
Artikulasi Generasi melalui Tagar
Agama | 2025-02-26 21:44:05
Tagar IndonesiaGelap dan KaburAjaDulu menyemarakkan jagat maya. Keduanya menunjukkan protes. Tagar pertama diterjemahkan dengan aksi turun ke jalan, sedangkan yang kedua dilakukan dengan menggunakan perangkat atau instrumen (tools).
Kedua tagar tadi, adalah artikulasi generasi, saat menyaksikan kehidupan sempit yang terus berkelindan di dalam tubuh umat. Kabar baiknya adalah, para pemuda telah kembali berani bersuara, menunjukkan sikap kritisnya, melalui berbagai tuntutan terhadap pemerintah. Keduanya memerlukan respon balik yang positif, sebab jika tidak, akan terus muncul pergolakan di tengah masyarakat.
Aksi turun ke jalan, adalah bentuk koreksi terhadap penguasa (muhasabah lil hukam), amar makruf nahi mungkar, mengajak pada yang makruf dan mencegah kemungkaran.
Sebagaimana sabda Nabi saw. “Seutama-utamanya jihad adalah menyampaikan kalimat yang hak kepada penguasa (sultan) atau pemimpin (amir) yang zalim.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dalil ini mutlak tanpa menyebut batasan tertentu mengenai cara mengkritik penguasa, apakah secara terbuka atau tertutup. Dengan demikian boleh hukumnya mengkritik penguasa secara terbuka, berdasarkan kemutlakan dalil tersebut, sesuai dengan kaidah ushuliyah: al-ithlaq yajri ‘ala ithlaqihi maa lam yarid dalil yadullu ‘ala al-taqyiid (dalil mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang menunjukkan batasan/syarat). (M. Abdullah Al-Mas’ari, Muhasabah Al Hukkam, hlm.60)
Bolehnya mengkritik secara terbuka juga diperkuat dengan praktik para sahabat Nabi saw. yang sering mengkritik para khalifah secara terbuka. Sebagaimana perempuan-perempuan yang mengkritisi kebijakan Khalifah Umar Bin Khaththab, baik tentang mahar, dan hal lainnya. Begitu pula Ibnu Abbas pernah mengkritik Khalifah Ali bin Abi Thalib secara terbuka di muka umum terkait kebijakan terhadap Kaum Zindiq.
Maka kini Gen Z pun melakukan hal serupa melalui media sosial. Lekatnya mereka dengan media tersebut menjadikannya sebagai ruang untuk berinteraksi, ekspresi diri, memperluas jejaring komunikasi, seraya mencari solusi bagi permasalahan kehidupan. Hanya saja, rakyat dunia maya (netizen) sangat beragam dan tanpa batasan, hingga berpeluang menghasilkan output yang keliru. Maka tak heran jika kemudian muncul solusi kabur, ketimbang bertahan dan memperbaiki negeri sendiri.
Oleh karena itu kritik tersebut tidak boleh diabaikan, apalagi malah membuat jawaban yang kontra produktif seperti 'jangan balik lagi' bagi generasi yang kabur tadi. Sebaliknya, negara harus hadir mengisi ruang kosong di relung hati generasi, sebagai layaknya seorang pemimpin yang melindungi dan mengayomi rakyatnya.
Dalam Islam, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyarnya” (HR Bukhari)
Amanah kepemimpinan yang berat ini kelak dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. Karenanya para penguasa wajib mengelola urusan umat, sebagaimana diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw.
Saat pemimpin dianggap melenceng dari aturan Allah, maka rakyat akan melakukan koreksi. Hal ini perlu diakomodir dan dicarikan jalan ke luar yang syar'i. Tidak dengan solusi ala kadarnya, apalagi bertentangan dengan syariat. Tidak juga dengan solusi ala kapitalisme, sebab terdapat kepentingan para kapital yang akan terus bersaing dengan urusan rakyat.
Maka solusi hakiki adalah mengembalikan kehidupan Islam ke tengah umat. Dengan penerapan Islam kaffah, dipastikan generasi betah di rumahnya. Tidak kabur, apalagi mencari penghidupan lain di negeri orang. Islam meniscayakan jaminan kesejahteraan bagi orang perorang, bahkan rahmatnya pun dirasakan bagi semesta alam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook