Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Bagi Siswa
Kultura | 2025-01-13 14:28:57Menurut Baidhawi dalam Maemunah, Pendidikan Agama Islam
yang memiliki basis dasar pendidikan multikultural merupakan sistem
pendidikan yang cenderung mengharuskan proses pembelajaran
dilakukan secara efektif atau disebut sebagai effectif teaching, selain itu
proses pembelajaran juga harus dilakukan secara aktif atau dikenal
sebagai active learning. Pembelajaran secara aktif dan efektif adalah
sebuah kondisi dimana proses pembelajaran yang dilakukan lebih
menekankan pada pendidikan dan pendidikan agama, dan tidak hanya
sebatas mengajarkan tentang agama yang dianut oleh masing-masing
siswa.
Sikap dan sifat yang baik dan mampu menjadi teladan dari seorang
guru menjadi salah satu dari sekian banyak peran seorang guru, contoh
dan keteladanan yang baik ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi
para peserta didik dalam proses pembangunan dan pengambangan
karakternya. Dalam hal ini tingkah laku, akhlak dan adab seorang guru
menjadi salah satu metode yang dirasa cukup efektif untuk menanamkan
dan mengaplikasikan pendidikan multikultural baik di dalam
lingkungan pendidikan maupun di luar lingkungan pendidikan.
31 Hal ini
juga menunjukan pentingnya peran seorang guru dalam proses
pengembanan dan pelaksanaan proses pendidikan yang berlandaskan
kepada asas-asas multikultural, adapun peran yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Membangun Pradigma Keberagaman
Pendidik atau dalam hal ini disebut sebagai guru menjadi
salah satu komponen terpenting dalam pengaplikasian nilai-nilai
keberagaman khususnya di lingkungan sekolah, mengingat bahwa
guru merupakan orang yang bertangung jawab selama proses
pendidikan dilakukan. Alasan dasar yang mendasari hal ini adalah
lantaran seorang guru dipandang memiliki pemahaman yang lebih
mumpuni terkait dengan materi keberagaman yang baik sehingga
diharapkan mampu memberikan pendidikan serta mengaplikasikan
nilai-nilai keberagaman tersebut kepada peserta didiknya.32
Seorang guru dalam hal ini harus menumbuhkan kesadaran
dalam diri setiap peserta didik yang diasuhnya terkait dengan
kondisi multikultural yang dimiliki oleh Indonesia, hal ini dapat
dilakukan melalui serangkaian proses pembangunan perasaan
empati, simpati, toleransi, rasa saling memiliki, dan kebersamaan
kepada siswa yang diasuhnya. Selanjutnya proses ini dilakukan
dengan menumbuhkan kesadaran bahwa setiap orang dalam
lingkungan pendidikan tersebut memiliki latar belakang yang
berbeda, namun mereka semua harus saling hormat menghormati,
harga menghargai, serta sikap saling memperlakukan setiap orang
dengan sama dan sederajat (egaliter) tanpa memandang perbedaan
yang ada lantaran mereka semua adalah seorang warga yang diakui
secara sah oleh negara dan memiliki seperangkat hak yang melekat
bersama dengan gelar tersebut.33
Terkait penjelasan di atas peran efektif seorang guru dapat
diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut:
1) Seorang guru diharapkan mampu bersikap adil dan demokratis.
Dimana guru diharapkan mampu bersikap adil tanpa
memandang latar belakang peserta didik.
2) Seorang guru juga harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi
terhadap kejadian-kejadian tertentu yang tinggi terhadap
kejadian-kejadian tertentu yang berhubungan dengan
permasalahan ras, suku, agama, dan lain sebagainya.
b. Menghargai Kebergaman Bahasa
Sorang guru harus memiliki sikap mengragai “keberagaman
bahasa” dan perlu mempraktikan sikap tersebut di sekolah sehingga
dapat membangun sikap peserta didik agar mereka selalu
menghargai perbedaan yang ada di antara peserta didik lainnya.
c. Menghargai Sensitivitas Gender
Guru dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan
pehaman kesetaraan gender pada siswanya melalui praktik
pembelajaran
Kesetaraan gender dapat disampaikan melalui cara yang
menarik, seperti menjelaskan dengan cara yang interaktif bahwa
perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang setara di
lingkungan sosial. Dapat juga disampaikan melalui pekerjaan
rumah yang bukan hanya tugas dari anak perempuan. Melainkan,
anak laki-laki juga dapat melakukan pekerjaan rumah seperti
mencuci piring, menyiram tanaman, dan lainnya untuk membantu
orang tua. Kesetaraan gender juga dapat dilakukan oleh guru pada
saat proses belajar mengajar dengan cara memberikan kedudukan
yang sama bagi siswa laki-laki dan perempuan untuk menjawab
pertanyaan guru, menjadi ketua kelas, dan lainnya. Hal-hal
sederhana ini dapat diterima oleh siswa bahwa perempuan dan lakilaki memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama untuk belajar
banyak hal seru lainnya. Allah SWT juga berfirman dalam AL-Qur’an Surat An-Nisa, yakni
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik lakilaki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka
itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun”.(Q.S. An-Nisa‟/04: 124).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.