Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arin Nabilla Putri UNAIR

Seberkas Cahaya dari Radiologi

Eduaksi | 2025-01-06 22:02:10
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Satu kata di akhir judul, apa yang Anda pikirkan pertama kali tentang hal tersebut?
Rontgen?Radiasi?Berbahaya?Atau bahkan radio?

Opsi terakhir adalah sebuah anomali. Sayangnya, kebanyakan orang awam akan berpikir demikian. Oh, baiklah, kita sudah sampai di pembuka tahun 2025. Masihkah radiologi bertahan dengan stigma demikian?

Radiologi hadir bagaikan representasi dari jamur-jamur liar, jarang diketahui orang dan dianggap berbahaya. Namun, sisi lainnya menunjukkan pencerahan dari objek itu sendiri. Meski jamur-jamur itu tumbuh dengan reputasi yang tak mesti bagus, akan tetapi bukankah Tuhan menciptakan sesuatu tak lain bermanfaat bagi makhluk-Nya? Dianggap beracun lah, merugikan lah. Tidak semua jamur liar demikian. Ada juga jamur liar yang memiliki sisi positif. Bahkan, bermanfaat di bidang kesehatan sekalipun. Begitu pula dengan radiologi.

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari hasil pencitraan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Menurut Patel (2005:2) dalam Prayoga et.al (2023), radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Well, radiologi memiliki hubungannya dengan radio? Secara langsung tidak begitu, kawan. Mari kita ingat sejenak pelajaran fisika sewaktu SMA yakni materi tentang jenis-jenis gelombang. Kita tahu bahwa di dalam spektrum gelombang elektromagnetik, radio berada di urutan paling kiri. Kemudian, radiologi merupakan cabang ilmu yang memanfaatan gelombang elektromagnetik melalui sinar X. Sinar X ini berada di urutan kedua paling kanan dalam spektrum gelombang elektromagnetik.

Secara tidak langsung, baik radio maupun radiologi memiliki kolerasi dalam spektrum gelombang elektromagnetik. Keduanya sama-sama bagian dari gelombang elektromagnetik. Namun, tentunya mereka adalah dua hal yang berbeda. Secara frekuensi dan panjang gelombang, radio memiliki frekuensi terkecil dan panjang gelombang terpanjang dalam urutan spektrum gelombang elektromagnetik. Itu mengapa radio berada di urutan paling kiri.

Kata "radio" berasal dari bahasa Latin, yakni radius yang ditafsirkan sebagai "seberkas cahaya". Dalam konteks radiologi, radio merujuk pada sinar energi yakni sinar X atau biasa dikenal sebagai x-ray. Penerapan ilmu radiologi yang memanfaatkan sinar x-ray ini pun menjadi "seberkas cahaya" dalam dunia kedokteran.
Mari kita ulik kembali sejarah x-ray. X-ray ditemukan oleh fisikawan Jerman, Wilhelm Conrad Rontgen, pada November 1895. Hal ini menjadi alasan istilah pemeriksaan x-ray dalam radiologi dikenal dengan rontgen. X-ray merupakan salah satu bentuk radiasi. Tak jarang, banyak orang memberikan konotasi buruk pada radiasi. Tidak memungkiri fakta bahwa bahaya dari radiasi bisa menyebabkan gangguan kesehatan hingga kematian. Namun, yang perlu digaris bawahi di sini adalah terkait dosis yang diterima.

Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh radiasi tidak langsung terjadi begitu saja. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitu pula dengan radiasi. Apabila seseorang terpapar radiasi terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang dan diikuti dosis yang diterima melebihi ambang batas, maka radiasi dapat berpotensi membahayakan. Jika dosis yang diterima masih dalam kategori tidak berlebih, maka radiasi masih dikategorikan aman. Asalkan sesuai dengan prosedur yang diberikan. Hal ini telah diatur oleh peraturan BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) nomor 6 tahun 2020 bahwa untuk pekerja radiasi batas dosis yang ditetapkan adalah 20 milisievert (mSv) per tahun, sedangkan masyarakat umum adalah 1 mSv per tahun.

Namun, radiasi tidak hanya bergelut pada dunia radiologi saja. Definisi radiasi menurut Muhlis (2000:28) dalam Edi (2011) adalah pancaran. Well, matahari adalah salah satu bentuk dari radiasi pula. Dikatakan sebagai sumber radiasi karena matahari dapat memancarkan radiasi dalam bentuk cahaya.
Lantas, apakah matahari juga berbahaya?

Tidak begitu, kawan. Kita garis bawahi lagi, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitu pula dengan matahari dan begitu pula dengan radiologi.
Lahirnya x-ray sebagai bentuk penerapan radiologi ini mengubah wajah dunia kedokteran. Radiologi hadir bagaikan seberkas cahaya dalam ilmu kedokteran. Bayangkan saja jika ilmu radiologi ini tidak ada. Lalu, bagaimana seorang dokter dapat mendiagnosis suatu penyakit yang ada di dalam tubuh dengan efisien? Bagaimana seorang dokter dapat tahu apa yang terjadi di dalam tubuh manusia?

Apakah hanya untuk mendiagnosis suatu penyakit ataupun mengetahui keadaan bagian dalam tubuh manusia, seorang dokter harus selalu melakukan tindakan operasi?

Ya, begitulah jika ilmu radiologi tidak ada. Ilmu radiologi bermanfaat dalam dunia kesehatan, khususnya bagi pasien untuk meminimalkan tindakan operasi. Teknik pencitraan seperti CT scan, MRI, USG, dan PET scan memungkinkan diagnosis yang lebih akurat tanpa perlu eksplorasi bedah. Misalnya, tumor atau infeksi dapat diidentifikasi dengan jelas melalui pencitraan. Bahkan, dalam pengobatan kanker, terdapat terapi radiasi yakni radioterapi yang sering digunakan untuk menghancurkan sel kanker tanpa perlu mengangkat tumor secara bedah.

Radiologi dan pemanfaatannya hadir karena adanya peran dari radiasi. Sesuatu yang selalu dianggap orang bahaya, ternyata memberikan solusi bahkan kunci dalam dunia kesehatan. Seberkas cahaya dari radiologi ini adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah ilmu pengetahuan untuk mengubah cara manusia memahami tubuh, penyakit, dan teknologi. Tanpa penemuan ini, kualitas hidup manusia akan sangat terpengaruh.

Hal ini tak luput dari orang-orang yang bermain peran dalam bidang tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam dunia radiologi adalah orang-orang hebat yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Para tenaga kesehatan radiologi akan selalu berteman dengan radiasi meski stigma buruk itu akan selalu melekat. Namun, hal ini tak lain demi kemaslahatan umat. Sebagaimana representasi dari jamur liar, radiologi akan selalu menebar manfaat meski hadirnya selalu dianggap mudarat.

Referensi:Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: Rineka CiptaAnwar, E. D. 2011. SISTEM PRIOTEKSI RADIASI: Analisis Terhadap Bidang Radiologi Rumah Sakit. Jurnal Phenomeon, 1 (1), 47-63. Patel, Pradip R. 2005. Lecture notes: Radiologi. Jakarta: Penerbit ErlanggaPrayoga, A. N., Trisna B., Lucky R. W. U. 2023. Edukasi dan Sosialisasi Pemeriksaan Panoramic dalam Menunjang Pelayanan Pemeriksaan Gigi pada Mahasiswa Keperawatan Gigi. Jurnal Implementasi Pengabdian Masyarakat Kesehatan (JIPMK), 5 (1), 23-25.https://jdih.bapeten.go.id/unggah/dokumen/peraturan/1023-full.pdf

Artikel ini ditulis oleh Arin Nabilla Putri, Mahasiswa Universitas Airlangga (FV)



Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image