Peran Guru dalam Pendidikan: Bagaimana Cara Memilih Guru Menurut Kitab Ta'lim Muta'llim dan Mengapa Guru yang Lebih Tua Harus Diutamakan?
Edukasi | 2025-04-16 03:13:32
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh mengenai pengertian guru, peranannya dalam pendidikan, serta pandangan klasik tentang kriteria ideal seorang guru menurut ajaran Islam, khususnya dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim karya Imam az-Zarnūjī.
Pengertian Guru
Jadi Guru adalah seseorang yang berperan penting penting dalam membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai moral yang akan dibutuhkan siswa untuk sebuah keberhasilan di masa depan. Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan, yaitu guru sebagai fasilitator, motivator, model, penilai, konselor, pengelola kelas, dan perencana. Sebagai guru juga harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam melaksanakan berbagai peran dalam mengoptimalkan potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.
Peran Guru dalam Pendidikan
Peran guru sebagai fasilitator menurut Brown, G (2017), melibatkan memfasilitasi, memandu, dan mendukung siswa dalam pembelajaran. Guru harus menciptakan lingkungan yang kondusif, memotivasi siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa dalam berfikir kritis, berkolaborasi dan mengkases informasi dengan baik. Brown juga menjelaskan bahwa pentingnya guru dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran yang efektif. Guru harus menggunakan teknologi guna bertujuan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa dan membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran. Definisi dan peran seorang guru bukan hanya sekedar hal yang perlu diketahui, namun bagaimana tujuan dari peran tersebut dapat terlaksana oleh setiap pihak yang berprofesi sebagai guru. Peran seorang guru bukanlah hal yang biasa dan mudah, maka dalam memilah seorang guru juga harus menjadi perhatian yang penting dalam bidang pendidikan. Setiap instansi yang bergerak dibidang pendidikan harus memperhatikan bagaimana mencari guru yang dapat menjalankan peran guru itu sendiri dengan baik dan penuh tanggung jawab, sehingga apa yang menjadi tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Bagaimana Memilih Guru Menurut Islam (Kitab Ta'lim Muta'allim)
Dalam sebuah kitab Ta’lim Muta’allim ada penjelasan mengenai bagaimana cara yang baik dalam mencari atau memilih seorang guru. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa; “Adapun cara memilih guru adalah dengan mencari yang alim, bersifat wara’ dan lebih tua. Sebagaimana Abu Hanifah memilih kiai Hammad Bin Abi Sulaiman, karena beliau memiliki kriteria atau sifat-sifat tersebut. Dalam memilih seorang guru, Ta’lim Muta’allim menekankan tiga kriteria penting yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu. Pertama, guru tersebut harus alim, yaitu memiliki ilmu yang luas dan mendalam serta mampu mengajarkan dan membimbing murid dengan pemahaman yang benar. Ilmu yang dimiliki tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga mencakup kemampuan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Kedua, guru hendaknya memiliki sifat wara’, yakni berhati-hati dalam perkara agama dan menjauhi hal-hal yang syubhat maupun haram. Sifat ini mencerminkan ketakwaan dan integritas seorang guru, sehingga murid tidak hanya belajar ilmu, tetapi juga mendapatkan keteladanan dalam akhlak dan perilaku. Ketiga, dianjurkan untuk memilih guru yang lebih tua atau lebih dewasa, karena usia yang matang umumnya membawa kebijaksanaan dan pengalaman hidup yang lebih banyak. Guru yang lebih tua cenderung lebih sabar, tenang, dan bijak dalam membimbing murid serta menyikapi berbagai persoalan. Ketiga kriteria ini alim, wara’, dan lebih tua saling melengkapi untuk memastikan bahwa ilmu yang diperoleh benar-benar membawa manfaat dan keberkahan bagi penuntut ilmu.
Kitab Ta’līm al-Muta’allim ini adalah salah satu karya monumental dalam dunia pendidikan Islam yang memberikan panduan tentang adab dan tata cara menuntut ilmu. Di dalam kitab ini, Imam az-Zarnūjī dengan jelas menekankan pentingnya memilih guru yang lebih tua sebagai langkah bijaksana dalam menuntut ilmu. Pada Pasal Kedua dari kitab tersebut, beliau menguraikan alasan mengapa memilih guru yang lebih tua lebih utama. Berikut adalah kutipan lengkapnya dalam bahasa Arab beserta terjemahannya:
وَيَنْبَغِي أَنْ يَخْتَارَ لِلتَّعَلُّمِ أَكْمَلَ مَنْ يَجِدُ مِنَ الْمُعَلِّمِينَ، وَأَكْثَرَهُمْ عِلْمًا، وَأَوْرَعَهُمْ، وَأَسَنَّهُمْ، وَأَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، وَأَبْلَغَهُمْ نُصْحًا، فَإِنَّ التَّعَلُّمَ مِنَ الشَّيْخِ الْكَبِيرِ أَفْضَلُ مِنَ التَّعَلُّمِ مِنَ الشَّابِّ، لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إِلَى الْوَقَارِ وَالْإِخْلَاصِ وَالْخِبْرَةِ بِالتَّدْرِيسِ وَأَكْثَرُ بَرَكَةً.
(Ta’līm al-Muta’allim, Terj. Abdurrahman Azzam, 2019: hlm. 41)
“Seyogyanya dalam menuntut ilmu, seseorang memilih guru yang paling sempurna yang bisa ia temui, paling luas ilmunya, paling wara’, paling tua usianya, paling baik akhlaknya, dan paling besar nasihatnya. Karena sesungguhnya belajar dari guru yang sudah tua lebih utama daripada belajar dari guru yang masih muda, sebab yang tua lebih dekat kepada kewibawaan, keikhlasan, pengalaman dalam mengajar, dan lebih banyak keberkahannya.”
Namun, tua umurnya/dewasa, tidak ada penjelasan secaara spesifik yang dijelasakan oleh Az-Zarnuji terkait dengan tua umurnya, namun jika kita kaji lebih lanjut maksud dari ini adalah mereka yang tua usianya dan kapasitas keilmuan yang dikuasai. Guru yang dewasa adalah guru yang dapat menahan dan mengendalikan diri dalam berbagai situasi yang dihadapi, mulai dari mengendalikan pikiran, kata-kata, sikap, menguasai emosi dan sejenisnya. Guru yang dewasa pasti bijaksana, memiliki sikap empati, yakni mampu merasakan perasaan peserta didiknya, dan tidak hanya mementingkan perasaannya, sehingga mampu menerima berbagai kekurangan orang lain dan peserta didiknya. Pribadi yang dewasa memiliki sikap berani namun hati-hati dalam bertindak, misalnya tutur kata dan tindakannya dijaga.
Referensi :
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/download/11227/8674/33964
https://archive.org/download/TalimMutaallimTerjemah.o/talim%20mutaallim%20terjemah.o.pdf
Penulis:
SANIRA (2310308023)
Dosen Pengampu : Dr Andang Heryahya M.Pd.,M.Pdi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
