Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dyne Ayu Fajar Putri

Kesehatan Mental di Era Digital: Tantangan dan Solusi

Pendidikan dan Literasi | 2024-12-18 21:54:32

Kemajuan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Media sosial, internet, dan berbagai aplikasi digital memudahkan komunikasi dan akses informasi, namun di sisi lain juga memengaruhi kesehatan mental masyarakat. Dampak negatif era digital seperti stres, kecemasan, dan depresi menjadi perhatian utama berbagai organisasi kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kesehatan mental menjadi salah satu masalah global yang terus meningkat, termasuk akibat pengaruh teknologi. Di Indonesia, Dinas Kesehatan dan Diskominfo juga menyoroti dampak era digital terhadap kesejahteraan psikologis masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Salah satu tantangan utama kesehatan mental di era digital adalah fenomena kecanduan teknologi.

WHO menyebutkan bahwa kecanduan internet dan media sosial kini termasuk dalam gangguan kesehatan mental yang harus diatasi. Pengguna media sosial yang berlebihan sering kali mengalami gangguan pola tidur, menurunnya produktivitas, hingga isolasi sosial. Menurut survei yang dilakukan Dinas Kesehatan di beberapa daerah di Indonesia, banyak remaja yang menghabiskan lebih dari 7 jam sehari di depan layar, baik untuk bermain game, menonton video, maupun berkomunikasi di media sosial. Ketergantungan ini memengaruhi keseimbangan emosional dan mengurangi waktu untuk berinteraksi secara langsung.

Media sosial juga menjadi salah satu penyebab utama tekanan psikologis. Diskominfo dalam laporan tahunannya mencatat bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia. Namun, tekanan untuk tampil sempurna di platform digital sering kali memicu perasaan rendah diri, kecemasan, bahkan depresi. Fenomena fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan tren menjadi pemicu utama stres, terutama di kalangan anak muda. Selain itu, paparan konten yang menunjukkan pencapaian atau kehidupan ideal orang lain dapat membuat individu merasa tidak cukup baik atau tidak sukses dalam hidupnya. Cyberbullying juga menjadi tantangan serius yang dihadapi masyarakat Indonesia.

WHO mencatat bahwa perundungan online memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, hingga keinginan bunuh diri. Data dari Diskominfo menunjukkan bahwa kasus cyberbullying di Indonesia meningkat, terutama di kalangan pelajar. Banyak korban yang merasa tidak mampu melaporkan atau mencari bantuan karena stigma yang melekat pada gangguan kesehatan mental.Tantangan lainnya adalah information overload. Dinas Kesehatan mencatat bahwa paparan informasi yang terlalu banyak, terutama informasi negatif atau hoaks, dapat memicu stres dan kecemasan. Pada masa pandemi COVID-19, misalnya, arus informasi tentang kasus infeksi, angka kematian, dan berita palsu membuat banyak orang mengalami tekanan psikologis yang berat.

WHO juga mengingatkan bahwa kelebihan informasi dapat membuat individu sulit memproses berita dengan benar, sehingga menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Gangguan pola tidur juga menjadi salah satu masalah utama di era digital. Penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur, terutama gawai, mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Menurut survei Dinas Kesehatan, kurangnya tidur berkualitas dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan menurunkan daya konsentrasi. Kondisi ini sering terjadi pada remaja yang kecanduan game online atau media sosial hingga larut malam.

Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan berbagai solusi yang melibatkan individu, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu langkah utama adalah meningkatkan literasi digital. Menurut Diskominfo, literasi digital adalah kunci untuk membantu masyarakat memahami risiko penggunaan teknologi yang berlebihan. Edukasi tentang cara menggunakan teknologi secara bijak, memilih informasi yang kredibel, dan membatasi waktu layar harus diperkuat. Kampanye literasi digital dapat dilakukan melalui media sosial, sekolah, dan komunitas lokal. Pengaturan waktu penggunaan perangkat digital juga menjadi solusi penting. WHO merekomendasikan untuk membatasi waktu layar, terutama bagi anak-anak dan remaja. Orang tua juga harus dilibatkan dalam mengawasi penggunaan gawai anak-anak mereka.

Program digital detox, seperti menetapkan hari bebas gawai atau mengurangi penggunaan media sosial, dapat membantu individu fokus pada kegiatan lain yang lebih sehat, seperti berolahraga atau berkumpul bersama keluarga.Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental juga menjadi langkah strategis. Dinas Kesehatan mengusulkan agar layanan kesehatan mental lebih mudah diakses, baik melalui fasilitas kesehatan maupun platform digital. Aplikasi kesehatan mental yang menyediakan layanan konseling online atau teknik relaksasi, seperti meditasi, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. WHO juga mendorong penggunaan teknologi untuk mendukung kesehatan mental, misalnya dengan menyediakan konten positif atau aplikasi yang mempromosikan kesejahteraan psikologis.

Interaksi sosial langsung harus tetap diprioritaskan. Diskominfo mencatat bahwa meskipun teknologi mempermudah komunikasi, interaksi tatap muka tetap lebih efektif dalam membangun hubungan emosional. Aktivitas bersama, seperti makan malam keluarga, diskusi kelompok, atau kegiatan komunitas, dapat membantu mengurangi rasa kesepian yang sering muncul akibat isolasi digital.Pemerintah juga perlu memperkuat regulasi untuk melindungi pengguna internet dari konten berbahaya. Menurut Dinas Kesehatan, regulasi yang melarang perundungan online dan penyebaran hoaks harus diimplementasikan secara tegas. Diskominfo juga menyarankan agar platform digital mengambil peran aktif dalam memoderasi konten negatif dan mempromosikan konten yang mendukung kesehatan mental.

Dukungan psikologis melalui layanan konseling dan terapi juga sangat penting. WHO merekomendasikan integrasi layanan kesehatan mental dalam sistem kesehatan primer, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses bantuan profesional. Dinas Kesehatan di Indonesia telah memulai program ini dengan menyediakan layanan konseling di puskesmas, namun perluasan cakupannya masih diperlukan. Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan mental, seperti dengan aplikasi meditasi, pelatihan manajemen stres, atau layanan konseling daring.

Diskominfo menyarankan kolaborasi antara pemerintah dan pengembang aplikasi lokal untuk menciptakan platform yang mendukung kesejahteraan psikologis masyarakat Indonesia. Dengan berbagai tantangan yang ada, penting untuk terus meningkatkan kesadaran dan kerja sama dari berbagai pihak. WHO, Dinas Kesehatan, dan Diskominfo terus menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk menghadapi dampak era digital terhadap kesehatan mental.

opini ini menjelaskan tentang kesehatan mental di era digital

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image