Kearifan Lokal dalam Tradisi Gotong Royong: Menjaga Keharmonisan Sosial di Era Modern
Eduaksi | 2024-12-08 21:41:36Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya tumbuhdalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai tradisional, salah satunya adalah gotong royong. Menurut Marhamah & Lutfiana(2022), gotong royong adalah bentuk kerja sama yang dilakukanoleh sekelompok individu untuk mencapai tujuan yang telahdisepakati melalui musyawarah bersama. Konsep ini begitumelekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tetapimaknanya mulai memudar di tengah arus globalisasi dan urbanisasi. Pengalaman pribadi saya di desa kecil tempatkeluarga besar tinggal, menjadi pengingat betapa pentingnyanilai ini untuk menjaga keharmonisan sosial.
Gotong royong, secara berarti bekerja bersama untukmencapai tujuan bersama, tidak hanya sekadar praktikmembantu sesama dalam pekerjaan fisik, seperti membangunrumah atau membersihkan lingkungan. Lebih dari itu, ia adalahcerminan dari rasa kepedulian dan tanggung jawab bersama yang menjadi fondasi masyarakat tradisional. Saya masih ingat betapaalami dan tanpa paksaan, para tetangga berkumpul di rumahkakek ketika kami memutuskan untuk memperbaiki bagian atap yang rusak. Semua orang membawa alat dan bahan sesuaikemampuan mereka, dan pekerjaan itu selesai dalam satu hari.
Namun, yang lebih berkesan bukanlah hasil akhirpekerjaan, melainkan kebersamaan yang tercipta selama proses tersebut. Melalui kegiatan ini, hubungan sosial terjalin lebih erat, kepercayaan diperkuat, dan solidaritas muncul sebagai kekuatanutama. Saya menyadari bahwa gotong royong tidak hanyatentang efisiensi kerja, tetapi juga menjadi ruang dialog dan interaksi yang memperkokoh kohesi sosial. Selain itu, gotong royong menciptakan rasa memiliki bersama terhadap hasil yang dicapai, sehingga setiap individu merasa dihargai ataskontribusinya. Nilai-nilai seperti saling membantu dan kepedulian ini menjadi fondasi penting dalam membangunkomunitas yang harmonis dan tangguh menghadapi tantanganbersama.
Sayangnya, dalam konteks kehidupan perkotaan dan modern, praktik ini mulai tergeser oleh individualisme, dimanamenurut Dewanti et al. (2023), hal tersebut berdampak pada melemahnya kesadaran warga untuk berpartisipasi dalamkegiatan di lingkungan masyarakat. Masyarakat cenderungterfokus pada kehidupan masing-masing, seringkali terpisah oleh dinding kesibukan dan teknologi. Keterasingan sosial menjaditantangan besar yang perlu diatasi. Di sinilah pentingnyamerevitalisasi nilai-nilai gotong royong agar tetap relevandengan kebutuhan masyarakat masa kini.
Melalui pengalaman ini, saya melihat bahwa tradisi sepertigotong royong adalah warisan kearifan lokal yang dapatmenjembatani pemahaman antara masa lalu dan masa depan. Di tengah transformasi sosial yang cepat, nilai ini dapat diadaptasiuntuk memperkuat kerja sama komunitas, misalnya melaluikegiatan sukarela berbasis digital atau inisiatif lingkunganbersama. Gotong royong tidak harus berbentuk fisik, tetapiesensinya kebersamaan dan solidaritas harus terus dijaga.
Sebagai generasi muda dan mahasiswa, refleksi inimengingatkan saya akan pentingnya menjaga dan menghidupkankembali nilai-nilai lokal yang mendukung keseimbangan sosial. Melalui pemahaman dan penerapan gotong royong, kita dapatmenciptakan masyarakat yang lebih inklusif, harmonis, dan berdaya saing di era global.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.