
Indonesia 2045: Menjadi Generasi Emas atau Mimpi yang Menjadi Kandas?
Update | 2025-02-13 01:33:14
Indonesia bercita-cita ingin menjadi generasi emas 2045, yaitu sebuah bangsa maju dengan ekonomi kuat dan rakyat makmur sejahtera. Namun, yang menjadi pertanyaan bukan hanya tentang visi misi ini menjadi tercapai, tetapi apakah ini akan benar-benar bergerak ke arah itu atau justru menuju kea rah generasi cemas, dimana sebuah generasi yang dibebani pengangguran, kesenjangan sosial dan ketidakpastian masa yang akan datang.
Masalah soal Indonesia generasi emas 2045 sering kita dengar dari para pejabat dalam strategi pembangunan. Tapi mari kita tanyakan apakah itu benar-benar sudah menyiapkan suatu bangunan fondasi yang kokoh atau justru hanya sebuah retorika tanpa adanya tindakan nyata dari mereka?
1. Bouns Demografi: Peluang Atau Bencana ?
Pada saat ini, Indonesia memiliki 70% penduduk usia produktif. Secara teori ini bias menjadi mesin untuk pertumbuhan ekonomi. Namun dalam praktiknya, apakah pada saat ini kita sudah memiliki lapangan kerja yang cukup ?. faktanya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada agustus 2024 sebanyak 7,47 juta orang.
a) Lulusan SMA menyumbangkan pengangguran 2,1 juta orang
b) lulusan SMK menyumbangkan pengangguran 1,6 juta orang
c) lulusan SMP menyumbangkan pengangguran 1,1 juta orang
d) tidak/belum tamat SD 394 ribu orang
e) diploma 173 ribu orang
f) belum pernah sekolah 13 ribu orang
yang menjadi prihatin pengangguran berdasaarkan tingkat pendidikan sarjana bahwasanya :
842.378 pengangguran merupakan lulusan D4, S1, S2 dan S3. Dalam presentase pengangguran sarjana meningkat 2 kali lipat di tahun 2024 dari satu dekade yang lalu. Faktor dan keluhan yang memengaruhi pengangguran adalah persyaratan ketat dari perusahaan terkait pengalaman dan batas usia, tingkat pendidikan berbanding lurus dengan jumlah pengangguran. Bonus demografi bias menjadi kekuatan jika diiringi dengan peningkatan produktivitas. Tapi jika tidak, ini akan melahirkan beban sosial yang menciptakan kemiskinan, kesenjangan, ketimpangan dan tidak stabilnya ekonomi negara.
2. Pendidikan: mencetak SDM atau mencetak pengangguran
Setiap tahun, jutaan anak muda lulus dari sekolah maupun perguruan tinggi, tapi berapa banyak yang memang benar-benar siap untuk kerja?, kurikulum kita masih tertinggal karna lebih banyak teori dari pada keterampilan. Seperti data yang telah di tulis di atas pada nomor 1, Lulusan universitas mengeluh karena sulitnya mencari pekerjaan sedangkan industry mengeluh karena minimnya tenaga kerja yang berkualitas. Lebih buruknya lagi, pendidikan di indonesia menjadi ladang bisnis bagi beberapa oknum yang menggunakan tanpa memang benar-benar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Jika pendidikan hanya di rubah tanpa mementingkan kualitas, apa gunanya kita berbicara tentang Indonesia generasi emas 2045.
3. Teknologi dan inovasi: konsumen atau produsen ?
Pada umumnya, negara-negara maju berkembang karena teknologi dan inovasi. Salah satunya jepang dan korea bangkit dengan industri teknologi mereka, china menjadi raksasa ekonomi yang memiliki kaitan revolusi digital. Sebagian kita masih terjabak dalam konsumsi teknologi yang berlebihan bukan produsernya. Tetapi kita sedikitnya ingin tau siapa yang memproduksinya. Sebuah karya local justru mala di beli oleh investor asing, jika kita terus bergantung pada teknologi luar maka Indonesia selamanya akan tetap menjadi pasar bukan sebagai pemain di dalamnya.
4. Kepemimpinan: untuk membangun bangsa atau mengamankan kekuasaan
Kualitas pemimpin di suatu negara akan menentukan arah kedepanya bangsa. Apakah suatu pemimpin itu benar-benar memiliki visi jangka panjang atau hanya sibuk untuk mempertahankan kuasaannya?
Birokrasi yang lambat, korupsi masih merajalela dan kebijakan yang sering dibuat hanya untuk kepentingan politik sementara. Jika kegiatan ini terus-menerus berjalan, maka harapan untuk Indonesia menjadi generasi emas hanya ilusi dan mitos, justru yang akan kita hadapi di depan sana adalah generasi cemas yang akan mewariskan sifat-sifat buruk.
Genrasi emas atau generasi cemas?
Pada dasarnya kita hanya berharap pada retorika “Indonesia akan menjadi negara maju” namun harapan itu akan terjadi jika adanya perubahan nyata dalam suatu kebijakan, mentalitas dan strategi dalam pembangunan. Tanpa adanya investasi yang besar dari sektor tekonologi, tanpa adanya reformasi dari pendidikan, tanpa adanya pemimpin yang berani mengambil keputusan yang strategi, negara kita Indonesia bukan hanya gagal menjadi genarasi emas tapi juga beresiko terjebak dalam negara berkembang nyata.
Apakah kita sedang menuju generasi emas atau hanya sekedar menunggu bencana sosial dan ekonomi yang semakin dekat?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.