Tren Resistensi Antibotik
Info Sehat | 2024-12-26 20:41:22Penggunaan antibiotik hingga kini telah menyelamatkan jutaan nyawa dari berbagai infeksi bakteri. Hal ini terjadi karena fungsinya yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Namun, banyak masyarakat belum mengetahui bahwa antibiotik hanya efektif untuk infeksi bakteri, bukan virus, sehingga penggunaan secara sembarangan marak terjadi.
Di Indonesia, antibiotik kerap diperoleh dengan mudah melalui apotek tanpa memerlukan resep resmi. Data BPOM pada tahun 2022 menunjukkan jual beli antibiotik tanpa resep dokter di apotik mencapai 33%. Hal ini terjadi karena faktor lemahnya pengawasan terhadap distribusi obat serta dorongan ekonomi dari sektor farmasi. Masyarakat juga meyakini bahwa antibiotik adalah obat yang cepat mengatasi semua penyakit. Mereka juga kerap kali dipengaruhi oleh pengalaman orang lain saat mengonsumsi antibiotik tanpa mengetahui bahwa konsumsi antibiotik diberikan sesuai dengan resep dokter. Ketidaktahuan ini dapat menimbulkan risiko yang serius seperti resistensi antibiotik.
Apa itu resistensi antibiotik?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berkembang menjadi kebal terhadap efek antibiotik. Ketika seseorang mengonsumsi antibiotik tanpa kebutuhan medis yang tepat, bakteri yang lemah akan mati, tetapi bakteri yang lebih kuat dapat bertahan dan bermutasi. Akibatnya, antibiotik yang dulu efektif menjadi tidak lagi mampu mengatasi infeksi.
Resistensi antibiotik bukan hanya masalah individu, tetapi ancaman global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan resistensi antibiotik sebagai salah satu dari 10 ancaman kesehatan paling mendesak abad ini. Salah satu contoh kasus resistensi antibiotik adalah pada pasien tuberkulosis. Menurut laporan Global TB tahun 2022, kasus pasien tuberkulosis yang resisten obat mencapai 28 ribu kasus dari total 969 ribu kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2021. Data ini menunjukkan bahwa resistensi antibiotik merupakan masalah serius yang tidak dapat disepelekan. Pasien yang sudah mengalami resisten maka penyembuhannya juga akan melambat karena obat yang biasa diresepkan menjadi tidak efektif lagi dan penyebaran penyakit menjadi lebih cepat.
Selain bahaya dari sisi kesehatan, resistensi antibiotik juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi. World Bank atau bank dunia memperkirakan total biaya tambahan pengobatan akibat resistensi antibiotik bisa mencapai 1 triliun US dolar pada tahun 2050. Peneliti University of Boston juga memperkirakan biaya global untuk mengatasi resistensi antibiotik akan mencapai 10 milyar US dolar dalam 10 tahun ke depan.
Faktor-Faktor Pemicu Resistensi
1. Penggunaan tanpa resep dokter
Konsumsi antibiotik harus berdasarkan resep dokter. Tanpa panduan resep tersebut, kondisi bakteri yang seharusnya mati bisa bertahan dan bermutasi sehingga tubuh mengalami resisten terhadap obat tersebut.
2. Penghentian konsumsi obat sebelum waktunya
Kekeliruan pasien yang sering kali dilakukan adalah berhenti mengonsumsi antibiotik begitu gejala membaik. Padahal, berhenti melakukan pengobatan terlalu dini dapat menyebabkan bakteri yang tersisa menjadi kebal.
3. Anggapan bahwa antibiotik adalah obat segala penyakit infeksi
Pemahaman masyarakat tentang hal ini masih minim sehingga mereka menganggap bahwa segala jenis infeksi dapat diobati dengan konsumsi antibiotik secara bebas.
Dampak Resistensi Antibiotik
1. Meningkatnya kematian akibat infeksi
Peningkatan kematian ini terjadi karena antibiotik yang seharusnya dapat mengatasi infeksi menjadi tidak efektif, sehingga penyakit terus berkembang dan memperburuk kondisi pasien.
2. Biaya pengobatan yang membengkak
Pengobatan infeksi resistan memerlukan antibiotik generasi terbaru yang jauh lebih mahal. Selain itu, pasien juga mungkin memerlukan perawatan rumah sakit yang lebih lama.
3. Krisis obat baru
Pengembangan antibiotik baru membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Sayangnya, laju resistensi bakteri jauh lebih cepat dibandingkan penemuan obat baru, sehingga pilihan pengobatan menjadi semakin terbatas.
Langkah-Langkah yang Dapat Kita Lakukan
1. Konsultasi dokter sebelum menggunakan antibiotik.
2. Menghindari berbagi antibiotik dengan orang lain dan tidak menyimpan sisaantibiotik utnuk penggunaan di kemudian hari.
3. Menjaga kebersihan diri dan meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi untuk menaikkan imun tubuh sehingga konsumsi antibiotik dapat dikurangi.
Kesimpulan
Tren penggunaan antibiotik tanpa resep dokter adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian bersama. Resistensi antibiotik tidak hanya mengancam individu, tetapi juga populasi global. Langkah-langkah pencegahan, mulai dari edukasi hingga penegakan regulasi, harus dilakukan secara konsisten untuk melindungi efektivitas antibiotik di masa depan. Sebagai masyarakat, kita harus memahami bahwa antibiotik bukanlah obat sembarangan. Penggunaan yang bijak dan bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah resistensi dan memastikan bahwa obat ini tetap menjadi senjata ampuh melawan infeksi bakteri. Mari bersama-sama menjaga masa depan kesehatan dunia dari ancaman resistensi antibiotik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.