Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Damay Ar-Rahman

Salon Senja

Sastra | 2025-04-11 11:30:07
Ilustrasi. Canva




Suara ketukan pintu terdengar oleh Alia. Ia yang baru saja menyelesaikan ibadah Zuhur segera bergegas membuka pintu. Terlihat seorang gadis mengenakan jaket hijau membuka helm dan masuk ke dalam salon. Wanita itu adalah Lia, salah satu karyawan di salon Senja.
"Akhir-akhir ini sepi ya salon kita. Paling lima atau delapan orang saja yang datang. Itu pun paling banyak. Kadang-kadang cuma dua orang. Sedangkan bahan-bahan salon akan pada masuk kadaluarsa."
"Kan bahan-bahan elo kan pada bagus. Pada masih lama." Jawab Lia yang sedang merokok.
"Elu ini ya, jangan terus merokok kagak baik untuk tubuh Lo Lia. Lihat tu, mata lu. Sayang Fatimah."
"Alah gue lagi banyak pikiran. Lakik gue baru aja pulang ke rumah istri tuanya. Gue sama Fatimah ditinggal gitu aja."
Alia terdiam tidak menjawab ucapan Lia. Dari awal Alia telah memperingatkan teman masa sekolahnya itu untuk menolak ajakan menjadi istri muda bahkan istri simpanan.
"Emangnya si Fakhrul itu, enggak bilang sama elo?"
"Enggak Alia, gue aja enggak tahu kalau di pergi tadi malam. Soalnya kan semalam gue temanin Fatimah ke rumah ngajinya."
"Yaudah sabar aja ya, yang penting elu sama Fatimah terus berusaha yang terbaik. Apalagi gue lihat, si Fatimah itu rajin sekolah. Sepertinya dia mau mengubah keadaan Lo di masa depan. Jadi, Lo harus fokus membesarkan dia."
"Iya, gue kasihan sama dia. Kalau gue udah biasa dicampakkan dari kecil."
Alia kembali terdiam dan merangkul Lia agar ia lebih tenang.
"Wah enak ni pisang goreng yang lu bawa. Bentar ya gue ambil piring kecil untuk cabenya."
"Iya ambillah, gue juga udah lapar banget."
Suasana di luar salon semakin sepi. Semenjak kejadian tauran antar siswa dengan mahasiswa kemarin, apalagi banyak korban berjatuhan, sedikit sekali orang-orang melintas. Katanya, pantang untuk melewati jalan yang baru saja terjadi pertumpahan darah.
Alia terlihat membawa piring di tangan kirinya dan minuman sirup di tangan kanannya. Lia membuka plastik untuk segera menikmati pisang goreng yang ia beli saat mengantar Fatimah ke sekolah. Merekapun kembali berbincang sambil mengunyah pisang goreng yang dilapisi dengan saus dan kecap.
"Eh si Yanti pelanggan tetap kita itu udah sebulan enggak keliatan. Ke mana ya?"
"Iya iya, gue juga bertanya-tanya ke mana tu cewek."
Tok..tok...tok...
"Eh ada orang tu."
Alia membersihkan tangannya dengan handuk kecil dan segera membuka pintu.
"Eh dek Yanti, baru aja kami omongin. Panjang umur. Masuk...masuk... ." Ajak Alia dengan ramah.

"Ke mana aja dek Yanti, udah lama enggak nampak."
Gadis itu dengan wajah begitu pucat dan matanya memerah entah kenapa, membuat Lia merasa aneh memperhatikannya.
"Mau treatment apa dek?"
Yanti membuka daftar menu treatment dan menunjuk ke nomor tiga bagian creambath.
"Oke, gas Lia." Pinta Alia sebagai ownernya.
Lia segera menyiapkan kebutuhan untuk mencuci rambut Yanti. Gadis itu memang dasarnya pendiam, tetapi setidaknya menjawab ketika ditanya. Namun, Yanti sangat aneh. Sepatahpun suaranya tidak terdengar.
Saat mengucek rambut Yanti di dalam genangan air, Lia mendapati banyak pasir yang berjatuhan. Wastafel pencuci rambut telah penuh dengan pasir. Kepala Yanti begitu lunak, tidak seperti kepala pada umumnya. Setelah selesai, Lia menyisir rambut Yanti. Anehnya, rambut itu begitu keras saat disisir karena sangat kusut. Setelah selesai, Yanti membayar di kasir. Ia pergi tanpa berkata-kata.
"Eh kenapa tu cewek?"
"Lagi banyak masalah mungkin." Ucap Alia.
Lia menggelengkan kepala lalu membetulkan kursinya agar bisa duduk. Koran pagi yang telah lama tiba dari pagi, Alia ambil untuk dibaca. Informasi mengejutkan terbaca olehnya.
Itu amat mengerikan. Kepala terputus dan darah berceceran. Itu adalah seorang gadis yang telah meninggal akibat tauran sebulan yang lalu. Gadis itu salah satunya adalah Yanti, mahasiswa Biologi yang turut menjadi korban saat akan pulang ke rumahnya.
Lia langsung muntah, karena tangannya tiba-tiba kram.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image