Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Krisandy Febrynasurya

TikTok dan Budaya Pop: Penciptaan Subkultur melalui Tren Mikro di Media Sosial

Kultura | 2024-12-14 13:18:20

Hingga saat ini, aplikasi TikTok menjadi pusat budaya pop yang menciptakan subkultur dengan pengguna dari berbagai latar belakang dan tren mikro unik yang mencakup tarian, busana, sejarah lokal dan format hiburan lainnya. Fenomena platform TikTok sebagai “arsip kebudayaan” memainkan peran penting dalam pembentukan identitas digital, terutama di kalangan pengguna generasi muda yang mempengaruhi cara berinteraksi di dunia nyata (Scheer & Wang, 2021). Berdasarkan data BPS, pengguna internet terbesar adalah kelompok usia remaja sebesar 58,21%, sehingga termasuk kelompok yang sangat rentan untuk terpapar oleh budaya populer dalam lingkungan urban masa kini.

Gambar Aplikasi TikTok via pexels.com.

Peran Tren Mikro TikTok dalam Menciptakan Subkultur

Tren mikro dalam konteks TikTok merupakan fenomena dimana konten seperti tarian, tantangan, gaya busana, dan meme yang unik menjadi populer di kalangan pengguna dengan siklus hidup yang singkat. Fenomena tersebut dipercepat oleh algoritma yang memprioritaskan konten baru dan relevan pada halaman For You pengguna.

Tren mikro tidak hanya viral dengang cepat, namun juga menciptakan sebuah subkultur digital yang telah difasilitasi oleh TikTok melalui pembentukan komunitas berbasis minat khusus, seperti BookTok bagi pengguna yang gemar membaca buku untuk membagikan rekomendasi atau ilmu yang didapatkan, Cottagecore dengan membagikan potret atau rekaman yang meromantisasi gaya hidup pedesaan, selain itu untuk kebudayaan indonesia sendiri terdapat tren ODGJ (Orang Dengan Genetik Jawa) yang membagikan kebanggan dan rasa percaya diri yang kuat dari masyarakat untuk menggunakan pakaian adat Jawa. Beberapa tren tersebut menciptakan ruang kolaboratif untuk berbagi pengalaman dan ekspresi budaya lokal, namun tetap terhubung dalam konteks global .

Kontribusi Budaya Lokal pada Tren Mikro di TikTok

Tiktok menjadi platform yang mempopulerkan kebudayaan lokal melalui konten kreatif seperti tarian tradisional, lagu daerah, dan elemen budaya lainnya. Algoritma yang berfokus pada konten menarik memungkinkan kebudayaan lokal untuk mendapatkan panggung global. Berikut adalah beberapa tren mikro yang menjadi fenomena global dan mendapatkan perhatian besar di TikTok:

#LathiChallenge menggunakan lagu “Lathi” oleh Weird Genius, yang menghubungkan musik EDM dengan elemen tradisional Jawa seperti Gamelan dan lirik dalam bahasa Jawa yang memunculkan interpretasi kreatif seperti tarian, transisi makeup yang terinspirasi dari budaya lokal. Sehingga menjadi jembatan untuk memperkenalkan daya tarik elemen budaya Indonesia ke audiens global.

#KebayaModernChallenge memamerkan keindahan dari busana kebaya Indonesia kepada pengguna berbagai negara melalui konten Get Ready With Me (GRWM) oleh affiliator atau people reaction seperti yang dilakukan oleh content creator @Darasarasvati.

#BatikChallenge menghidupkan kembali popularitas batik dalam berbagai gaya modern di kalangan anak muda melalui konten fitcheck dan berkain yang menjadi ajang untuk memperkenalkan batik sebagai warisan budaya ke dunia.

Dampak Tren Mikro pada Budaya Lokal

Peluang globalisasi yang menghubungkan tradisi lokal dengan tren - tren global seperti konten batik day yang dikemas secara modern menggunakan musik internasional yang sedang viral sehingga tercipta interaksi budaya yang memperluas wawasan pengguna mengenai keberagaman budaya. Selain itu melalui tren jedag-jedug, banyak pengguna internasional yang menggunakan lagu seperti “Ojo Dibandingke” dalam konten video mereka yang merupakan musik dangdut karya anak bangsa dan berhasil mendapatkan popularitas global.

Meskipun TikTok memberikan potensi yang besar untuk mendukung pelestarian budaya lokal dengan cara yang menarik bagi generasi muda, terdapat juga tantangan risiko pengaburan nilai kebudayaan asli karena upaya penyajian dan pengemasan ulang untuk mendapatkan daya tarik global seperti munculnya tren kebaya korea dan kebaya crop top yang cukup sering menjadi perdebatan.

Tren TikTok yang mempromosikian individualitas seperti lifestyle dan cerita pribadi yang unik mencerminkan adanya pergeseran nilai masyarakat menjadi individu yang lebih menghargai ekspresi diri.

Kesimpulan

TikTok merupakan platform yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi jembatan antara budaya lokal dan global, menawarkan peluang besar untuk pelestarian budaya melalui cara inovatif dan interaktif. Namun, penting untuk mempertahankan otentisitas budaya dalam menghadapi tantangan homogenisasi dan pengaburan nilai asli. Oleh karena itu kombinasi antara kreativitas, edukasi, dan kolaborasi dapat menjadikan TikTok sebagai alat pelestarian budaya yang efektif di era digital.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image