Nepotisme dan patroklien
Politik | 2025-01-16 11:47:37Di sisi lain, patronklien itu hubungan yang bikin ketergantungan. Patron biasanya ngasih bantuan buat klien, dan sebagai gantinya klien harus loyal atau dukung patron itu. Sayangnya, hubungan ini lebih menguntungkan pihak patron, dan klien tetap berada di posisi lemah.Masalah lainnya, sistem ini memperburuk ketimpangan sosial. Mereka yang punya koneksi gampang banget dapat peluang, sedangkan yang nggak punya akses terpinggirkan. Ini bikin jurang antara elit dan masyarakat biasa makin lebar. Selain itu, nepotisme dan patronklien juga bikin institusi jadi lemah. Posisi penting jadi diisi orang yang nggak kompeten, yang akhirnya ngurangin kredibilitas dan efektivitas organisasi. Masyarakat jadi kehilangan kepercayaan terhadap sistem yang ada.
Menurut saya beberapa langkah yang harus dilakukan. Edukasi soal pentingnya meritokrasi harus mulai digencarkan. Masyarakat perlu ngerti kalau kemampuan dan kompetensi jauh lebih penting daripada koneksi. Selain itu, proses rekrutmen atau seleksi jabatan harus lebih transparan biar nggak ada lagi “main belakang.” Penegakan hukum juga harus tegas untuk ngasih efek jera ke pelaku nepotisme dan kolusi. Nepotisme dan patron-klien emang udah jadi masalah lama, tapi kalau terus dibiarkan, ini bakal terus ngehambat kemajuan masyarakat. Kita, sebagai generasi muda, harus mulai bergerak buat mendorong perubahan ke arah sistem yang lebih adil dan menghargai kompetensi. Kalau nggak mulai sekarang, kapan lagi?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.