Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nashiruddin Amin

Panggung Teater Sang Badut Pemerintah

Politik | 2025-01-08 22:41:14
jatimtimes

Nusantara adalah sebuah panggung diatas dunia yang diaktorkan oleh badut dengan genre komedi terbesar. Khalayak dari masarakat dunia terhibur dengan penokohan yang dilakukan oleh si badut, sehingga korporasi asing dan bandit kapitalis tertarik dengan panggung sandiwara tersebut dan mereka berbondong-bondang untuk membeli tiket untuk menonton dan bahkan ikut menjadi sutradara dari panggung yang bernama Nusantara.

Paggung tersebut memiliki 38 bagian bilik tapi masih tetap sama dengan gendre yang bernama komedi, baik yang di istimewakan ataupun tidak, adapun keunggulan dari setiap bilik antara lain:

Bilik yang pertama bernama Nangroe Aceh Darussalam yang terletak di paling ujung teater, memiliki banyak perkakas yang lengkap dan elok seperti kandungan mineral terbesar di dunia, minyak hidrokarbon yang mencapai 320 miliar barel yang bisa menandingi teater yang bernama Arab Saudi, emas, tenaga panas, tembaga timah, marmer dan lain dengan keunggulan itu bilik ini banyak disutradarai oleh pemerintah, exxon, gam, dan berawich

Bilik selanjutnya bernama Riau dengan penampilan yang disajikan berlatarbelakang metropolitan. Siapa sangka teater ini merupakan teater bilik terkaya diantara 37 panggung lainnya dan salah satu panggung terkaya juga di Asia Tenggara yang menfasilitasi khalayak dengan perkebunan sawit hingga jutaan bahkan ribuan hektar dan berbagai tambang seperti gas dan batubara.

Bali, seluruh penonton dari khalayak dunia tau bilik yang bernama Bali, eksistensinya terlihat di sektor pemandangan yang memanjakan mata penonton serta kebudayaan yang kental menambah rias dari panggung tersebut, nilai plusnya adalah Bali sebagai gerbang wisatawan dan minusnya adalah panggung ini terkenal di kaca mata dunia tapi sedikit yang tau bahwa panggung ini dimiliki oleh teater yang bernama Nusantara. Jika teater ini dijadikan kerajaan maka Bali lah putri tercantik di kerajaan tersebut.

Bilik selanjutnya bernama Kalimantan, terletak di paling atas panggung, bilik ini menyajikan penonton dengan wahana alam yang masih rimbun dan lebat serta flora dan faunanya yang beragam sehingga mendapat julukan paru dunia, retapi setelah sutradaranya digantikan dengan selera humor yang lebih tinggi, wahana alam yang disajikan akan diubah alurnya dengan alur cerita (METROPOLITAN).

Bilik satu ini jarang dikenal tetapi memiliki potensi yang luar biasa dalam memikat penonton karena pengelolaannya belum maksimal, seperti pertambangan nikel yang mencapai 97 miliar ton emas yang sampai 200 triliun rupiah, bilik ini bernama Sulawesi. Satu hal yang membuat bilik im tak boleh dipandang sebelah mata karna adanya Wakatobi yang memiliki keanekaragaman terumbu karang terbesar didunia, yang 90% terumbu karangnya ada di Wakatobi.

Bilik terakhir yang bernuansa primitif disebut dengan papua pertunjukan yang disediakan berupa pemandangan Raja Ampat dan pertambangan yang menjamur di wilayah tersebut, yang ironisnya bilik ini disutradarai oleh pihak korporasi asing yang menyisakan 9,36% untuk pemilik teater (Indonesia) dan 1% untuk bilik Papua dari seluruh keuntungan yang bernama Freeport. Perkakas yang bernama Bukit Ersberg dan Bukit Grasberg telah ia garap dengan waktu beberapa dekade belakangan ini dengan keuntungan sampai miliaran dolar.

Nahkoda yang mengendarai teater ini bernama presiden. Ia mungkin telah kehilangan kompasnya sehingga ia tak tau mau di bawa ke mana kapalnya untuk sampai tujuan, sang nahkoda membawa ke dalam arus globalisasi (perdagangan bebas) membawa ke anarkisan bandit kapitalis serta korporasi asing yang memanfaatkan carut marut sistim teater tersebut sehingga dengan mudah mengambil peran sutradara.

Tugas dari masing badut beragam, ada yang memerankan sebagai perwakilan rakyat, ada yang polisi, ada yang mahkamah agung, dan ada juga sebagai politisi yang tujuannya hanya satu: hanya membuat senang para penonton dan investor dunia.

Bukan hal tabu lagi bilamana teater nusantara ini telah dicampuri oleh tangan tangan kotor asing dan para bandit kapitalis, para badut badut pemerintahan yang hanya memainkan peran sambil bercanda tidak akan pernah peduli atas penderitaan rakyat, sang badut sibuk menulis narasi-narasi dengan tinta darah pribumi dan minum dengan keringat rakyat, la tertawa lepas menyaksikan tontonan penderitaan rakyat.

Sebenarnya problematikanya bukan pada pihak asing tetapi ada pada mental para badut ini, yang terbukti dengan yang terjadi satu abad yang silam ketika teater ini dikuasai belanda sebagai sutradaranya yang hanya membawa ratusan tentara orang Belanda, tetapi ia menguasai teater yang berisikan 150 juta penduduk dan 17 ribu pulau, itu karena apa? Karena banyaknya para pengkhianat di antara kita, yang budaya tersebut masih eksis dan di lestarikan oleh para badut hingga kini

Teater ini sekarang berada pada kondisi yang sangat memperhatinkan, tubuhnya penuh dengan tambalan luka sayatan dan tusukan, yang di hunuskan setiap saat, Nusantara sekarang berada di ruang UGD, menunggu seorang dokter yang akan menyelamatkan nyawanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image