Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image zabidatus zahwa

Refleksi Komunikasi Pemerintah dalam Menanggapi Isu

Eduaksi | 2025-04-14 10:38:06
Monumen Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta (13/03/2025)

Insiden pengiriman kepala babi ke kantor redaksi Tempo pada 19 Maret 2025 menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai bentuk teror terhadap kebebasan pers. Di balik peristiwa itu, perhatian juga tertuju pada bagaimana pemerintah meresponsnya melalui jalur komunikasi publik.

“Sebagai mantan jurnalis, saya menyayangkan tentu dan silahkan saja nanti laporkan, supaya ketahuan siapa yang mengirim” ujar Meutya Hafid Menteri Komunikasi dan Digital. Pernyataan ini menyerminkan komunikasi yang baik karena mengandung unsur kesadaran sosial, kepekaan terhadap emosi pihak lain, serta menunjukkan dukungan terhadap nilai kebebasan pers yang seharusnya dijaga dalam negara demokratis.

Sebaliknya, pernyataan dari Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, memperlihatkan komunikasi yang minim sensitivitas. Saat merespons pengiriman kepala babi tersebut, ia menanggapi dengan nada bercanda dan menyarankan agar daging babi itu dimasak saja, mengikuti candaan warganet. Dalam perspektif komunikasi interpersonal, pernyataan seperti ini menunjukkan kegagalan dalam memahami konteks emosional audiens dan situasi krisis yang sedang berlangsung. Ketika sebuah pesan tidak mempertimbangkan perasaan, persepsi, serta nilai-nilai pihak lain, komunikasi dapat kehilangan makna dan bahkan berbalik menjadi sumber konflik baru.

Komunikasi interpersonal yang sehat menuntut adanya empati, kehati-hatian dalam memilih kata, dan kesadaran penuh terhadap konteks sosial yang menyertainya. Dalam situasi yang menyangkut kekerasan simbolik terhadap jurnalis, komunikasi yang terburu-buru atau dianggap meremehkan dapat mencederai relasi antara pemerintah dan masyarakat. Di sinilah pentingnya komunikasi yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membangun rasa percaya dan rasa aman, terutama bagi mereka yang merasa menjadi korban.

Melalui cara pejabat publik berbicara, masyarakat dapat merasakan apakah negara hadir untuk melindungi atau justru menyepelekan persoalan yang mereka anggap serius. Komunikasi, pada akhirnya, tidak hanya soal apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana dan kepada siapa hal itu disampaikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image