Banyuasin Lumbung Pangan Nasional
Kolom | 2025-01-09 15:27:49Sumatera Selatan kembali membuktikan perannya sebagai salah satu lumbung padi utama di Indonesia. Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi di provinsi ini pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 2.842.560 ton gabah kering giling (GKG). Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2.832.770 ton. Dalam hal produksi beras, Sumatera Selatan juga diproyeksikan memproduksi 1,623 juta ton pada tahun yang sama, naik 0,35% dibandingkan tahun 2023. Data ini mempertegas kontribusi signifikan Sumatera Selatan terhadap kebutuhan pangan nasional.
Beberapa wilayah di Sumatera Selatan menjadi pusat produksi padi yang sangat berperan, dengan Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang terbesar, menghasilkan 958.342 ton padi. Disusul oleh Ogan Komering Ulu Timur dengan produksi 689.773 ton dan Ogan Komering Ilir sebagai daerah penghasil terbesar ketiga. Keberhasilan ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas, seperti program Optimalisasi Lahan Rawa (Opla), pemberian pupuk subsidi, serta pendistribusian bantuan bibit, pupuk, dan alat mesin pertanian kepada para petani.
Kabupaten Banyuasin menunjukkan peningkatan yang konsisten dalam produksi padi. Pada tahun 2024, luas panen di kabupaten ini mencapai 521,25 ribu hektare, naik 3,30 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 504,14 ribu hektare. Dari sisi produksi, Banyuasin mencatatkan 958.324 ton GKG, naik signifikan dibandingkan produksi tahun sebelumnya sebesar 920.413 ton. Peningkatan ini mencerminkan efektivitas berbagai program pemerintah dan upaya petani lokal dalam memaksimalkan hasil pertanian mereka.
Prestasi Kabupaten Banyuasin tidak hanya menjadikannya sebagai penghasil padi terbesar di Sumatera Selatan, tetapi juga menempatkannya sebagai salah satu kabupaten penghasil padi terbesar di Indonesia. Pada skala nasional, Banyuasin berada di peringkat keempat, menunjukkan tren peningkatan yang stabil dari 897.427,60 ton pada tahun 2022 menjadi 920.413 ton pada 2023, dan kemudian 958.324 ton pada 2024. Capaian ini memperlihatkan dedikasi Banyuasin dalam mendukung ketahanan pangan, tidak hanya di tingkat provinsi tetapi juga secara nasional.
Keberhasilan Sumatera Selatan, khususnya Banyuasin, mencerminkan pentingnya dukungan kebijakan pemerintah dan inovasi dalam sektor pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi dan optimalisasi lahan, provinsi ini mampu mempertahankan peran strategisnya dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Keberlanjutan program-program yang telah ada diharapkan mampu menjaga tren peningkatan ini sekaligus mendorong provinsi lain untuk mengadopsi langkah serupa dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
Program Strategis Kementerian Pertanian di Banyuasin
Untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggalakkan pelaksanaan program-program unggulan seperti Brigade Pangan dan Optimalisasi Lahan (OPLAH). Program ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga untuk mendorong kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat tani, sehingga potensi sektor pertanian dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Dalam kunjungan lapangan ke Kabupaten Banyuasin, Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan (BSIP) Kementan, Kuntoro Boga, menegaskan pentingnya peran Brigade Pangan sebagai ujung tombak ketahanan pangan. Pada 7 Januari 2025, ia mengunjungi beberapa lokasi strategis, termasuk Kecamatan Suak Tapeh dan Desa Kenten Jaya di Kecamatan Talang Kelapa. Dalam kunjungannya, ia menekankan perlunya optimalisasi sumber daya lokal serta penguatan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan para petani.
Program Optimalisasi Lahan Rawa dan Brigade Pangan memiliki tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian melalui pemanfaatan teknologi modern seperti alat dan mesin pertanian (alsintan). Selain itu, pendekatan ini juga dirancang untuk memperkuat sinergi di tingkat lokal, sehingga sektor pertanian tidak hanya menjadi lebih produktif tetapi juga lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.
Kuntoro menegaskan bahwa Brigade Pangan adalah “pahlawan” dalam upaya mencapai ketahanan pangan nasional. Ia menekankan bahwa dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, sangat dibutuhkan. Dengan kolaborasi yang solid, Kabupaten Banyuasin berpotensi memperkuat posisi Sumatera Selatan sebagai salah satu lumbung pangan nasional, sekaligus mendorong pencapaian target produksi padi nasional.
Melalui program ini, Kementerian Pertanian berharap dapat membangun sistem pertanian yang lebih tangguh dan berdaya saing. Kuntoro juga menegaskan bahwa keberhasilan tidak hanya diukur dari peningkatan produktivitas, tetapi juga dari pemberdayaan masyarakat tani. Dengan menjadikan petani sebagai elemen utama dalam strategi ini, langkah menuju ketahanan pangan berkelanjutan akan menjadi lebih kokoh dan terarah.
Model Pengelolaan Program Swasembada Pangan
Kecamatan Suak Tapeh telah membuktikan dirinya sebagai salah satu kawasan strategis yang sukses dalam mengimplementasikan program Brigade Pangan. Pada tahun 2024, luas panen di wilayah ini mencapai 521,25 ribu hektare, mencerminkan peningkatan signifikan dalam produktivitas padi dibandingkan tahun sebelumnya. Program Brigade Pangan tidak hanya menyediakan dukungan teknis dan alat bagi para petani, tetapi juga menjadi wadah edukasi untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap penggunaan teknologi modern dan pengelolaan hasil panen secara efisien. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa intervensi yang tepat sasaran dapat mendorong transformasi pertanian lokal.
Desa Kenten Jaya di Kecamatan Talang Kelapa juga menjadi sorotan sebagai lokasi unggulan implementasi program Optimalisasi Lahan (OPLAH) pada tahun 2024. Dengan memanfaatkan teknologi pertanian modern yang terintegrasi dengan peran aktif masyarakat tani, desa ini berhasil meningkatkan produktivitas padi secara signifikan. Melalui dialog terbuka dengan para petani, Dr. Kuntoro Boga, Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan Kementerian Pertanian, menekankan pentingnya menjaga kesinambungan program ini. "Keberhasilan OPLAH di lapangan menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat petani dapat membawa perubahan besar," ungkap Dr. Kuntoro.
Keberhasilan Brigade Pangan dan OPLAH tidak hanya berdampak pada hasil panen, tetapi juga pada kesejahteraan petani di wilayah tersebut. Dengan dukungan pemerintah melalui program-program ini, para petani memperoleh akses lebih baik terhadap alat dan mesin pertanian (alsintan), pelatihan teknologi, serta bantuan subsidi pupuk. Dampak positif ini memperkuat keyakinan bahwa Kabupaten Banyuasin dapat menjadi model nasional dalam pengelolaan sektor pertanian berbasis keberlanjutan. Dr. Kuntoro menambahkan bahwa sinergi antara program pemerintah dan inisiatif lokal perlu terus diperkuat untuk memastikan hasil yang berkelanjutan.
Sebagai salah satu kabupaten penghasil padi terbesar di Sumatera Selatan, Banyuasin telah menjadi contoh nyata keberhasilan program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Produktivitas yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan fondasi yang kokoh bagi Indonesia dalam mewujudkan swasembada pangan. Lebih dari itu, keberhasilan Banyuasin juga menunjukkan bagaimana inovasi teknologi dan partisipasi masyarakat dapat berpadu dalam mendorong keberlanjutan sektor pertanian. Kabupaten ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menerapkan langkah serupa.
Kuntoro menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Komitmen bersama ini menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan. Dengan sinergi yang terus terjalin, program-program seperti Brigade Pangan dan OPLAH tidak hanya akan memperkuat posisi Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan, tetapi juga menjadikan Indonesia lebih siap dalam menghadapi tantangan global di sektor pangan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.