Pemahaman Pelajar Luar Pulau Jawa terhadap Profesi Radiografer
Edukasi | 2024-12-21 20:44:38Profesi radiografer memegang peran vital dalam pelayanan kesehatan, khususnya pada bidang diagnostik pencitraan. Namun, profesi ini masih kurang dikenal di kalangan masyarakat luas, termasuk di antara pelajar dari luar Pulau Jawa. Minimnya pemahaman ini dapat menghambat distribusi tenaga kesehatan yang merata di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi kendala ini demi menciptakan sistem kesehatan yang lebih inklusif dan berkeadilan. Radiografer bertugas mengoperasikan peralatan pencitraan medis seperti X-ray, CT scan, dan MRI untuk membantu diagnosis penyakit. Mereka juga bertanggung jawab memastikan keselamatan pasien dari paparan radiasi berlebih dengan menerapkan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Selain aspek teknis, radiografer juga berperan dalam komunikasi dengan pasien untuk mengurangi kecemasan dan memastikan prosedur berjalan lancar. Sayangnya, peran strategis ini sering kali tidak dipahami sepenuhnya oleh masyarakat.
Artikel menunjukkan bahwa pelajar di luar Pulau Jawa cenderung memiliki pemahaman terbatas tentang profesi radiografer. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain minimnya paparan informasi tentang profesi ini di sekolah, kurangnya sosialisasi dari institusi kesehatan, dan persepsi bahwa pekerjaan di bidang radiologi hanya dilakukan oleh dokter spesialis. Dalam survei yang dilakukan terhadap siswa sekolah menengah atas di luar Pulau Jawa, hanya 25% responden yang dapat menjelaskan secara umum tugas seorang radiografer. Sebagian besar mengira bahwa radiografer hanya bertugas memotret tubuh pasien tanpa memahami aspek teknis atau tanggung jawab lainnya, seperti pengendalian dosis radiasi.
Pelayanan dan Cara Kerja Radiografer
Pelayanan di bagian radiologi dimulai dengan proses identifikasi pasien, mencakup nama, tanggal lahir, dan alamat jika diperlukan. Radiografer memperkenalkan diri sebelum pemeriksaan, menjelaskan jenis foto yang akan dilakukan, seperti foto toraks untuk dada. Selama pemeriksaan, alat disesuaikan dengan kondisi pasien, terutama jika pasien memiliki keterbatasan, seperti kecemasan atau kondisi fisik yang tidak stabil. Radiografer berupaya mendapatkan gambar yang optimal tanpa memberikan paparan radiasi berlebih, menerapkan prinsip proteksi, waktu, dan jarak.
Hasil pemeriksaan dikirim secara online ke dokter melalui sistem terintegrasi yang memungkinkan dokter mengakses gambar dan data pasien langsung untuk evaluasi. Jika sistem ini tidak tersedia, hasil dicetak dan diserahkan kepada dokter untuk analisis. Setelah quality control, hasil akhir diserahkan kepada pasien atau dokter terkait. Di rumah sakit tertentu, radiologi memiliki fasilitas berbeda, seperti radiologi IGD dengan CT scan, dan pavilion yang melayani pasien eksekutif. Radiografer bertugas secara bergilir, memastikan pelayanan tetap maksimal di setiap lokasi.
Faktor Penyebab Pemahaman yang Terbatas
Minimnya edukasi karier di sekolah menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak pelajar tidak mengenal profesi radiografer. Sebagian besar siswa hanya mendapatkan informasi tentang profesi-profesi yang sudah umum, seperti dokter atau perawat, sehingga radiografer sering kali terabaikan dalam sesi bimbingan karier. Hal ini menyebabkan mereka tidak memiliki gambaran tentang apa yang dilakukan seorang radiografer, peran pentingnya di bidang kesehatan, atau peluang karier yang tersedia di profesi ini. Selain itu, kurangnya sosialisasi juga menjadi faktor lain yang berkontribusi. Banyak institusi pendidikan kesehatan dan organisasi radiologi belum aktif memperkenalkan profesi ini ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Sosialisasi yang minim membuat masyarakat, termasuk pelajar, sulit untuk memahami pentingnya peran radiografer. Padahal, jika sosialisasi dilakukan secara rutin, pemahaman masyarakat terhadap profesi ini bisa meningkat. Kendala lain yang sering dialami adalah terbatasnya akses informasi. Pelajar yang tinggal di luar Pulau Jawa, terutama di daerah terpencil, sering kali menghadapi kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang profesi kesehatan melalui internet atau media lainnya. Keterbatasan akses ini membuat mereka kurang terpapar dengan materi-materi edukasi yang dapat membantu mereka mengenal lebih banyak pilihan karier di bidang kesehatan, termasuk menjadi seorang radiografer.
Dampak dari Kurangnya Pemahaman
Minimnya pemahaman tentang profesi radiografer dapat berdampak pada kurangnya minat pelajar untuk menekuni bidang ini. Padahal, kebutuhan akan tenaga radiografer terus meningkat seiring dengan perkembangan fasilitas kesehatan di Indonesia. Jika tidak ada peningkatan kesadaran, distribusi tenaga radiografer yang merata di seluruh wilayah Indonesia dapat menjadi tantangan besar.
Upaya Meningkatkan Kesadaran
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pelajar tentang profesi radiografer adalah dengan mengadakan kegiatan sosialisasi di sekolah. Institusi pendidikan tinggi di bidang kesehatan bisa menyelenggarakan roadshow atau webinar untuk mengenalkan profesi ini kepada siswa-siswa di sekolah menengah, khususnya di daerah-daerah luar Pulau Jawa. Dengan cara ini, pelajar akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tugas dan tanggung jawab radiografer. Selain itu, penting juga untuk membuat materi edukasi yang mudah diakses oleh para pelajar. Organisasi profesi radiografer dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk menghasilkan video edukasi atau buku panduan yang bisa diunduh secara gratis. Materi ini dapat menjelaskan secara sederhana apa itu profesi radiografer, bagaimana perannya dalam dunia kesehatan, dan apa saja peluang karier di bidang ini. Dengan adanya sumber informasi yang terstruktur, pelajar dari berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil, dapat lebih mudah memahami profesi ini.
Media lokal juga memiliki peran besar dalam menyebarluaskan informasi tentang profesi radiografer. Dengan bekerja sama dengan media setempat, cerita-cerita inspiratif tentang radiografer, terutama yang berasal dari luar Pulau Jawa, bisa dibagikan kepada masyarakat. Ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga memotivasi pelajar untuk mempertimbangkan profesi ini sebagai pilihan karier. Langkah lain yang dapat diambil adalah dengan menawarkan program beasiswa khusus untuk pelajar dari luar Pulau Jawa yang berminat mendalami pendidikan radiografi. Beasiswa ini tidak hanya meringankan beban finansial, tetapi juga menjadi bentuk dukungan nyata bagi pelajar dari daerah yang mungkin memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi di bidang ini. Dengan adanya beasiswa, diharapkan semakin banyak pelajar yang tertarik dan mampu mengejar karier sebagai radiografer.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.