Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arjuna Varianto Putra

Etika Islam tentang Pemasaran: Bukan Keuntungan, Tapi Pertanggungjawaban

Ekonomi Syariah | 2024-12-09 11:25:27
Kegiatan pemasaran yang dilakukan pegawai perusahaan

Kenapa sih bahkan dalam pemasaran/marketing kita tetap diatur dalam Islam?

Pemasaran adalah tulang punggung dari sebuah bisnis. Namun, di tengah upaya menarik perhatian konsumen, seringkali perusahaan mengabaikan pentingnya etika. Dalam Islam, pemasaran bukan hanya soal mempromosikan produk, tetapi juga memastikan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab dalam setiap langkahnya.

Dalam pandangan Islam, setiap aspek kehidupan, termasuk kegiatan bisnis, tidak hanya dinilai dari sudut kebenaran, tetapi juga dari perspektif kebaikan dan keburukan. Pemasaran, yang berfungsi sebagai upaya menarik perhatian konsumen terhadap produk yang ditawarkan, seringkali hanya berfokus pada bagaimana meningkatkan daya tarik produk tanpa mempertimbangkan dampak yang diterima konsumen. Padahal, dalam Islam, kehalalan suatu produk tidak hanya bergantung pada bahan baku dan proses produksinya, tetapi juga pada cara produk tersebut dipasarkan. Jika pemasaran dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka status kehalalan produk tersebut dapat dipertanyakan.

Etika bisnis didefinisikan sebagai seperangkat nilai, prinsip, dan standar moral yang digunakan untuk menentukan perilaku yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk dalam konteks aktivitas bisnis. Etika ini mencakup berbagai aspek, seperti keadilan, transparansi, kejujuran, tanggung jawab, dan sebagainya. Dalam Islam, etika tidak hanya sekadar menaati aturan yang berlaku, tetapi juga melibatkan pengambilan keputusan yang adil, dapat dipertanggungjawabkan, serta memperhatikan kepentingan bersama—baik bagi perusahaan, karyawan, lingkungan, maupun masyarakat secara luas. Tujuan akhirnya adalah mencapai falah atau keberhasilan yang diridhai oleh Allah SWT.

Perilaku Bisnis yang Etis dan Tidak Etis dalam Islam

Dalam Islam, proses pemasaran harus berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis. Prinsip utama yang ditekankan meliputi keadilan, kejujuran, serta menghindari tindakan yang merugikan dan menipu konsumen. Sebagai contoh, kejujuran dalam menyampaikan kelebihan dan kekurangan produk, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 42:

 

  • "Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak, sedangkan kamu mengetahui."

Sebaliknya, perilaku yang tidak etis dalam Islam mencakup praktik-praktik seperti:

 

  • Riba: Larangan memanfaatkan riba, termasuk dalam strategi pemasaran (QS. Al-Baqarah: 275).

 

  • Tadlis: Pemalsuan kualitas, kuantitas, atau harga produk.

 

  • Eksploitasi: Memanfaatkan ketidaktahuan konsumen untuk menipu.

 

  • Penimbunan Barang: Menyimpan barang kebutuhan pokok untuk menciptakan kelangkaan dan menaikkan harga secara tidak wajar.

Manfaat Penerapan Etika Bisnis dalam Pemasaran

Penerapan etika bisnis dalam pemasaran memberikan banyak manfaat, baik dari segi kepercayaan konsumen maupun pertumbuhan perusahaan. Konsumen yang merasa dihormati akan memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada perusahaan, sehingga menciptakan loyalitas jangka panjang. Selain itu, pemasaran yang beretika juga mendorong peningkatan reputasi perusahaan di mata publik.

Contoh nyata penerapan etika bisnis dalam pemasaran adalah Wardah, perusahaan kosmetik halal di Indonesia. Wardah tidak hanya menjamin kehalalan produknya dari segi bahan baku dan proses produksi, tetapi juga memastikan aktivitas pemasarannya selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Perusahaan ini secara aktif mendukung pemberdayaan perempuan melalui berbagai program, seperti pelatihan kecantikan untuk perempuan di pedesaan. Manfaat yang diperoleh Wardah meliputi:

 

  • Pertumbuhan pendapatan yang konsisten dengan angka dua digit sejak 2010.

 

  • Loyalitas konsumen yang tinggi, khususnya di segmen Muslimah muda, yang memungkinkan Wardah bersaing dengan merek kosmetik global.

Dengan demikian, penerapan etika bisnis dalam Islam bukan hanya menjadi kewajiban moral, tetapi juga memberikan nilai tambah strategis bagi keberlanjutan bisnis. Perusahaan yang berkomitmen pada prinsip-prinsip ini tidak hanya meraih keuntungan material, tetapi juga keberkahan dan kepercayaan konsumen yang menjadi fondasi utama kesuksesan jangka panjang.

Etika dalam pemasaran bukan hanya tentang mematuhi aturan, tetapi juga menyelaraskan aktivitas bisnis dengan nilai-nilai moral dan spiritual. Dengan menerapkan etika Islam, perusahaan tidak hanya memperoleh keberkahan, tetapi juga kepercayaan konsumen yang menjadi kunci sukses jangka panjang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image