Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Haqi Nuha Ahnafy

Etika Penggunaan Hewan dalam Uji Klinis Obat Manusia

Edukasi | 2025-01-08 09:57:05
Ilustrasi Laboratorium Penelitian dengan Hewan Uji (Sumber: Freepik)

Penggunaan hewan dalam uji klinis untuk pengembangan obat manusia telah menjadi topik yang terus memicu perdebatan etis. Di satu sisi, hewan dianggap sebagai model penelitian yang esensial untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat sebelum digunakan pada manusia. Namun, di sisi lain, pertanyaan moral terus muncul mengenai penderitaan yang dialami hewan dalam proses ini. Dalam hal ini, dokter hewan memegang peranan penting, yaitu menjaga kesejahteraan hewan sekaligus memastikan bahwa uji coba dilakukan dengan standar etika yang tinggi.

Pentingnya Uji Klinis pada Hewan

Hewan sering kali digunakan dalam penelitian farmasi karena kemiripan fisiologi mereka dengan manusia. Data dari European Animal Research Association (EARA) mencatat bahwa sekitar 75% obat-obatan yang disetujui untuk manusia pertama kali diuji pada hewan. Tanpa uji klinis ini, risiko efek samping yang membahayakan manusia akan meningkat drastis. Namun, praktik ini menimbulkan dilema besar, terutama ketika kesejahteraan hewan diabaikan demi efisiensi penelitian.

Sebagai contoh, hewan percobaan sering digunakan dalam penelitian untuk penyakit kronis seperti kanker atau diabetes. Meskipun penelitian ini membawa manfaat besar bagi kesehatan manusia, penderitaan hewan dalam prosesnya sering kali menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, uji klinis pada hewan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan transparansi.

Peran Dokter Hewan dalam Meminimalkan Penderitaan

Dokter hewan memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa hewan percobaan diperlakukan secara manusiawi. Tugas mereka mencakup penggunaan metode yang meminimalkan rasa sakit, seperti anestesi dan analgesik, serta penerapan prinsip 3R.

1. Replacement

Mengganti penggunaan hewan dengan model alternatif seperti simulasi komputer atau organoid.

2. Reduction

Mengurangi jumlah hewan yang digunakan tanpa mengurangi validitas hasil penelitian.

3. Refinement

Menyempurnakan metode penelitian untuk mengurangi penderitaan hewan dan meningkatkan kualitas hidup mereka selama penelitian berlangsung.

Selain itu, dokter hewan harus berperan sebagai pengawas dalam proses penelitian, memastikan bahwa semua prosedur dilakukan sesuai dengan pedoman etika internasional.

Ilustrasi Dokter Hewan (Sumber: Freepik)

Kontroversi dan Tanggung Jawab Etis

Meskipun terdapat pedoman yang jelas, pelanggaran etika dalam penelitian pada hewan masih sering terjadi. Studi oleh Humane Society International (HIS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 30% penelitian hewan global tidak mematuhi standar etika yang telah ditetapkan. Masalah ini menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat dan akuntabilitas dari pihak laboratorium.

Masyarakat juga semakin menuntut transparansi dalam praktik penelitian. Laboratorium dan institusi riset di seluruh dunia perlu membuka data mengenai penggunaan hewan dalam penelitian mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan akuntabilitas, tetapi juga memberikan kepercayaan kepada publik bahwa penelitian dilakukan dengan tanggung jawab moral yang tinggi.

Teknologi dan Pendekatan Baru

Teknologi modern seperti bioprinting organ dan model in vitro kini mulai berkembang sebagai alternatif yang lebih etis. Misalnya, organoid yang ditanam dari sel manusia dapat digunakan untuk menguji respons obat tanpa melibatkan hewan. Di beberapa negara maju, pendekatan ini telah mendapat dukungan besar, baik dari sisi investasi maupun regulasi.

Namun, adopsi teknologi ini di negara berkembang masih menghadapi hambatan. Biaya yang tinggi, kurangnya infrastruktur, dan terbatasnya tenaga ahli menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, kerja sama internasional diperlukan untuk mempercepat transisi menuju metode penelitian yang lebih manusiawi.

Ilustrasi Teknologi Modern untuk Pengecekan Kesehatan Hewan (Sumber: Freepik)

Mencari Keseimbangan Antara Sains dan Etika

Penggunaan hewan dalam uji klinis tetap menjadi aspek penting dalam pengembangan obat. Namun, praktik ini harus dilakukan dengan standar etika yang tinggi, di mana kesejahteraan hewan dijadikan prioritas utama. Dokter hewan memiliki peran sentral dalam memastikan keseimbangan antara kebutuhan ilmiah dan etika.

Ke depannya, pendekatan yang lebih transparan, investasi dalam teknologi alternatif, dan kerja sama lintas disiplin dapat menjadi solusi untuk menciptakan penelitian yang lebih manusiawi dan bertanggung jawab. Dengan demikian, menghormati kesejahteraan hewan tidak hanya mencerminkan nilai-nilai moral, tetapi juga memperkuat kredibilitas sains di mata publik.

Haqi Nuha Ahnafy, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image