
Scrum dalam Influencer Marketing
Bisnis | 2025-04-11 06:50:30
Scrum dalam Influencer Marketing: Siklus Pendek untuk Evaluasi Kinerja Mikro-Influencer
Dalam dunia pemasaran digital yang bergerak cepat, Scrum—metode agile yang populer di pengembangan software—kini mulai diadopsi dalam influencer marketing. Pendekatan ini memungkinkan merek untuk melakukan evaluasi kinerja mikro-influencer dalam siklus pendek (sprint), sehingga bisa mengambil keputusan cepat berdasarkan data real-time.
Mengapa Scrum Cocok untuk Evaluasi Mikro-Influencer?
Mikro-influencer (1K–100K followers) sering dipilih karena engagement yang tinggi dan biaya lebih terjangkau. Namun, tidak semua kolaborasi memberikan hasil optimal. Dengan Scrum, tim marketing dapat:
Menetapkan sprint pendek (1-2 minggu) untuk uji coba beberapa influencer sekaligus.
Evaluasi cepat menggunakan metrik seperti CPV (Cost Per View) dan konversi.
Menghentikan kolaborasi yang tidak efektif sebelum anggaran terbuang percuma.
Contoh Kasus: Merek Skincare yang Mengakhiri 5 Kolaborasi dalam 1 Minggu
Sebuah merek skincare menjalankan kampanye dengan 10 mikro-influencer dalam waktu bersamaan. Setelah 1 minggu, tim menganalisis:
CPV (Biaya per View Story/Reels):
Influencer A: Rp500/view
Influencer B: Rp1.200/view
Engagement Rate (Like, Comment, Share):
Influencer C: 8%
Influencer D: 3%
Konversi (Klik Link Bio/Pembelian):
Influencer E: 0,5%
Influencer F: 2%
Hasilnya? 5 influencer di-drop karena engagement rendah dan CPV tinggi, sementara 5 lainnya dilanjutkan dengan optimasi konten.
Metrik Penting: CPV vs. Konversi
CPV (Cost Per View):
Menghitung biaya per tayang konten.
Cocok untuk brand awareness.
Risiko: View tinggi ≠ konversi tinggi.
Konversi (CTR, Sales, Leads):
Mengukur dampak langsung ke penjualan.
Lebih relevan untuk kampanye performance-based.
Kapan Memilih CPV atau Konversi?
Gunakan CPV jika tujuan utama eksposur & reach.
Gunakan konversi jika fokus pada penjualan atau lead generation.
Kesimpulan
Dengan pendekatan Scrum, merek dapat:
✅ Menguji banyak influencer sekaligus dalam waktu singkat
✅ Memangkas kolaborasi tidak efektif sebelum rugi besar
✅ Fokus pada influencer yang memberikan ROI terbaik
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook