Tantangan Besar Dunia Kedokteran! Peningkatan HIV di Kalangan Remaja: Gejala dan Pencegahannya
Eduaksi | 2025-01-01 21:25:31Oleh: Nevin Fahmi Putra/111241349, Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran
PENDAHULUAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terus menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 35.415 kasus HIV dan 12.481 kasus AIDS tercatat dalam periode Januari hingga September 2024. Angka ini hampir menyamai jumlah kasus tahun sebelumnya yang lebih dari 50.000. Kasus baru sebagian besar ditemukan pada kelompok usia remaja dan dewasa muda, dengan 71 persen di antaranya adalah pria, sementara wanita menyumbang 29 persen kasus. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama sel CD4, yang berfungsi melawan infeksi. Jika tidak diatasi, infeksi ini dapat berkembang menjadi AIDS, kondisi di mana tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa perlindungan, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, serta dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Melihat tingginya kasus di kalangan generasi muda, diperlukan upaya pencegahan yang lebih masif dan terarah. Edukasi yang efektif, pemeriksaan dini, serta pengurangan stigma di masyarakat menjadi kunci penting dalam menekan angka penularan dan melindungi generasi produktif dari risiko HIV-AIDS.
PEMBAHASAN
Gejala HIV pada Remaja:
Gejala HIV pada tubuh manusia berlangsung dalam beberapa tahapan yang saling berkesinambungan. Memahami fase-fase ini penting untuk mendeteksi penyakit secara dini dan mengambil tindakan yang tepat guna mencegah perkembangan lebih lanjut. Berikut adalah tiga fase utama dalam perjalanan alamiah HIV:
Fase I: Periode Jendela
Fase ini adalah tahap awal setelah tubuh terinfeksi HIV. Pada periode ini, infeksi telah terjadi, tetapi hasil pemeriksaan antibodi HIV dalam darah masih negatif.
Ciri-Ciri Utama
Penularan:
Orang yang terinfeksi sangat berisiko menularkan HIV ke orang lain karena jumlah virus dalam darah (viral load) sangat tinggi.
A. Gejala awal menyerupai flu, seperti:
- Demam.
- Nyeri otot.
- Kelelahan.
Gejala ini muncul akibat tubuh mulai membentuk antibodi terhadap HIV (serokonversi).
B. Durasi:
- Periode ini berlangsung sekitar 2 minggu hingga 3 bulan setelah infeksi awal.
- Orang yang terinfeksi sangat berisiko menularkan HIV ke orang lain karena jumlah virus dalam darah (viral load) sangat tinggi
C. Dampak pada Sistem Imun:
- Jumlah sel kekebalan tubuh (limfosit T CD4) menurun drastis.
- Virus berkembang biak (replikasi) dengan sangat cepat.
Fase II: Masa Laten
Pada tahap ini, virus HIV dalam tubuh mulai stabil, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh terus berlangsung secara perlahan.
Ciri-Ciri Utama
A. Gejala:
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Luka kecil pada mulut, gusi, atau alat kelamin
- Munculnya ruam ringan atau kulit kering yang persisten.
- Rasa lelah yang berlangsung terus-menerus meskipun aktivitas tidak berat.
- Sering mengalami batuk ringan atau infeksi saluran napas atas seperti pilek.
Masa tanpa gejala biasanya berlangsung sekitar 2-3 tahun dan Masa dengan gejala ringan bisa berlangsung hingga 5-8 tahun.
B. Penularan dan hasil cek darah:
- Meski viral load dalam tubuh relatif stabil, orang yang terinfeksi tetap bisa menularkan HIV kepada orang lain.
- Antibodi terhadap HIV sudah terdeteksi (reaktif) pada pemeriksaan darah.
C. Dampak pada Sistem Imun:
- Jumlah sel CD4 perlahan menurun seiring waktu, membuat sistem kekebalan tubuh semakin lemah.
Fase ini penting untuk diidentifikasi agar dapat dimulai pengobatan sedini mungkin, sehingga risiko komplikasi dapat ditekan.
Fase III: Masa AIDS
Fase ini adalah tahap akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh melemah secara signifikan, sehingga tubuh menjadi sangat rentan terhadap berbagai penyakit serius.
Ciri-Ciri Utama:
A. Gejala:
- Infeksi paru-paru yang menyebabkan batuk berkepanjangan, demam, dan penurunan berat badan.
- Infeksi jamur di mulut yang menyebabkan plak putih dan rasa tidak nyaman.
- Infeksi paru-paru yang menyebabkan sesak napas dan batuk kering.
- Dapat menyerang mata, saluran pencernaan, atau otak.
- Penyakit kulit yang menimbulkan ruam menyakitkan.
- Bintik-bintik gatal pada kulit.
B. Penularan:
- Pada tahap ini, jumlah virus dalam darah (viral load) sangat tinggi, sehingga risiko menularkan HIV ke orang lain juga meningkat.
C. Dampak pada Sistem Imun:
- Jumlah sel CD4 sangat rendah, membuat tubuh tidak mampu melawan infeksi atau penyakit lainnya.
Fase AIDS sangat berbahaya, namun pengobatan antiretroviral (ARV) dapat membantu memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah mencapai tahap ini.
Penyebab HIV pada Remaja
HIV dapat menular melalui beberapa cara berikut:
A. Transmisi Vertikal (Dari Ibu ke Anak):
- Penularan terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan, saat proses persalinan, atau melalui ASI dari ibu yang terinfeksi HIV.
B. Kontak Seksual:
- Pada remaja, HIV sering menyebar melalui hubungan seksual tanpa pelindung dengan pasangan yang terinfeksi.
- Virus masuk ke tubuh melalui lapisan mukosa di vagina, vulva, penis, rektum, atau melalui luka kecil yang tidak terlihat pada lapisan mulut.
C. Kontaminasi Darah:
- Kontak dengan darah yang terinfeksi, misalnya melalui transfusi darah yang tidak aman. Namun, risiko ini sangat kecil karena darah donor sekarang melalui proses skrining yang ketat.
D. Penggunaan Jarum Bersama:
- Berbagi jarum suntik, peralatan penggunaan narkoba, atau alat medis lainnya dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
- Penularan juga dapat terjadi melalui tusukan jarum yang tidak disengaja, misalnya pada petugas kesehatan.
Upaya Pencegahan HIV pada Remaja
Untuk mencegah penyebaran HIV, berbagai langkah dapat diambil, baik secara individu, keluarga, maupun melalui kebijakan masyarakat. Berikut adalah upaya pencegahan yang dapat dilakukan:
A. Edukasi dan Kesadaran Dini
- Memberikan pendidikan seksual yang komprehensif kepada remaja tentang HIV, cara penularan, dan pencegahannya.
- Menekankan pentingnya hubungan seksual yang aman dan penggunaan kondom sebagai pelindung.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya berbagi jarum suntik atau alat penggunaan narkoba.
B. Pencegahan Transmisi Vertikal (Dari Ibu ke Anak)
- Ibu hamil yang terinfeksi HIV harus menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) untuk mencegah penularan ke bayi. Tes HIV rutin selama kehamilan sangat penting untuk deteksi dini.
- Penggunaan Jarum Suntik yang Aman
C. Tidak berbagi jarum suntik atau alat medis lainnya.
- Pastikan penggunaan jarum suntik steril di fasilitas kesehatan.
D. Skrining Darah yang Ketat
- Memastikan darah donor yang digunakan untuk transfusi telah melalui proses skrining untuk mencegah risiko kontaminasi HIV.
E. Meningkatkan Akses Pengobatan dan Konseling
- Memberikan akses yang mudah ke layanan kesehatan, termasuk tes HIV gratis, konseling, dan pengobatan ARV bagi orang yang terinfeksi.
- Membangun lingkungan yang mendukung tanpa stigma bagi penderita HIV.
Referensi
Inilah.com. (2024, 1 Desember). Indonesia Catat 35.000 Lebih Kasus Baru HIV-AIDS Didominasi Kaum Muda. Diakses pada 22 Desember 2024, dari https://www.inilah.com/indonesia-catat-35000-lebih-kasus-baru-hiv-aids-didominasi-kaum-muda.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mengenal HIV dan AIDS serta tanda-tanda gejalanya. Ayo Sehat. Diambil dari https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-hiv-dan-aids-serta-tanda-tanda-gejalanya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pencegahan, pemeriksaan, dan pengobatan HIV untuk kesehatan optimal. Ayo Sehat. Diambil dari https://ayosehat.kemkes.go.id/pencegahan-pemeriksaan-dan-pengobatan-hiv-untuk-kesehatan-optimal
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.