Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syifa syauqiyah Annur

Narasi Perlawanan: Pertarungan Ideologis dalam Novel Kehilangan Mestika

Sastra | 2025-05-15 19:53:54
Sumber: Foto pribadi

Kehilangan Mestika karya Hamidah. Novel ini mengambarkan bentuk ideologi dominan yang kental, mungkin hal ini terjadi dikarenakan kaum lelaki lebih dominan di masa kolonial daripada perempuan sehingga kaum wanita yang hanya minoritas menajadi tertindas dan harus mengikuti dan tunduk atas perlakuan lelaki. Namun tidak bagi Hamidah, ia merupakan wanita yang teguh akan pendirian yang dimiliki olehnya dengan begitu pastinya banyak sekali masyarakat yang menentang sikap Hamidah ini, karena ia ingin melakukan perlawanan yang tidak ingin direndahkan oleh orang lain terutama lelaki.

Dukungan yang didapatkan nya dari sang ayah pun sangat besar. Ayah nya sudah lama menggantikan posisi Ibunya sejak ia berusia 4 tahun. Ayah yang menjadi sosok yang selalu mendukung cita-cita yang dimiliki olehnya walaupun seluruh warga disekitarnya mengunjing dan membicarakannya namun ia tetap tuguh akan pendiriannya.

Novel ini menggunakan teori Ideologi dominan karya Karl Marx, Ideologi dominan sebagai "kesadaran palsu" hal ini dimaksudkan bahwa ideologi dominan terbentuk karena tidak adanya kesadaran yang penuh dan ingin mengikuti hal ataupun perintah yang diberikan tanpa pertentangan. Namun dalam hal ini faktor lingkungan merupakan hal yang penting dalam membentuk ideologi dominan ini, karena pembentukan dominan ini sejak seseorang masih kecil.

Ideologi dominan terbentuk karena adanya suatu komunitas maupun kaum yang lebih banyak anggota nya sehingga dapat memperkuat dan berkeinginan untuk menindas yang lainnya, terutama kaum minoritas yang berada disekitarnya.Hal ini dibuktikan dalam novel yang dibagi berdasarkan point-ponit penting ini:

  1. .............Gadis-gadis mesti dipingit, tak boleh kelihatan oleh orang yang bukan sekeluarga lebih-lebih oleh laki-laki. Adat inilah yang lebih dahulu mesti diperangi. Inilah yang kucita-citakan. Aku ingin melihat saudara-saudaraku senegeri berkeadaan seperti saudara-saudaraku di tanah Jawa.” (KM: 18). Kutikapan ini mengangkat tema berdasarkan nontradisional mengenai isu perjuangan perempuan dan perlawanan terhadap ideologi dominan.
  2. ........Ketika kami mempropagandakan sekolah kami itu ke sana kemari, kesal benar rasa hati kami, sebab di sana sini kami dengar orang mengatakan: "Kami mau belajar, tetapi kami sudah kebesaran. Dan kami bukan seperti saudara sekalian dapat berjalan ke sanasini.” (KM: 48). Kutipan ini menggambarkan tokoh Hamidah yang merepresentasikan perjuangan dan pembebasan perempuan dalam ideologi patriarki.
  3. .........Dan engkau Dah, dahulu telah berjanji hendak menolongku di dalam hal ini. Bukankah begitu?" Ia berdiam diri pula, seraya memandang kepadaku dengan pandang yang menyebabkan darahku naik ke muka. Aku berdiam diri juga. Ya! Apakah yang akan kukatakan?.” (KM: 31). Kutipan ini menggambarkan tokoh Ridhan yang setia dalam mendukung dan mendampingi atas semua keputusan yang dilakukan oleh Hamidah.
  4. "Bukan sekali dua bapakku mendapat surat gelap berisi cacian tentang diriku, tetapi sekalinya itu tak dipedulikan beliau. Suatu kali aku dipanggil bapakku, diceritakannya sekalian itu kepadaku. Dimintanya kepadaku, supaya aku jangan menghilangkan kepercayaannya kepadaku, berbuat sesuatu pekerjaan yang tak layak, yang melanggar kesopanan umum." (KM: 19). Kutipan ini mengambarkan tokoh Ayah Hamidah yang tidak mengikuti nilai patriaki seperti lingkungan di sekitar nya.
  5. “Aku tak mau membukakan rahasia istriku. Ada sesuatu kejadian yang menyebabkan aku terpaksa menceraikan dia dan dia terpaksa meminta cerai daripadaku”. (KM:38). Kutipan ini menyatakan bahwa Ahyar yaitu teman dari Ridhan yang tidak mau membuka aib keluarganya, walaupun hal ini juga berat untuk disimpan sendiri olehnya.

Kutipan favorit saya pada novel ini terdapat dalam halaman 27."Ingat-ingatlah engkau, Dah! Kukatakan kepadamu, bahwa apabila seorang laki-laki menghendaki seorang perempuan, ia tak takut merugi dalam perkara apa saja; asal yang dimaksudnya itu sampai."Dari novel ini jelas-jelas digambarkan bahwa seorang lelaki tidak mungkin mau mengajar sesuatu maupun seseorang yang bukan yang ia inginkan, karena jika dia sudah menginginkan sesuatu pastinya dia akan mengusahakan dengan segala cara untuk mendapatkannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image