Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiana Afiska Gianta Putri

Penyebab Kejadian Stunting pada Anak Balita di Indonesia

Info Sehat | 2024-12-29 14:29:04

Melalui studi pustaka dari lima artikel penelitian yang telah diulas memberikan hasil beragam terkait hubungan antara berat badan lahir, panjang badan lahir, usia, pemberian ASI eksklusif, serta tinggi badan terhadap kejadian stunting pada balita. Tiga jurnal menyatakan adanya hubungan bermakna antara faktor-faktor tersebut dengan kejadian stunting, sementara dua jurnal lainnya menunjukkan hasil yang tidak mendukung adanya hubungan yang signifikan.

Pamungkas (2021) menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima ASI eksklusif memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan yang menerima ASI eksklusif (p 0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Suriana dan Haniarti (2021), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dan kejadian stunting berdasarkan uji Fisher’s Exact Test (p 0,05). Penelitian lain oleh Sumardiyono (2020) juga menguatkan temuan ini, menunjukkan riwayat pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting (t = 3,207, p = 0,004). Namun, hasil berbeda ditemukan oleh Akbar (2018) dan Wahyuningrum et al. (2021), yang tidak menemukan hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada balita.

Penelitian Pamungkas (2021) menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) dapat memprediksi risiko stunting dengan p-value 0,004 (p 0,005). Hasil ini mendukung pandangan bahwa berat badan lahir merupakan indikator penting untuk pertumbuhan anak. Suriana dan Haniarti (2021) juga menemukan hubungan signifikan antara berat badan lahir dan stunting (p 0,05). Penelitian oleh Putra (2015) menambahkan bukti dari wilayah berbeda, memperlihatkan bahwa anak dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting. Namun, penelitian Akbar (2018) dan Wahyuningrum et al. (2021) tidak menemukan hubungan signifikan, mungkin karena keterbatasan analisis mendalam terhadap faktor-faktor yang memengaruhi berat badan lahir.

Wahyuningrum et al. (2021) menunjukkan bahwa panjang badan lahir memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting (p = 0,035). Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR = 0,317; 95%CI 0,107-0,942), anak dengan panjang badan lahir normal memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki panjang badan pendek. Panjang badan lahir normal dapat dianggap sebagai faktor protektif terhadap stunting.

Penelitian Sumardiyono (2020) menemukan bahwa usia dan tinggi badan secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian stunting (usia: t = 3,656, p = 0,001; tinggi badan: t = -4,499, p = 0,000). Secara keseluruhan, faktor usia dan tinggi badan memberikan kontribusi sebesar 71,9% terhadap kejadian stunting, sementara 28,1% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti penyakit infeksi, asupan makan, status ekonomi keluarga, dan pendidikan orang tua. Penelitian ini menyarankan agar studi di masa depan menggunakan desain kohort untuk meningkatkan validitas hasil.

Tiga penelitian – Pamungkas (2021), Suriana dan Haniarti (2021), serta Sumardiyono (2020) – secara konsisten menunjukkan adanya hubungan signifikan antara faktor-faktor tertentu, seperti berat badan lahir, panjang badan lahir, pemberian ASI eksklusif, usia, dan tinggi badan, terhadap kejadian stunting. Sebaliknya, Akbar (2018) dan Wahyuningrum et al. (2021) memberikan hasil yang bertentangan, khususnya terkait pemberian ASI eksklusif dan berat badan lahir. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan desain penelitian, jumlah sampel, atau analisis statistik yang digunakan.

Selain faktor yang telah disebutkan, penelitian Sumardiyono (2020) menyebutkan bahwa faktor-faktor lain, seperti status ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan penyakit infeksi, juga berperan dalam kejadian stunting. Faktor-faktor ini belum banyak dibahas dalam penelitian lain dan memerlukan analisis lebih lanjut untuk memberikan gambaran yang lebih holistik.

Sebagian besar penelitian yang diulas memiliki keterbatasan, seperti ukuran sampel yang kecil dan desain penelitian yang tidak longitudinal. Misalnya, Sumardiyono (2020) menyarankan penggunaan metode kohort untuk meningkatkan kekuatan bukti kausal antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian lainnya juga menunjukkan perlunya eksplorasi lebih mendalam terhadap faktor-faktor tambahan yang memengaruhi stunting.

Kesimpulan

Secara keseluruhan menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir, panjang badan lahir, usia, dan tinggi badan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita, meskipun terdapat perbedaan hasil di antara beberapa penelitian. Studi lebih lanjut dengan desain yang lebih kuat dan analisis yang komprehensif diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. A. (2018). Berat badan lahir, lama pemberian ASI, dan ASI eksklusif sebagai faktor risiko kejadian stunting balita di Desa Langensari Kabupaten Semarang. Skripsi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2017). Buku Saku Stunting Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Buletin Stunting. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2019). Turunkan Stunting Lewat Sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat.

Maulidah, W. B., Rohmawati, N., & Sulistiyani, S. (2019). Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Ilmu Gizi Indonesia, 2(2), 89–100.

Pamungkas, A. M. A. (2021). Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Jurnal Keperawatan, 13(1), 213–226.

Sumardiyono, S. (2020). Pengaruh usia, tinggi badan, dan riwayat pemberian ASI eksklusif terhadap stunting pada balita. Medika Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 15(1), 1. https://doi.org/10.35842/mr.v15i1.269

Suriana & Haniarti, R. A. D. P. (2021). The Weight of Birth and Exclusive Breastfeeding for Stunting in Infants in Cappakalla, Mattiro Sompe, Pinrang. Mns dan Kesehatan, 4(2).

TNP2K. (2017). Buku Ringkasan Stunting. Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Wahyuningrum, E., Aryati, N., & Gz, M. (2021). Hubungan berat badan lahir, panjang badan lahir, dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di Puskesmas Gatak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image