Komunikasi Terapeutik Dokter Muda dan Pasien
Edukasi | 2024-12-19 13:37:50Mahasiswa kedokteran sering kali memulai perjalanannya dengan idealisme tinggi, membayangkan bagaimana mereka akan menjadi penyelamat nyawa dengan keterampilan medis yang sempurna. Namun, kunjungan ke rumah sakit, seperti yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa di salah satu Rumah Sakit di Surabaya, memberikan perspektif berbeda yang tidak hanya menekankan pentingnya pengetahuan medis, tetapi juga seni komunikasi.
Rumah Sakit sebagai salah satu rumah sakit pendidikan terbesar di Indonesia, merupakan tempat di mana para dokter muda (koas) mempraktikkan keterampilan yang mereka pelajari di bangku kuliah. Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa berkesempatan mengamati interaksi antara dokter muda dan pasien. Pengamatan ini membuka mata mereka terhadap tantangan nyata yang dihadapi dokter muda dalam menjalin komunikasi efektif.
Salah satu momen yang menarik perhatian adalah bagaimana dokter muda menghadapi pasien dengan latar belakang sosial dan pendidikan yang beragam. Dalam satu sesi, seorang dokter muda menjelaskan rencana pengobatan kepada seorang pasien lansia yang memiliki penyakit kronis. Meskipun informasi medis yang disampaikan cukup rinci, ekspresi wajah pasien menunjukkan kebingungan. Dokter muda tersebut kemudian menyederhanakan penjelasannya menggunakan analogi yang lebih mudah dipahami, sehingga pasien akhirnya mengangguk setuju.
Dari interaksi ini, mahasiswa yang mengamati memahami bahwa komunikasi tidak hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga memastikan bahwa informasi tersebut diterima dan dipahami. Ini menjadi pengingat bahwa empati dan kemampuan mendengarkan adalah keterampilan penting yang harus dimiliki seorang dokter, di samping pengetahuan medis.
Namun, tidak semua interaksi berjalan mulus. Ada situasi di mana dokter muda terlihat tergesa-gesa karena jadwal yang padat, sehingga komunikasi dengan pasien terasa terburu-buru dan kurang personal. Hal ini memunculkan diskusi di antara mahasiswa tentang bagaimana tekanan kerja dapat memengaruhi kualitas komunikasi, serta pentingnya mengelola waktu dan emosi dalam praktik medis.
Kunjungan ini juga memperlihatkan tantangan komunikasi lintas budaya. Surabaya yang multikultural menghadirkan situasi di mana dokter muda harus berkomunikasi dengan pasien yang menggunakan bahasa daerah. Salah satu dokter muda dengan terampil menggunakan beberapa kata dalam bahasa Jawa untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasiennya. Momen ini menunjukkan pentingnya memahami konteks budaya pasien sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam pengobatan.
Sebagai mahasiswa kedokteran, pengalaman ini memberikan pelajaran penting bahwa profesi dokter bukan hanya soal mendiagnosis dan mengobati penyakit, tetapi juga soal membangun kepercayaan dengan pasien. Komunikasi yang baik tidak hanya membantu pasien merasa nyaman, tetapi juga meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan yang diberikan.
Kunjungan ke Rumah Sakit ini menjadi pengingat bahwa menjadi dokter yang baik tidak hanya membutuhkan otak yang cerdas, tetapi juga hati yang peka. Bagi mahasiswa kedokteran, pengalaman ini adalah langkah awal untuk menyadari bahwa seni berkomunikasi adalah fondasi utama dalam membangun hubungan dokter-pasien yang sukses. Dalam dunia medis yang penuh tekanan, menjaga sentuhan manusiawi tetaplah menjadi prioritas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.