Seri 2 Hybrid Learning. Menyiapkan Lingkungan Hybrid Learning
Eduaksi | 2022-02-18 19:26:59Setelah pada seri sebelumnya pada tagar #HLsolusi kita membahas tentang seberapa urgennya pembelajaran hybrid kita lakukan sebagai opsi dalam pembelajaran kedepan. Pada bahasan ini akan kita urai bagaimana cara implementasinya.
Untuk membahas “How to” nya, saya ijin bagi kedalam dua part, yakni membangun lingkungannya terlebih dahulu, lalu berikutnya pada model-model nya.
Saya termasuk yang meyakini bahwa membangun lingkungan yang baik, akan berimplikasi pada lebih mudahnya penerapan model yang relevan dan sesuai goals kita. Anggap saja anda sebagai chef, maka jika goals anda adalah memasak makanan sehat dengan nutrisi yang baik, maka hal lain (sebelum memasak), yang perlu disiapkan adalah wawasan dan pemahaman tentang nutrisi, semisal bahan-bahan tertentu tidak boleh dimasak pada suhu diatas 100 derajat celcius. Alat dan bahan harus higienis, bahkan sampai dengan pengelolaan asap kompor dan limbah Anda, masuk dan keluar pada tempat yang semestinya.
Begitu juga dengan lingkungan Hybrid, maka penting bagi guru untuk menyiapkan apa saja lingkungan terbaik membangun sistem ini. Agar lebih mudahnya, kita buat menjadi 5 step. Apa saja itu ?
Step hybrid learningBuat Goals pembelajaran, lalu breakdown “backward” (mundur– mulai dari hasil akhir) sehingga terlihat relasi antara hasil akhir belajar, assessment, aktivitas pembelajaran dan integrasi komponen di kelas tatap muka dan online. Sebagai contoh pada silabus berikut
Pada contoh silabus diatas, satu course outcome, akan mengahkan assessment (pengukuran hasil belajar), yang berimplikasi pada Learning Activities (aktivitas pembelajaran) sampai dengan integrasi antara aktivitas kelas dengan online nya.
2. Petakan Materi
Pada tahap ini penting untuk disiapkan bahwa sebagai guru, kita akan menyusun dengan lebih terperinci tentang satuan materi sampai dengan akhir semester nanti, jika pendekatannya adalah flipped classroom, maka silakan petakan mana yang akan disampaikan dalam kelas tatap muka, mana juga yang akan disampaikan secara online.
Sebagai contoh seperti ini :
Coba saya jabarkan contoh diatas sebagai berikut.
pada lingkaran Face to Face (F2F), tentang “1. Course Introduction (CI)” masuk pada area tersebut, artinya CI akan disampaikan secara tatap muka, setelah itu Anda perhatikan pada point “2. Introduction to Retailing” bahkan hingga pada point 12, maka akan disampaikan dengan mode Online (berada pada lingkaran Online). Bagaimana kompetensi/materi yang berada pada 3 lingkaran sekaligus ?, sebagai contoh pada point “6. Customer Buying Behaviour” maka akan mendapatkan gilirannya pada kelas tatap muka, dikuatkan melalui online dan tugas baca (masuk pada lingkaran “Assigned Text book reading”).
3. Skenario media
Ketika mix-map Anda telah selesai, sebenarnya langkah berikutnya adalah menyusun deliverynya, menghantarkan agar sampai dengan efektif. Jika dalam dua pendekatan ini, saya memberikan berbagai macam contoh sebagai berikut
Pada sisi pendekatan tatap muka, lebih banyak kepada “proses belajar” dan synchronous nya, sedangkan pada aktivitas Online, kekuatan nya ada pada assessment, yakni computer based test, dilanjutkan semisal dengan analisis butir soal dan tindak lanjut bagi siswa yang aka nremedial ataupun pengayaan. Walaupun juga disisi sebelah kanan, proses pembelajaran dinamis juga terbuka kesempatan yang besar.
4. Tentukan model pembelajaran
Pada step ke empat ini, saya mencontohkan (bersumber dari John Spencer) ada 5 model yang bisa Anda terapkan pada konteks hybrid, yakni sebagai berikut
Dimana pada model pertama dan kedua (Differentiated dan Multi Track) diperuntukkan untuk siswa yang kebutuhan berada di rumah nya (PJJ) lebih lama/permanen sehingga tidak bisa sama sekali datang ke sekolah, model ini biasanya karena kebutuhan daerah/orang tua/tinggal di tempat yang jauh dengan sekolah.
Namun pada Split A/B Model, akan diberikan contoh Flipped classroom dan station rotation. Akan diuraikan pada tulisan berikutnya.
5. Simulasikan
Karena model-model ini bisa jadi adalah pengalaman pertama kali bagi guru-guru di sekolah kita untuk menyelenggarakannya, sehingga diperlukan simulasi, dua hingga tiga kali (tergantung kebutuhan) dengan piloting kepada guru-guru tertentu, jika memperoleh format yang memadai, dilanjutkan dengan skala yang lebih besar.
Untuk menunjang keberhasilan simulasi ini, setidaknya kita memiliki komponen sebagai berikut (tersedia dan siap)
Perangkat TIK : webcam, koneksi internet, monitor, Zoom cloud meeting/WebEx/Google Meet/Microsoft Team dan perangkat daring lainnya.Menentukan kelas (tempat) yang akan jadi modelMemilih guru dan mapel yang akan jadi modelEvaluasi dan perbaikanPenyiapan simulasi tahap berikutnya.
Jika 5 Step diatas sudah bisa kita siapkan, pembelajaran hybrid bisa kita lakukan, berikut ini juga bisa menjadi alat bantu checklist kesiapan hybrid (sumber : Owl Labs)
Demikian uraian pada seri kedua ini, semoga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fase implementasinya.
Semoga bermanfaat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.