Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ibnu Azka

Nasib Program MBG di Bulan Ramadhan

Agama | 2025-03-03 09:04:49

Belakangan ini, Program Makan Bergizi Gratis menjadi salah satu topik yang cukup sentralistik di tengah polemik efisiensi anggaran pemerintah. Program ini sebelumnya telah diimplementasikan dengan pola pendistribusian bertahap ke berbagai sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendistribusian makanan dilakukan dari pagi hingga siang hari agar siswa dapat memperoleh asupan gizi yang cukup selama jam belajar. Namun, menjelang bulan Ramadhan, tentu pola sebelumnya tidak bisa diterapkan, hal itu didasari karena saat bulan ramadhan mayoritas siswa beragama muslim dan sebahagian besar diasumsikan melaksanakan puasa ramadhan. Hal ini tentu akan mempengaruhi skema pelaksanaan program MBG sebelumnya, sehingga diperlukan penyesuaian yang tepat sasaran dan tepat manfaat.

Seperti yang kita ketahui bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk memastikan kelompok masyarakat rentan, seperti balita, ibu hamil, dan anak-anak sekolah dengan angka stunting yang cukup tinggi untuk mendapatkan asupan makanan bergizi setiap hari. Pada prinsipnya program ini memang cukup baik, karena mencoba untuk mengurangi angka kekurangan gizi serta meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Namun, saat bulan Ramadhan tiba, muncul pertanyaan mendasar yakni bagaimana nasib program MBG di bulan ramadhan ? Apakah tetap berjalan dengan mekanisme yang sama, atau perlu dilakukan penyesuaian agar tetap relevan atau dipaksa relevan ? atau pentingkah program ini dilaksanakan saat bulan ramadhan ?

Salah satu tantangan utama program MBG selama bulan Ramadhan ialah waktu pendistribusiannya ke sekolah-sekolah. Jika sebelumnya makanan biasanya dibagikan pada pagi atau siang hari saat jam sekolah. Di bulan ramadhan dipastikan jam sekolah akan di-cutting lebih cepat, lalu bagaimana skema yang tepat untuk mendistribusikan program MBG ? apakah akan tetap dibagikan di pagi atau siang hari, kemudian dibungkus untuk dibawa pulang ke rumah ? ataukah seperti yang disampaikan Dadan Hindayana selaku Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) bahwa pendistribusiannya dilakukan secara diam-diam ke siswa yang tidak berpuasa ? lalu yang berpuasa akan dibagikan menjelang pulang untuk di makan saat berbuka nanti ?

Pertanyaan di atas tentu berkecamuk di kepala emak-emak penjual sayur di pasar, memangnya saat berbuka puasa, makanan di rumah tidak lebih lezat dan bergizi dibandingkan makanan yang dibagikan di sekolah ? bukankah lebih tepat sasaran dan manfaat jika program ini dialihkan ke program yang lebih tepat sasaran dan tepat manfaat ? belum lagi masalah kenaikan harga bahan makanan yang cenderung naik menjelang ramadhan hingga lebaran, hal ini tentu akan berdampak pada program MBG ini, apakah ada kepastian dari pemerintah sendiri tentang kestabilan harga ? ataukah ada yang menjamin dari mereka akan ketersediaan bahan pangan jika tiba-tiba kenaikan harga terjadi ?

Di sisi lain, keberlanjutan program MBG selama bulan Ramadhan juga harus mempertimbangkan koordinasi dengan lembaga sosial dan keagamaan. Masjid, komunitas sosial, ataupun organisasi zakat yang kerap memiliki program serupa yakni berbuka puasa. Jika tidak ada koordinasi yang baik, dikhawatirkan terjadi duplikasi bantuan di beberapa lokasi, sementara di tempat lain justru ada masyarakat yang terabaikan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, organisasi keagamaan, dan komunitas sosial perlu diperkuat agar distribusi makanan tetap merata dan efisien.

Di samping itu, kolaborasi dengan pihak-pihak swasta misalnya atau komunitas sosial untuk membantu memperkuat kuda-kuda (baca:logistik) program ini agar tetap optimal. Bisa saja kolaborasi dengan restoran, katering, ataupun UMKM kuliner dalam penyediaan makanan sebagai solusi untuk meningkatkan kapasitas distribusi tanpa membebani anggaran negara secara berlebihan. Integrasi program MBG dengan kegiatan berbagi di masjid, lembaga zakat, maupun komunitas sosial juga bisa membantu memastikan bahwa distribusi makanan tidak tumpang tindih dan lebih merata.

Terakhir, kegiatan-kegiatan di berbagai tingkatan sekolah bisa dikemas agar lebih interaktif, tidak hanya fokus pada kegiatan-kegiatan formalistik untuk menyampaikan materi pelajaran. Namun bisa juga mengemas dengan dialog, mengedukasi siswa tentang pentingnya makanan bergizi, serta dampak mubazzir (boros) ketika berbuka puasa, karena bulan ramadhan erat kaitannya dengan budaya komsumsi makanan secara berlebihan.

(Program Makan Bergizi Gratis Berusaha Memberi Makan Anak Sekolah dari Tingkatan SD sampai SMA, Namun mengambil Nasi dari Piring Orang Dewasa) Al-Azka

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image