Di Balik Layar : Dampak Gelap Cyberbullying dari Perspektif Biologis
Eduaksi | 2024-12-09 09:47:45Kalian pasti tidak asing lagi dengan istilah Cyberbullying? Pasti banyak diluar sana yang takut mendengar kata ini, emangnya apa sihh itu Cyberbullying? Yups betul banget Cyberbullying sebagai bentuk kekerasan psikologis yang terjadi melalui dunia digital. Kasus ini juga sering dikenal sebagai perundungan dan penindasan di dunia maya, hal ini memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan tubuh baik dari segi fisik maupun mental. Nah, dari perspektif biologis sendiri kasus ini juga dapat meningkatkan tekanan emosional yang dapat menggangu keseimbangan kinerja hormonal dan fungsi sistem saraf, sehingga dapat menganggu kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selain itu, kasus ini juga sangat rentan terjadi terhadap kalangan remaja terutama generazi-Z yang dapat menyebabkan depresi berat, stres kronis, dan kecemasan yang berkepanjangan. Hal ini sangat berdampak bagi si korban sehingga muncul rasa tidak nyaman yang dapat menganggu segala aktivitas bahkan berujung adanya upaya untuk bunuh diri. Di samping itu, dampak yang dihasilkan dari kasus ini sangat berbahaya dan menakutkan karena dapat menyebabkan penurunan psikis, fisiologis, dan sosial. Oleh karena itu, Cyberbullying sangat memberikan dampak yang negatif baik terhadap si pelaku maupun si korban.
APA SIH ITU SEBENARNYA CYBERBULLYING ?
Menurut laman resmi UNICEF Cyberbullying (perundungan dunia maya) adalah Penindasan atau perundungan dengan menggunakan teknologi digital (daring). Tindakan ini dilakukan secara berulang yang bertujuan untuk menakuti, mempermalukan, mengintimidasi, bahkan membuat marah korban yang menjadi sasaran.
Berdasarkan data United Nations International Children Educational Fund (UNICEF), 45% remaja di indonesia berusia 14-24 mengalami perundungan dunia maya (Cyberbullying). Kasus ini dapat menyebabkan beberapa kerugian dari segi biologis yang dapat menghambat kinerja hormon dan fungsi sistem saraf. Seperti yang kita ketahui, kasus Cyberbullying sangat berseliweran dan merajalela terutama di indonesia. Salah satu kasus Amanda Todd, seorang remaja berasal dari kanada yang mengalami pelecehan dan ancaman secara online selama bertahun-tahun. Ia menghadapi tekanan emosional akibat foto dirinya disebarluaskan di media sosial tanpa izin. Amanda ini mengalami depresi berat, kecemasan berlebihan, dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Kondisi ini juga dapat menyebabkan stres kronis yang berdampak pada fungsi sistem saraf. Stres yang berlebihan dapat memicu kerusakan hippocampus yang mengatur memori dan emosi serta menghambat keseimbangan neurotransmitter.
Kasus Cyberbullying di indonesia juga pernah terjadi seperti kasus Audry pada tahun 2019 yang mengalami perundungan fisik dan psikologis yang berujung pada penghinaan dan komentar negatif di komentar media sosial yang menyudutkan audry hingga menyebabkan kesehatan mental yang buruk. Berdasarkan kasus tersebut menunjukkan betapa seriusnya dampak Cyberbullying bagi kesehatan mental dan fisik, Lalu apa dampak Cyberbullying yang dihasilkan dari perspektif biologis? Kasus Cyberbullying dari perspektif biologis dapat menyebabkan gangguan yang berkaitan dengan kesehatan psikologis yang mana menimbulkan rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak wajar serta menghambat kinerja hormonal dan fungsi sistem saraf. Meskipun secara biologis Cyberbullying bukan penyebab langsung kerusakan sistem saraf, tetapi secara tidak langsung stres kronis psikologis yang diakibatkan dari perundungan di dunia maya dapat memicu gangguan fungsi sistem saraf dan kinerja hormon. Perlu Anda ketahui, dampak yang dihasilkan dari adanya kasus Cyberbullying sangat membahayakan bagi diri kita semua, inilah beberapa dampak yang disebabkan oleh kasus tersebut :
1. Aktivasi Respons Stres terhadap tubuh
Ketika seseorang mengalami Cyberbullying tubuh merespon ancaman ini dengan melibatkan peningkatan kinerja hormon kortisol. Stres kronis akibat tindakan ini dapat memicu peningkatan hormon kortisol yang berpotensi merusak jaringan otak, seperti bagian hippocampus yang berfungsi dalam mengatur memori dan emosi.
2. Gangguan Neurotransmiter
Cyberbullying dapat menyebabkan ketidakseimbangan kimia pada jaringan otak korban seperti penurunan serotonin yang mengakibatkan depresi berat, stres kronis dan kecemasan yang berkepanjangan.
3. Gangguan sistem saraf otonom
Cyberbullying juga dapat menyebabkan tubuh masih dalam keadaan kurang baik yang dapat mempengaruhi Insomnia yang mengakibatkan korban tidak memiliki kemampuan untuk tidur secara rileks dan tenang, sehingga dapat menghambat regenerasi kinerja sistem saraf. Tekanan dan ancaman psikologis juga dapat menurunkan irama detak jantung yang sangat beresiko bagi kesehatan fisik.
Cyberbullying juga dapat menyebabkan tubuh masih dalam keadaan kurang baik yang dapat mempengaruhi Insomnia yang mengakibatkan korban tidak memiliki kemampuan untuk tidur secara rileks dan tenang, sehingga dapat menghambat regenerasi kinerja sistem saraf. Tekanan dan ancaman psikologis juga dapat menurunkan irama detak jantung yang sangat beresiko bagi kesehatan fisik.
Dampak Cyberbullying dari segi biologis tidak hanya terbatas pada kesehatan mental saja tetapi juga dapat menyerang kesehatan fisik yang signifikan pada fungsi sistem saraf dan kinerja hormon didalam tubuh. oleh karena itu, perlu adanya dukungan secara psikologis dan pengelolaan stres sangat penting dilakukan sejak dini mulai dari diri kita sendiri agar dapat mencegah efek jangka panjang yang diakibatkan dari kasus ini. Berikut beberapa tips sederhana untuk mengatasi kasus ini bagi korban Cyberbullying :
1. Terapi Psikologis
Cara ini diperlukan karena untuk membantu korban dalam mengelola dan mengatur stres. Cara ini sangat perlu diterapkan agar korban tidak terdapat rasa traumatik karena adanya sikap penindasan dan perundungan dari si pelaku.
2. Teknik Relaksasi
Korban dapat melakukan aktivitas seperti dengan meditasi atau yoga agar dapat menyeimbangkan hormon kortisol yang awalnya dapat memicu stres kronis pada korban yang terjadi dalam kasus perundungan.
3. Dukungan sosial
Cara ini sangat efektif dalam mengatasi kasus tersebut, korban sangat perlu adanya dukungan baik dari lingkungan keluarga, komunitas, dan juga pertemanan untuk membantu pemulihan dari adanya peningkatan emosional yang dapat memicu kerusakan pada bagian otak.
Mari bersama-sama menghentikan Cyberbullying! kasus ini tidak hanya menyebabkan perubahan emosional tetapi membahayakan kesehatan tubuh terutama dari perspektif biologis. Jadilah remaja yang menolak perundungan dan bijak untuk saling mendukung dunia maya!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.