Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ADELIA NIHLA FIRDA - UNIVERSITAS AIRLANGGA

Angka Harapan Hidup Kian Menurun, Sudahkah Pemerataan Dilakukan untuk Suku Korowai?

Info Terkini | 2025-01-08 02:15:51
Rumah pohon di sebuah desa kecil orang Korowai. Sumber: guenterguni by iSctock

Sudah menjadi hal yang umum bahwa pemerataan di Indonesia perlu diperhatikan. Apalagi pemerataan terhadap pelayanan dan fasilitas kesehatan. Tentu hal tersebut sangat penting mengingat pelayanan dan fasilitas kesehatan berpengaruh kepada angka harapan hidup seseorang. Penting untuk mengupayakan pemerataan pelayanan dan fasilitas kesehatan untuk seluruh wilayah Indonesia, terlebih lagi untuk daerah-daerah terpencil dan pedalaman.

Kondisi Suku Korowai

Banyak sekali kasus-kasus kematian di suku pedalaman yang diakibatkan oleh kurangnya akses pelayanan kesehatan, salah satunya yaitu suku Korowai. Suku Korowai merupakan suatu suku di salah satu daerah terisolasi dan berada di pedalaman Papua, tepatnya di persimpangan Kabupaten Yahukimo, Mappi, Boven Digoel, dan Asmat. Suku tersebut terkenal dengan rumah pohon yang memiliki ketinggian puluhan meter di atas tanah. Keseharian suku Korowai untuk transportasi yaitu dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter dan hanya menggunakan perahu ketinting untuk menyeberangi sungai. Bahkan, suku Korowai hanya memiliki kepala suku dan pendeta, tidak ada kepala desa ataupun kepala RT, dan lain lain.

Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Suku Korowai

Suku Korowai memiliki kondisi geografis yang susah terjangkau. Berbagai rintangan yang harus dihadapi untuk mencapai wilayah suku Korowai, seperti dataran tinggi yang masih dipadati hutan hujan tropis, dataran rendah berawa, padang rumput, lembah, danau, dan lain lain. Hal ini berpengaruh kepada akses pelayanan kesehatan suku Korowai. Dikutip dari papua.antaranews.com, transportasi untuk menuju ke wilayah suku Korowai yaitu hanya dengan menggunakan pesawat berbadan kecil dan helikopter yang disewa dengan biaya berkisar antara Rp 40-50 juta. Dari kesulitan-kesulitan untuk mengakses wilayah suku Korowai inilah yang mengakibatkan pelayanan kesehatan untuk suku Korowai tidak terlaksana. Terdapat beberapa kasus pada masyarakat suku Korowai, seperti seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang menderita bisul pada bagian kiri pipi anak tersebut, anak suku Korowai yang dilaporkan menderita noma (Stomatitis gangrenosa), kasus seperti Kurang Energi Kronis (KEK), Tuberkulosis (TB), Filariasis, malaria sering diderita suku Korowai karena kurangnya akses pelayanan kesehatan, termasuk edukasi kesehatan.

Angka Harapan Hidup Suku Korowai

Masalah-masalah yang diderita suku Korowai ini menyebabkan angka harapan hidup suku Korowai menurun dan angka kematian suku Korowai meningkat. Setiap tahunnya, terdapat setidaknya 60 orang dari suku Korowai meninggal dunia. Hal ini perlu diperhatikan secara serius sehingga angka harapan hidup suku Korowai meningkat. Meskipun kondisi aksesibilitas suku Korowai sangatlah menuai rintangan, tapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan suku Korowai. Pemerataan tidak boleh berhenti hanya karena sebuah wilayah sulit untuk dijangkau. Menurut UU No. 17 Tahun 2023 pada pasal 21, yaitu pengelolaan kesehatan dilakukan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Oleh karena itu, upaya-upaya pemerintah harus tetap berjalan.

Upaya Pemerintah untuk Suku Korowai

Upaya pemerintah untuk suku Korowai telah terlaksana dengan Dinas Kesehatan Papua mengirimkan tim darurat kesehatan serta pemerintah telah melakukan distribusi obat kepada suku Korowai. Pemerintah juga mengirim tim terpadu untuk memantau dan mengedukasi masyarakat Korowai, seperti ibu hamil, pasien terkena filiarisis, sifilis, dan lain lain. Tim terpadu juga memberikan medical check up kepada suku Korowai sehingga kesehatan suku Korowai dapat terpantau.

Solusi untuk Suku Korowai ke Depannya

Upaya-upaya pemerintah harus terus berlanjut. Perlu ditekankan kembali bahwa pemerintah harus terus mengupayakan kondisi suku Korowai meskipun kondisi geografis suku Korowai sulit terjangkau. Beberapa solusi untuk permasalahn suku Korowai antara lain:

1. Penguatan Infrastruktur Kesehatan

Pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas ke wilayah Suku Korowai dengan membangun infrastruktur transportasi seperti jalur darat, udara, atau sungai yang lebih baik. Peningkatan fasilitas kesehatan seperti puskesmas keliling atau klinik terapung juga dapat membantu menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

2. Peningkatan Tenaga Kesehatan

Diperlukan upaya untuk menyediakan tenaga kesehatan yang bersedia menetap di wilayah Korowai, seperti melalui insentif finansial, fasilitas kerja yang memadai, atau skema tugas wajib bagi tenaga medis baru. Pelatihan tenaga kesehatan lokal juga dapat menjadi solusi jangka panjang.

3. Pemanfaatan Teknologi Kesehatan

Penerapan teknologi telemedicine dapat menjadi alternatif untuk mengatasi keterbatasan tenaga kesehatan di wilayah terpencil. Teknologi ini memungkinkan konsultasi jarak jauh dengan dokter spesialis dan pengiriman informasi kesehatan secara real-time

4. Edukasi dan Pendekatan Budaya

Edukasi kesehatan kepada masyarakat Korowai perlu dilakukan dengan memperhatikan aspek budaya dan kepercayaan tradisional mereka. Pelibatan tokoh masyarakat seperti kepala suku dan pendeta dapat membantu meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan modern.

5. Peningkatan Anggaran Kesehatan Daerah Terpencil

Pemerintah pusat dan daerah perlu memastikan alokasi anggaran yang cukup untuk mendukung program pelayanan kesehatan di wilayah terpencil seperti Korowai, agar implementasi program dapat berjalan maksimal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image