Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image fallah nayla

Pengaruh Influencer: Inspirasi atau Pemicu FOMO?

Gaya Hidup | 2024-12-29 22:39:16
Nayla Fallah Anandiyatama| 141241129| Universitas Airlangga

Di era digital seperti sekarang, siapa sih yang nggak kenal sama istilah influencer? Mereka adalah sosok yang sering kita lihat wara-wiri di media sosial, entah itu Instagram, TikTok, atau YouTube.

Kita semua pasti punya influencer favorit. Entah itu karena konten mereka relate banget sama kehidupan kita, atau karena gaya hidup mereka yang terlihat keren dan bikin kita pengen jadi seperti mereka. Dari skincare, outfit, makanan, sampai tempat nongkrong, mereka kayak punya “magic touch” yang bikin kita merasa, “Kayaknya gue juga harus coba deh!” Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, seberapa besar sih pengaruh mereka ke kehidupan kita? Apakah mereka beneran jadi pembawa rekomendasi yang bermanfaat, atau malah bikin kita kena FOMO? FOMO alias Fear of Missing Out itu penyakit yang sering banget dialami oleh anak muda zaman sekarang terutama di kalangan Gen Z.

Rasanya kayak ada tekanan buat ikut semua tren biar nggak “ketinggalan zaman.” Dan siapa yang sering banget jadi pemicunya? Ya, influencer. Mereka dengan mudahnya bikin konten yang nge-hype satu produk atau tren tertentu, dan tiba-tiba kita ngerasa harus banget punya atau nyobain itu juga. Misalnya, lagi scroll TikTok, eh ada influencer bilang, “Lip cream ini lagi viral, warnanya cakep banget, wajib punya!” Secara nggak sadar, kita mulai mikir, “Kalau gue nggak beli, apa gue bakal jadi yang ketinggalan” Sebenarnya, nggak salah kok kalau influencer nge-rekomendasiin sesuatu.

Banyak dari mereka yang memang jago bikin konten menarik dan punya kredibilitas. Mereka juga sering kasih insight soal produk yang mungkin kita nggak pernah kepikiran buat coba. Contohnya, ada influencer yang ngereview produk lokal dengan kualitas bagus, tapi kurang terkenal. Berkat mereka, brand lokal itu bisa lebih dikenal dan produk mereka jadi lebih dihargai. Kalau dipikir-pikir, ini sebenarnya sisi positif dari influencer. Mereka nggak Cuma jualan, tapi juga bantu kita mengenal hal-hal baru. Tapi masalahnya, nggak semua rekomendasi itu jujur atau sesuai kebutuhan kita.

Ada banyak influencer yang Cuma ngepromosiin produk karena kontrak kerja sama, bukan karena mereka benar-benar suka atau percaya sama produk itu. Kadang mereka bilang, “Produk ini beneran bikin kulit aku glowing!” padahal Cuma dipakai seminggu, dan kita nggak tahu apa itu beneran works atau nggak. Akhirnya, kita yang udah terlanjur percaya malah kecewa setelah nyobain sendiri. Selain itu, pola konsumsi kita juga jadi berubah gara-gara influencer.

Coba aja hitung, dalam sebulan terakhir, berapa kali kamu beli barang yang sebenarnya nggak kamu butuhin, Cuma karena liat rekomendasi influencer? Mulai dari produk kecantikan, baju, sampai minuman hits yang Cuma trending sebentar, semuanya kayak jadi “wajib coba” gara-gara mereka. Padahal, sering kali kita Cuma tergoda sesaat, bukan karena benar-benar butuh. FOMO ini makin diperparah sama tren yang selalu berganti cepat. Apa yang viral minggu ini, belum tentu masih relevan minggu depan. Dan influencer tahu betul cara memanfaatkan momentum ini.

Kehadiran influencer di hidup kita tuh kayak temen yang selalu pamer, tapi dengan vibes lebih halus karena dibungkus filter aesthetic. Mereka pamer gaya hidup serba ‘wah’ sambil bilang, “Kamu juga bisa, kok!” Padahal di balik layar, belum tentu hidup mereka seindah itu. Tapi ya, namanya manusia, suka gampang iri kalau liat sesuatu yang keliatannya lebih keren dari apa yang kita punya. Padahal, kalau dipikir-pikir, apa yang mereka tampilkan itu sebenarnya Cuma bagian kecil dari hidup mereka. Kita gak pernah tahu perjuangan di balik layar, utang kartu kredit, atau tekanan mental yang mereka rasain buat terus jadi ‘sempurna’ di mata followers. Tapi karena kita Cuma liat hasil akhirnya aja, rasanya kayak mereka hidup di dunia yang jauh lebih indah. Dan itu, jujur aja, bikin kita jadi gak bersyukur sama apa yang kita punya.

FOMO yang muncul gara-gara influencer ini juga sering bikin kita ngelakuin hal yang tidak perlu, cuma demi validasi dari orang lain. Rela nabung mati-matian buat beli barang branded, padahal akhirnya cuma dipake buat foto sekali. Atau tiba-tiba minum kopi mahal tiap hari, padahal aslinya lebih nyaman minum kopi sachet di rumah. Intinya, kita jadi lupa sama prioritas dan nilai hidup kita sendiri. Sebenernya, gak salah sih nge-follow influencer, apalagi kalau kontennya emang ngasih manfaat. Tapi, jangan sampai kita jadi terjebak dalam pola pikir “harus seperti mereka.” Hidup itu bukan kompetisi siapa yang paling aesthetic atau paling banyak like. Toh, semua orang punya jalannya masing-masing.

Jadi, kalau mulai ngerasa tertekan sama gaya hidup yang influencer tampilkan, coba deh tarik napas, letakin HP, dan ingat lagi hal-hal kecil yang bikin kamu bahagia. Influencer bisa jadi inspirasi, tapi jangan sampai mereka bikin kamu lupa sama realita. Jangan mau terus-terusan FOMO, karena hidupmu jauh lebih berharga daripada sekadar pamer di media sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image