dan digembleng segembleng-gemblengnya, sebab kelak di pundak merekalah tugas berat menegakkan kebenaran dan keadilan di zaman yang sudah kian rusak bobrok hancur ini, oleh dewata diamanatkan! Tapi untuk itu umat manusia zaman ini harus melewati dulu babak pemuncak cerita yakni Goro-Goro! Sebuah keniscayaan jika ingin mengembalikan dharma setelah gonjang-ganjing diamuk angkara murka durjana! Semoga mereka semua selamat serta dimampukan!"

"Semoga ya, Kang!"[]

(Bersambung)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image