Keindahan Desa Wisata yang Memadukan Alam Hijau dengan Kearifan Lokal
Wisata | 2024-12-15 23:16:03Desa wisata kian populer sebagai destinasi liburan yang menawarkan pengalaman autentik. Tak hanya sekadar tempat berlibur, desa wisata menjadi ruang untuk berinteraksi langsung dengan budaya lokal, menikmati keindahan alam, dan berkontribusi dalam mendukung pariwisata berkelanjutan.
Fakta Menarik Desa Wisata Indonesia
Indonesia memiliki ribuan desa wisata yang tersebar di seluruh wilayah. Hingga Desember 2024, terdapat 6.026 desa wisata yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat perkembangan: rintisan (4.687 desa), berkembang (992 desa), maju (314 desa), dan mandiri (33 desa). Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah desa wisata terbanyak, mencapai 603 lokasi.
Di tingkat internasional, desa-desa wisata Indonesia telah mendapatkan pengakuan. Desa Jatiluwih di Bali dan Wukirsari di Yogyakarta, misalnya, terpilih sebagai Desa Wisata Terbaik 2024 versi UN Tourism. Penghargaan ini menilai aspek keberlanjutan, pelestarian tradisi lokal, dan dampaknya terhadap pemberdayaan masyarakat.
Keunikan Desa Wisata
1. Pesona Alam yang MemukauDesa wisata umumnya terletak di kawasan dengan keindahan alam yang alami. Misalnya, Desa Nglanggeran di Gunungkidul, Yogyakarta, menawarkan pemandangan Gunung Api Purba yang spektakuler, trekking, dan wisata edukasi di Embung Nglanggeran.
Di Bali, Desa Jatiluwih menghadirkan lanskap sawah terasering yang memukau, bagian dari sistem subak yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
2. Tradisi Budaya yang Masih HidupSetiap desa wisata memiliki ciri khas tradisi yang unik. Desa Wukirsari di Yogyakarta terkenal sebagai pusat pembelajaran batik. Wisatawan dapat mencoba membatik menggunakan canting sambil mempelajari filosofi di balik motifnya.
Di Lombok, Desa Sade menyuguhkan pengalaman budaya Sasak, mulai dari arsitektur tradisional hingga tarian adat yang dipentaskan langsung oleh penduduk setempat.
3. Pengalaman Kuliner AutentikKuliner menjadi daya tarik yang tak terpisahkan. Desa wisata kerap menawarkan makanan khas yang menggunakan bahan-bahan lokal. Di Desa Penglipuran, Bali, wisatawan dapat mencicipi laklak, jajanan tradisional berbahan dasar tepung beras, dengan cita rasa gurih manis.
4. Ekowisata dan Pariwisata BerkelanjutanDesa wisata sering mengusung konsep ekowisata, seperti program penanaman pohon dan pengelolaan limbah. Hal ini mendukung pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesadaran wisatawan tentang pentingnya menjaga ekosistem.
Peran Desa Wisata dalam Ekonomi Lokal
Desa wisata terbukti mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Program seperti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan Kemenparekraf membantu desa-desa ini untuk memaksimalkan potensi mereka. Sebagai contoh, desa wisata mandiri kini memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan produk unggulan, seperti kerajinan tangan dan hasil pertanian.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam operasional desa wisata, seperti menjadi pemandu wisata, pengelola homestay, atau pembuat kerajinan, menciptakan peluang kerja baru dan mengurangi urbanisasi.
Rekomendasi Desa Wisata untuk Dikunjungi
1. Jatiluwih, BaliDaya tarik: Sawah terasering, tradisi agraris subak.Kegiatan: Trekking, wisata kuliner, dan fotografi.
2. Wukirsari, YogyakartaDaya tarik: Batik tradisional, suasana pedesaan asri.Kegiatan: Membatik, tur budaya.
3. Penglipuran, BaliDaya tarik: Desa adat yang terjaga keasriannya.Kegiatan: Mengunjungi rumah tradisional, menikmati kuliner lokal.
4. Sade, LombokDaya tarik: Budaya Sasak, rumah adat.Kegiatan: Tur budaya, menyaksikan pertunjukan seni.
Penutup
Desa wisata adalah gambaran kekayaan budaya dan alam Indonesia yang patut dilestarikan. Dengan memilih desa wisata sebagai tujuan liburan, wisatawan tidak hanya menikmati pengalaman berkesan tetapi juga turut mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan.
Untuk daftar lengkap desa wisata di Indonesia, kunjungi situs resmi Jadesta Kemenparekraf.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.