Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ALFIN SYAHRIN

Tafsir Al-Quran Perspektif Bahasa

Agama | 2025-01-11 14:42:37

Aktivitas tabligh adalah sebuah bentuk komunikasi, karena kata "komunikasi" berasal dari bahasa Latin "communicare," yang artinya menyampaikan atau memberitahukan sesuatu, baik secara individu maupun kelompok, dengan tujuan mempengaruhi orang lain. Esensi dari tabligh itu sendiri adalah untuk mengarahkan orang lain menuju hal yang lebih baik. Sebagai bentuk komunikasi, tabligh menggunakan bahasa sebagai media, baik lisan maupun tulisan, yang tidak terpisahkan dalam interaksi dengan sesama manusia dan Tuhan.

Al-Qur'an juga telah mensyariatkan bahwa sejak awal penciptaannya, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, sebagaimana dalam Surah Ar-Rahman ayat 4: "البيان علّم" yang berarti Allah mengajarkan manusia berbicara. Menurut Jalaludin Rahmat, istilah Al-Qaul dan Al-Bayan adalah dua kata kunci yang dipakai dalam Al-Qur'an untuk sarana komunikasi. Kata-kata atau kalimat yang disampaikan dengan baik diibaratkan seperti pohon yang menghasilkan kebaikan, sedangkan kata-kata yang buruk bagaikan pohon yang mendatangkan keburukan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surah Ibrahim ayat 25-26. Artinya, pohon tersebut menghasilkan buah di setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan ini untuk mengingatkan manusia (ayat 25), dan perumpamaan kata yang buruk adalah seperti pohon buruk yang tercabut dari akar-akarnya, tak bisa berdiri tegak di atas bumi (QS Ibrahim: 25-26).

Setiap individu muslim diharapkan menjadi komunikator agama atau dai dalam kegiatan tabligh, yang disebut mubaligh, dengan kewajiban menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan kemampuannya. Tanggung jawab ini merupakan tugas yang sangat penting, sebagaimana Rasulullah SAW menekankan dalam sebuah haditsnya yang terkenal: "Sampaikanlah dariku walau satu ayat." Simbol "satu ayat" menunjukkan pentingnya menyampaikan kebenaran ajaran agama dengan baik sesuai prinsip-prinsip komunikasi yang ada dalam Al-Qur'an.

Salah satu faktor keberhasilan tabligh Rasulullah adalah penggunaan bahasa yang tepat dalam menyampaikan ajarannya. Sebab, sebaik apapun materi yang dimiliki seseorang, tanpa bahasa yang baik, benar, dan efektif, pesan tidak akan sampai ke hati audiens. Namun, saat ini masih sering ditemukan mubaligh yang kurang mampu memilih atau menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat dan latar belakang audiens atau muballagh-nya. Apalagi di Indonesia yang memiliki beragam latar belakang audiens dari segi pendidikan, budaya, bahasa, geografis, sosial, dan ekonomi, penggunaan bahasa dan pemilihan kosakata yang tepat menjadi sangat penting untuk menyusun pesan yang akan disampaikan. Misalnya, ketika seorang dai berdakwah menggunakan bahasa yang terlalu ilmiah atau intelektual di hadapan orang awam atau non-akademis, hal ini tentu akan sulit dipahami oleh audiensnya.

Akibatnya, tujuan dakwah tidak akan tersampaikan ke hati mereka, meskipun materi yang disampaikan sebenarnya sangat baik. Kendala ini muncul karena mubaligh tidak menggunakan bahasa yang tepat dan sesuai dengan sasaran dakwahnya, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang efektif dalam komunikasi dakwah sangat penting. Jika kita menelusuri ayat-ayat Al-Qur'an tentang penggunaan bahasa, ada beberapa prinsip komunikasi dengan bahasa yang baik dan benar yang seharusnya menjadi pedoman bagi seorang mubaligh dalam berdakwah. Prinsip-prinsip tersebut adalah Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qaulan Karima, Qaulan Layyina, Qaulan ‘Adzima, Qaulan Maysura, dan Qaulan Tsaqila.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini akan fokus pada salah satu dari delapan prinsip itu, yaitu Qaulan Baligha dari QS. An-Nisa ayat 63. Hal ini sesuai dengan judul penelitian, karena dalam ayat tersebut terdapat kata "Baligha" yang menjadi kunci pembahasan. Kata ini berkonotasi dengan penyampaian dakwah, sehingga seseorang yang menyampaikan dakwah disebut mubaligh, berasal dari akar kata "balagha" yang berarti menyampaikan. Orang yang menyampaikan disebut Muballigh untuk laki-laki dan Muballighah untuk perempuan.

Bahasa dalam tabligh adalah elemen penting yang berkontribusi terhadap keberhasilan dalam menyampaikan pesan dakwah. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini menarik untuk menganalisis Bahasa Tabligh yang Efektif menurut Al-Qur'an, dengan tujuan memahami konsep dasar bahasa tabligh menurut QS. An-Nisa ayat 63, beserta asbabun nuzul dan munasabah ayat tersebut. Daftar Pustaka https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/adzikra/article/view/4266 AdZikra: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 11 No. 1 Januari-Juni 2020

Oleh Alfin syahrin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image