Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhia Khansa Hariyanto

Peran Vital Apoteker dalam Pelayanan Kesehatan untuk Kesejahteraan Pasien

Pendidikan dan Literasi | 2024-12-27 07:49:54

Apoteker bukan hanya sekedar penyedia obat, melainkan mereka merupakan pilar penting dalam tim pelayanan kesehatan yang memiliki kontribusi besar terhadap kesehatan masyarakat. Di kehidupan yang semakin kompleks, peranan apoteker menjadi semakin penting terutama dalam hal penjagaan kesehatan dan peningkatan mutu pasien. Dalam hal ini, apoteker mampu menjamin mengenai ketersediaan obat dalam apotek dan juga memastikan bahwa pasien mendapatkan obat sesuai dengan kondisi kesehatannya. Selain itu, apoteker juga bertugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan penggunaan obat beserta dengan efek sampingnya agar obat-obatan tersebut tidak disalahgunakan.

source: Health.com
source: Health.com

Apoteker tidak hanya terampil dalam hal pembuatan dan penyediaan obat, tetapi apoteker juga mampu menjadi seorang komunikator yang handal. Peran apoteker sendiri telah tertuang di 10 Stars of Pharmacist dimana peran sebagai komunikator menjadi sorotan utama yang menegaskan pentingnya kemampuan komunikasi dalam praktik kefarmasian. Sebagai seorang komunikator, apoteker bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi penting terkait penggunaan obat kepada pasien dan memastikan pasien mampu memahami apa yang mereka konsumsi. Selain itu, komunikasi yang dilakukan apoteker ialah untuk meminimalisir risiko terkait dengan penggunaan obat sebagai bentuk upaya pencegahan efek samping yang tidak diinginkan. Informasi yang disampaikan oleh apoteker dapat menjadi jembatan bagi pasien untuk memahami betapa pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan cara penggunaannya yang benar.

Komunikasi Verbal: Menyampaikan Informasi dengan Jelas

Pada komunikasi verbal, apoteker dapat berinteraksi langsung dengan pasien melalui tanya jawab, baik secara lisan maupun tulisan. Apoteker memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi tentang obat secara ringkas, jelas, dan mudah untuk dipahami. Penggunaan bahasa yang sederhana dan menghindari penggunaan istilah medis yang rumit juga menjadi sangat penting agar pasien dapat memahami informasi yang disampaikan. Dalam situasi ini, apoteker harus membangun suasana yang tenang dan nyaman agar pasien merasa aman untuk bertanya dan berdiskusi sehingga komunikasi antara pasien dan juga apoteker bukan hanya tentang memberikan informasi, tetapi juga bagaimana apoteker bisa membangun kepercayaan dengan pasien.

Komunikasi Non-Verbal: Membaca Tanda-Tanda Emosional

Selain komunikasi verbal, komunikasi non-verbal juga tak kalah penting. Disini, apoteker harus peka terhadap tanda-tanda non-verbal dari pasien yang dapat terlihat dari gerak tubuh mereka, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara. Dengan memahami bahasa tubuh pasien, apoteker dapat membantu menyesuaikan pendekatan kepada mereka sehingga komunikasi menjadi lebih efektif.

Sebagai seorang komunikator, apoteker memiliki potensi besar untuk memberikan konseling kepada pasien. Melalui konseling, terjadi proses interaktif antara apoteker dengan pasien yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku pasien dalam penggunaan obat. Konseling tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga bagi apoteker. Dengan memberikan pelayanan asuhan kefarmasian yang berkualitas, apoteker dapat menjaga citra profesi mereka sebagai bagian penting dari tim pelayanan kesehatan. Melalui komunikasi yang baik, apoteker tidak hanya memberikan obat, namun juga memberikan harapan dan pemahaman kepada pasien dan membawa mereka untuk menuju kesehatan yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image