Maqashid Syariah sebagai Kompas Ekonomi Muslim
Ekonomi Syariah | 2025-05-06 20:13:48Di tengah persaingan dunia yang makin ketat, banyak pelaku ekonomi terjebak dalam pola pikir sempit: bahwa tujuan utama bisnis hanyalah mencari keuntungan. Padahal, dalam pandangan Islam, ekonomi bukan sekadar soal untung-rugi. Ia adalah jalan menuju keberkahan, keadilan, dan kemaslahatan bersama.
Islam memandang bahwa aktivitas ekonomi adalah bagian dari ibadah. Ia tidak terlepas dari nilai-nilai maqashid syariah, yaitu menjaga agama (hifzhud-din), jiwa (hifzhun-nafs), akal (hifzhul-‘aql), keturunan (hifzhun-nasl), dan harta (hifzhul-mal). Maka, orientasi ekonomi seorang Muslim tak boleh berhenti pada akumulasi kekayaan, tapi juga pada kontribusi sosial dan keberlanjutan hidup.
Menjaga Harta Lewat Cara yang Halal dan Bertanggung Jawab (Hifzhul Mal)
Menjaga harta bukan hanya berarti menghindari pemborosan atau korupsi. Tapi juga memastikan bahwa harta diperoleh dan dikelola secara halal, jujur, serta tidak merugikan orang lain maupun lingkungan.
Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu ” (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menegaskan bahwa mengejar keuntungan bukan hal yang salah, asal dilakukan dengan etika dan tanggung jawab. Inilah dasar ekonomi syariah—menghasilkan manfaat dan keberkahan, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi masyarakat sekitar.
Memberdayakan Masyarakat dan Menjaga Jiwa Sosial (Hifzhun Nafs & Hifzhun Nasl)
Kesejahteraan sosial adalah bagian penting dalam maqashid syariah. Ketimpangan ekonomi tidak bisa diselesaikan dengan sekadar kompetisi bebas. Kita perlu mendorong partisipasi masyarakat, terutama melalui dukungan terhadap UMKM.
Dengan pelatihan, pendampingan, dan kemudahan akses permodalan, pelaku usaha kecil bisa tumbuh mandiri. Ketika ekonomi tersebar merata, lapangan kerja terbuka, dan kesenjangan menyempit—saat itulah ekonomi menjadi alat untuk menjaga nyawa (hifzhun-nafs) dan menjaga keberlangsungan generasi (hifzhun-nasl)
Etika Bisnis dan Kepercayaan Sebagai Fondasi
Dalam ekonomi syariah, etika adalah fondasi. Kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab dalam setiap transaksi bukan sekadar nilai moral—mereka adalah strategi jangka panjang. Kepercayaan konsumen tumbuh dari integritas. Dan kepercayaan adalah aset yang tak ternilai.
Bisnis yang berkah bukan hanya dilihat dari omzet, tapi dari seberapa besar ia dipercaya dan memberi manfaat. Inilah wajah ekonomi Islam—membangun hubungan yang adil dan berkelanjutan.
Ekonomi Sebagai Jalan Menuju Kemaslahatan BersamaEkonomi dalam Islam adalah alat untuk menciptakan kebaikan bersama. Keberkahan hadir saat aktivitas ekonomi membawa manfaat bagi banyak pihak—dari produsen hingga konsumen, dari lingkungan hingga generasi masa depan. Yakinilah bahwa bisnis harus berlandaskan pada prinsip maqashid syariah. Tidak cukup hanya halal, tapi juga harus berdampak baik. Membangun ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tapi juga membawa rahmat dan keseimbangan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
