Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Ramadhan di Jakarta: Paduan Semarak Tradisi dan Kelezatan Kuliner di Tengah Kemacetan

Agama | 2025-03-17 22:01:20

Ismail Suardi Wekke (Cendekiawan Muslim Indonesia)

Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah tidur, selalu punya cerita unik di setiap sudutnya. Begitu pula saat Ramadan tiba. Di tengah hiruk pikuk kemacetan dan gedung-gedung pencakar langit, Ramadan di Jakarta menghadirkan paduan semarak tradisi dan kelezatan kuliner yang tak terlupakan.

Suara bedug yang menggema di masjid-masjid menjadi penanda datangnya waktu berbuka. Di sepanjang jalan, orang-orang bergegas mencari takjil untuk membatalkan puasa. Semangat berbagi begitu terasa, dengan banyaknya orang yang membagikan takjil gratis di pinggir jalan.

Pasar kaget Ramadan bermunculan di berbagai sudut kota, menawarkan surga kuliner yang menggoda selera. Aneka takjil tradisional seperti kolak, es pisang ijo, dan bubur kampiun berjejer rapi, siap memanjakan lidah. Tak ketinggalan, hidangan khas Ramadan seperti nasi kebuli, sate taichan, dan martabak manis juga menjadi incaran para pemburu kuliner.

Ngabuburit, tradisi menunggu waktu berbuka, menjadi momen yang dinanti-nantikan. Taman-taman kota seperti Taman Menteng dan Taman Suropati dipenuhi orang-orang yang menghabiskan waktu dengan bermain, berolahraga, atau sekadar bersantai sambil menikmati suasana Ramadan.

Malam hari di Jakarta dihiasi dengan gemerlap lampu masjid yang mengadakan salat tarawih berjamaah. Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, menjadi salah satu tempat favorit untuk melaksanakan salat tarawih. Suasana khusyuk dan hangatnya kebersamaan begitu terasa di setiap sudut masjid.

Sahur on the road, kegiatan berbagi makanan sahur kepada sesama, menjadi tradisi yang digemari anak muda Jakarta. Konvoi kendaraan bermotor berkeliling kota, membagikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan ini tak hanya memberikan berkah, tetapi juga mempererat tali persaudaraan.

Kemacetan menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadan di Jakarta. Jam pulang kerja yang bertepatan dengan waktu berbuka membuat jalanan semakin padat. Namun, di tengah kemacetan, orang-orang tetap sabar dan saling menghormati.

Ramadan di Jakarta tak hanya tentang ibadah dan kuliner, tetapi juga tentang semangat gotong royong dan kebersamaan. Banyak komunitas dan organisasi yang mengadakan kegiatan sosial, seperti buka puasa bersama anak yatim dan pembagian sembako kepada kaum dhuafa.

Ramadan di Jakarta menghadirkan pengalaman yang unik dan berkesan. Di tengah hiruk pikuk kota metropolitan, semangat Ramadan tetap berkobar, membawa berkah dan kebahagiaan bagi semua orang.

Ramadan di Jakarta: Antara Kemewahan dan Solidaritas Sosial

Jakarta, sebuah kota yang penuh dengan paradoks, menampilkan dualitas yang mencolok selama bulan Ramadan. Di satu sisi, kemewahan terpancar dari hotel-hotel berbintang yang menawarkan paket berbuka puasa mewah, dengan hidangan eksklusif dan dekorasi megah. Di sisi lain, potret kontras terlihat jelas pada sosok manusia gerobak yang berjuang mencari rezeki di tengah kerasnya jalanan ibu kota.

Realitas Ramadan di Jakarta terbagi menjadi dua dunia yang berbeda. Di hotel-hotel mewah, para eksekutif dan keluarga kaya menikmati hidangan berbuka puasa yang disajikan oleh koki ternama. Sementara itu, di sudut-sudut jalan, para manusia gerobak berbuka puasa dengan hidangan sederhana, sering kali hanya nasi dan lauk seadanya.

Hotel-hotel berbintang di Jakarta berlomba-lomba menawarkan pengalaman berbuka puasa yang tak terlupakan. Dekorasi mewah, hiburan musik, dan hidangan internasional menjadi daya tarik utama. Harga paket berbuka puasa di hotel-hotel ini bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per orang.

Di tengah keterbatasan, semangat solidaritas sosial tetap tumbuh subur. Banyak komunitas dan organisasi yang mengadakan kegiatan berbagi takjil dan makanan sahur kepada para manusia gerobak dan kaum dhuafa. Kegiatan ini menjadi bentuk nyata kepedulian dan empati terhadap sesama yang membutuhkan.

Kontras antara kemewahan dan keterbatasan ini menjadi pengingat bahwa Jakarta adalah kota dengan kesenjangan sosial yang tinggi. Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian dan empati terhadap sesama, terutama mereka yang hidup dalam kesulitan.

Ramadan di Jakarta menawarkan pelajaran berharga tentang makna kesederhanaan, solidaritas, dan kepedulian. Di tengah gemerlapnya kota metropolitan, semangat berbagi dan kebersamaan menjadi cahaya yang menerangi, mengingatkan kita akan esensi sejati dari bulan suci ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image