Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Moralitas dalam Berinteraksi di Media Sosial: Mengatasi Pelecehan Verbal di Aplikasi TikTok

Edukasi | 2025-01-08 12:44:06

Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, globalisasi semakin memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam bidang teknologi. Proses globalisasi ini membawa dampak yang signifikan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Salah satu aspek yang sangat terasa adalah kemunculan teknologi baru yang semakin canggih, seperti gadget, yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sisi positif, gadget memberikan berbagai kemudahan dalam aktivitas manusia. Keberadaannya memungkinkan individu untuk mengakses informasi dengan cepat dan mudah, tanpa terbatas oleh jarak dan waktu. Gadget juga memfasilitasi komunikasi jarak jauh, memungkinkan seseorang untuk tetap terhubung dengan orang lain di berbagai belahan dunia. Selain itu, berbagai aplikasi yang ada di gadget juga mempermudah banyak kegiatan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan.

Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, terdapat pula dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah maraknya penyalahgunaan aplikasi-aplikasi tertentu yang dapat merugikan penggunanya. Sebagai contoh, aplikasi TikTok, aplikasi ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mengekspresikan diri dan berkreasi, namun banyak orang yang juga menggunakannya dengan cara yang kurang positif.

Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan pada aplikasi TikTok terkait dengan etika berkomentar yang semakin sulit untuk dikontrol. Di era digital ini, banyak pengguna media sosial yang dengan mudahnya memberikan komentar tanpa memikirkan dampak dan perasaan orang lain. Berbagai kalimat tidak sopan, menghina, dan bahkan tidak senonoh sering kali ditemukan di aplikasi ini, yang dapat merugikan pihak yang menjadi sasaran komentar tersebut. Keadaan ini dapat memicu terjadinya pelecehan verbal atau verbal harassment, di mana korban menjadi target penghinaan, pelecehan, atau bahkan ancaman secara online.

Pelecehan verbal di media sosial, seperti TikTok, bisa terjadi dalam bentuk komentar yang menghina, mengejek, atau merendahkan martabat seseorang dengan kata-kata yang menyakitkan. Ini bisa terjadi pada siapa saja, baik pada individu biasa, selebritas, atau tokoh publik. Pengguna aplikasi dapat dengan mudah menjadi sasaran ejekan atau penghinaan yang ditujukan pada aspek fisik, kepribadian, atau pandangan mereka. Hal ini menciptakan atmosfer yang tidak aman dan penuh ketegangan di platform ini, di mana pengguna yang menjadi sasaran komentar tidak senonoh merasa terisolasi dan cemas.

Baik pria maupun wanita, serta individu dari berbagai rentang usia, memiliki potensi untuk menjadi pelaku ataupun korban dalam pelecehan verbal yang sering terjadi pada platform ini. Fenomena ini tidak terbatas pada gender atau usia, karena siapa pun bisa terjebak dalam tindakan yang merugikan, baik itu sebagai pihak yang menyerang atau sebagai pihak yang diserang. Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa—baik pria maupun wanita—semuanya dapat terlibat dalam dinamika pelecehan verbal yang merugikan.

Pelecehan verbal dapat memiliki dampak yang mendalam pada korban, mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka. Rasa cemas, stres, dan penurunan rasa percaya diri adalah beberapa dampak yang bisa timbul akibat komentar merendahkan di media sosial. Dalam banyak kasus, pelaku merasa terlindung di balik anonimnya di dunia maya, sehingga mereka bebas menyampaikan komentar yang menghina atau menyinggung tanpa rasa tanggung jawab. Keadaan ini memperburuk situasi bagi korban, yang merasa dihina dan diserang secara verbal. Dampaknya tidak hanya terbatas pada gangguan emosional, tetapi juga dapat merusak harga diri mereka, menyebabkan perasaan terisolasi dan stres berkepanjangan.

Komentar yang tidak senonoh, seperti yang sering ditemukan pada aplikasi TikTok, secara nyata mencerminkan rendahnya moralitas dalam berinteraksi di ruang digital. Keberadaan komentar negatif, penghinaan, dan bahkan pelecehan di platform media sosial ini bukan hanya merusak kualitas interaksi antar pengguna, tetapi juga menurunkan atmosfer positif yang seharusnya tercipta dalam dunia maya. Selain itu, fenomena ini juga mencerminkan kurangnya pengawasan yang efektif dari pihak platform terhadap perilaku para penggunanya. Meskipun dari pihak TikTok telah mengimplementasikan beberapa kebijakan untuk mencegah penyebaran ujaran kebencian dan konten berbahaya, hal ini tampaknya masih belum cukup mengatasi permasalahan secara menyeluruh.

Terkait dengan masalah pelecehan verbal yang sering terjadi pada aplikasi TikTok ini, sangat penting untuk mengedukasi diri dan orang lain mengenai dampak buruk dari perilaku tersebut. Pengguna media sosial harus lebih kritis dalam menyaring informasi yang diterima dan disebarkan, serta lebih berhati-hati dalam berkomentar. Menghormati keberagaman pendapat, latar belakang, dan identitas orang lain adalah kunci untuk menciptakan ruang digital yang aman dan inklusif. Tidak hanya itu, peran edukasi di sekolah dan komunitas juga sangat penting untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menggunakan media sosial secara etis.

Oleh karena itu, pentingnya bagi para pengguna media sosial untuk lebih memikirkan dengan baik dan memperhatikan apa yang mereka pelajari dan ambil di media sosial serta memikirkan dampak dari apa yang mereka berikan di media sosial agar tidak merugikan orang lain. Selain itu, ini juga menjadi penting bagi banyak orang untuk terjun di lingkungan sosial yang positif, dengan nilai-nilai saling menghargai dapat membentuk pola pikir yang lebih sehat, yang pada akhirnya akan mengarah pada cara berkomunikasi yang lebih bijak di media sosial. Dengan kesadaran kolektif ini, kita bisa bersama-sama menciptakan ruang digital yang lebih positif dan sehat, tempat di mana setiap individu merasa aman, dihargai, dan dihormati.

Penulis : Alya Rahmah Imtiyaz (002241089)

Program Studi D3 Akuntansi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image