
Matinya Hati Nurani Bidan
Lainnnya | 2024-12-27 10:40:52Miris! Perdagangan bayi terulang kembali, kali ini dilakukan oleh bidan. Melansir dari cnnindonesia.com (Sabtu, 14/12/2024), Polda Daerah Yogyakarta menetapkan dua orang bidan berinisial JE (44) dan DM (77) sebagai tersangka pelaku jual beli bayi. Mereka melakukan aksinya sejak tahun 2010, terhitung sudah melakukan transaksi sebanyak 66 bayi dengan harga mulai 55 -85 juta. Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengungkapkan bahwa para tersangka melancarkan aksinya di klinik yang mereka Kelola di Rumah Bersalin Sarbini Dewi, daerah Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Mereka menggunakan kedok menerima jasa persalinan, perawatan bayi dan membantu proses adopsi anak. Akibat kejahatannya, kedua bidan tersebut dijerat Pasal 83 dan Pasal 76 F UU Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda maksimal Rp300 juta.

Sebenarnya kasus perdagangan bayi seperti ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, kasus serupa terdapat di Depok. Jika ditelusuri, banyak faktor yang menyebabkan kasus jual beli bayi diantaranya tumpulnya hati nurani karena kurang iman, himpitan ekonomi atau kemiskinan, maraknya seks bebas yang berujung pada Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), pergeseran nilai kehidupan yang hanya berfokus memperoleh keuntungan tanpa mempedulikan hukum agama maupun hukum negara.
Berbagai faktor tersebut erat kaitannya dengan sistem kehidupan yang sekuler kapitalistik. Sistem sekuler, memisahkan antara agama dan kehidupan berhasil menghilangkan nilai agama sehingga menjadikan seseorang abai terhadap halal haram. Kentalnya orientasi atas materi atau harta juga telah mematikan hati nurani bidan yang seharusnya berperan dalam menjaga, merawat dan membangun keluarga.
Selain itu, hukum yang berlaku kurang menjera pelaku sehingga kasus sejenis terus terulang. Berulangnya kasus seperti ini membuktikan bahwa masalah ini sistematis. Hal ini tentu membutuhkan peran kesungguhan negara untuk menuntaskan problematika ini, menyelesaikan akar masalahnya dan menegakkan sistem sanksi yang tegas.
Dalam Islam, negara menjamin atas kesejahteraan individu per individu, menjaga diri rakyat dari perbuatan mencari harta dari cara yang haram. Dalam Islam juga negara harus membentuk manusia menjadi hamba yang beriman dan bertakwa sehingga perilakunya sesuai dengan hukum syarak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.