Solusi Hakiki untuk Palestina
Agama | 2025-04-28 16:46:39
Solusi Hakiki untuk Palestina
Oleh. Rochma Ummu Satirah
Penyerangan tentara Israel ke Palestina, khususnya warga sipil Gaza sudah berlangsung sejak Oktober 2023. Berbagai kecaman dan kutukan dari banyak pihak tak mampu menghentikan ulah brutal Israel ini. Lantas, apa sejatinya yang mampu untuk menghentikan penyerangan dan pendudukan paksa Israel ke Palestina yang menjadi kota suci umat Islam ini?
Korban Masyarakat Sipil Semakin Meningkat
Korban tewas akibat serangan Israel ke Jalur Gaza telah mencapai angka 52.200 sampai Minggu (27/4/2025), tepatnya berjumlah 52.243 orang. Angka ini terhitung semenjak pecah perang Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebutkan bahwa Israel telah membunuh 51 orang dalam 24 jam sampai Minggu malam waktu setempat. Selain itu, ada pula 115 orang terluka akibat serangan di berbagai wilayah di Gaza dalam waktu yang bersamaan. Total korban luka pun mencapai 117.639, (inewd.id/28/4/2025).
Tentu saja penyerangan yang tak seimbang antara tentara dan masyarakat sipil ini memakan korban paling banyak di pihak masyarakat sipil. Ditambah lagi, Israel disinyalir mendapatkan berbagai bantuan dari beberapa negara besar dan perusahaan besar dunia. Karena inilah muncul seruan untuk boikot produk-produk yang disinyalir terafiliasi dengan Israel dan kekuatan militernya.
Sebenarnya Apa yang Terjadi?
Tragedi yang terjadi di Palestina merupakan upaya penjajahan dan perebutan wilayah. Hal ini dapat kita lihat secara terstruktur pada sejarah berdirinya negara Israel dengan Theodor Hazel yang menggandeng Rothschild sebagai pemodalnya. Hazel memiliki impian untuk mendirikan Negara Yahudi.
Saat Hazel atas dukungan Rothchild menghadap Khalifah Sultan Abdul Majid 2 untuk meminta tanah kaum muslimin demi pendirian Negara Yahudi ini, Sultan pun menolaknya mentah-mentah. Kemudian, setelah Perang Dunia I dengan adanya perjanjian Skyes Picot, memberikan ruang bagi Hazel untuk mewujudkan impiannya yaitu mendapatkan tanah kaum muslim demi pendirian Negara Yahudi ini.
Setelah saat itu, berbondong-bondonglah orang Yahudi memasuki wilayah Palestina di mana hal ini juga diamini oleh PBB pada saat itu dengan adanya UN Partition terhadap wilayah Palestina. 55% wilayah akan diberikan kepada Israel sedangkan 45% tetap menjadi milik Palestina. Inilah yang menjadi sebab semakin sempitnya wilayah Palestina sampai saat ini.
Muslim Harus Apa?
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadis yang shahih,
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
Berdasarkan hadis di atas, sudah sewajarnya, umat muslim di dunia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh kaum muslim yang ada di Palestina saat ini. Sayangnya, hal ini tidak terjadi. Bahkan lebih miris lagi, ada sebagian kaum muslim yang berpikir bahwa apa yang ada di Palestina bukanlah urusannya.
Saat ini, sebagian muslim mencukupkan diri dengan mendoakan Palestina. Memang benar, doa adalah satu syariat agama ini dalam meminta sesuatu kepada Rabb kita. Hanya saja, doa tentunya harus diiringi dengan usaha nyata. Sedangkan, saudara-saudara kita di Palestina saat ini membutuhkan bantuan nyata atas penjajahan yang menimpa mereka.
Tawaran lain untuk menolong Palestina adalah melakukan boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Ini pun juga tak mudah dilakukan oleh semua umat Islam. Bahkan, ada sebagian yang merasa sulit untuk melakukan hal ini karena ketergantungan mereka tehadap produk-produk ini.
Terlebih, karena boikot ini dilakukan oleh individu-individu muslim saja, dampaknya dirasakan tidak terlalu significant walaupun memang sudah cukup untuk memberikan kerugian kepada sejumlah perusahaan ini.
Lain halnya jika boikot dilakukan oleh negara. Tentu saja, hasilnya akan lebih massif karena negara akan menghentikan peredaran produk di negaranya. Jika negara yang bergerak, rakyatnya pun juga akan lebih mudah untuk mengikutinya.
Pengiriman bantuan kemanusiaan juga sudah dilakukan oleh gelombang kaum muslimin. Sudah banyak organisasi social yang mengakomodir hal ini. Namun, tetap saja belum mampu mengatasi masalah Palestina. Mirisnya, tak semua bantuan kemanusiaan yang berhasil masuk ke wilayah Palestina karena terjadi blokade oleh tentara Israel untuk menghentikan bantuan agar tidak sampai masuk ke Palestina.
Tawaran solusi perdamaian sepertinya juga tidak bisa berlaku. Sudah berapa banyak perundingan dan kesepakatan yang dibuat dengan pihak Israel. Tapi, seringkali mereka sendirilah yang tidak mematuhi kesepakatan tersebut. Ini juga menjadi tabiat orang Yahudi yang tidak bisa menjaga janjinya.
Solusi two-states atau yang diberikan justru akan melegalkan penjajahan Israel atas Palestina. Hal ini bermakna memberikan penjajah tanah jajahannya secara legal. Solusi dua negara ini justru akan membuat berdirinya negara Israel menjadi legal secara hukum internasional. Tentunya hal ini haruslah ditolak.
Solusi Jihad dan Khilafah
Negeri-negeri muslim yang ada di dunia saat ini, terutama yang ada di sekitar Palestina,s eakan tak memberikan pertolongan yang berarti bagi masalah Palestina. Penguasa negeri-negeri muslim hanya berhenti pada kutukan dan kecaman terhadap apa yang dilakukan oleh Israel. Tak ada tindakan nyata untuk menghentikan serangan militer Israel ke Palestina.
Hal ini membuktika bahwa saat ini kepedulian kepada Palestina tidak dimiliki oleh penguasa-penguasa negeri muslim karena sekat nasionalisme yang ada. Mereka merasa bahwa Palestina bukanlah bagian dari negara mereka.
Inilah yang terjadi sejak daulah Utsmani berhasil diruntuhkan oleh musuh-musuhnya. Umat muslim terpecah menjadi negeri-negeri muslim. Penjajah kafir kemudian menempatkan umala’ atau agen-agen mereka di setiap negeri ini untuk mendukung mereka.
Masalah Palestina hanya bisa diselesaikan dengan persatuan umat Islam di dunia. Mereka semua harus mampu untuk menghilangkan sekat nasionalisme dan bergabung dalam satu komando yaitu menjadi bagian Daulah Khilafah.
Kemudian, dengan komando dari Khalifah, daulah akan mengirimkan tentara militer mereka untuk melawan tentara Israel di Palestina. Dengan inilah, ada upaya nyata untuk mengusir penjajah dari tanah kaum muslim yaitu Palestina. Kalau tidak ada persatuan umat muslim, solusi hakiki masalah Palestina tidak akan tercapai.
Sehingga, tugas dari umat Islam saat ini adalah bersatu dalam naungan khilafah. Karena memang umat Islam ini adalah umat yang satu. Insyaallah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
