Media Sosial dan Identitas Remaja: Antara Eksistensi Digital dan Kesehatan Mental
Teknologi | 2024-12-08 21:23:51Di era digital seperti sekarang, media sosial tentu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik sebagai hiburan, alat komunikasi, atau tempat berbagi cerita, media sosial hadir di setiap momen kehidupan remaja. Namun di balik manfaat itu semua, banyak remaja yang masih kurang sadar akan dampak negatifnya terutama untuk kesehatan mental yang nantinya akan menimbulkan potensi kecemasan di kalangan remaja.
Dulu, media sosial mungkin hal yang sangat menarik digunakan, melalui platform seperti Tiktok, Facebook, Instagram, dan Twitter mereka asik memperlihatkan aktivitas mereka, bertemu dengan teman-teman lama, atau sedang mengikuti berita-berita terbaru. Namun, seiring berjalannya waktu, dampak menggunakan media sosial mulai terasa agak berbeda dari sebelumnya. Tanpa disadari, media sosial sering kali menjadi perbandingan yang tidak sehat. Banyak remaja yang seringkali membandingkan kehidupannya yang kurang bahagia, atau kurang sempurna dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di kehidupan media sosial orang lain.
Fenomena ini disebut dengan “social comparison” di mana banyak individu cenderung membandingkan kehidupan dirinya dengan orang lain di sosial media. Setiap foto pencapaian, keluarga yang harmonis, dan liburan yang diposting orang lain, bisa memunculkan perasaan yang tidak puas, baik itu terhadap penampilan fisik, gaya hidup, ataupun status sosial. Begitu seringnya remaja membandingkan seperti ini, sampai-sampai banyak remaja yang merasa cemas atau tertekan karena kurang bisa memenuhi standar orang lain yang seringkali tidak realistis dengan dirinya sendiri.
Bagi kalangan remaja, media sosial sering kali digunakan untuk mencari validasi. Beberapa banyak likes atau komentar yang diterima di sebuah postingan sering kali dianggap untuk tolak ukur seberapa berharga sesorang. Tidak sedikit remaja merasa cemas jika mereka tidak mendapatkan respon yang positif dari orang lain atupun dari teman-teman mereka di media sosial. Hal itu dapat mengakibatkan rasa kecemasan, hilangnya rasa percayaa diri, dan bahkan dapat mengganggu kondisi kesehatan mental seseorang.
Di tengah tekanan tersebut, perasaan cemas, rendah diri semakin menjadi gejala umum yang muncul di kalangan remaja. Kecemasan tentang bagaimana pandangan orang lain terhadap diri mereka. Remaja yang terperangkap dalam situasi ini, bisa mengarah pada gangguan mental yang lebih serius dan menyebabkan kecemasan sosial meskipun mereka mempunyai banyak teman di dunia nyata.
Remaja yang aktif di media sosial seringkali melihat pencapaian orang lain yang lebih sukses, atau mencapai tujuan yang lebih cepat, dan melihat kesuksesan yang luar biasa. Hal ini menyebabkan mereka merasa tertekan, seolah-olah mereka sedang tertinggal dalam mencapai tujuan hidup. Kecemasan tentang pendidikan, karir atau pekerjaan, dan masa depan yang sering kali dinilai untuk menjadi perbandingan hidup di media sosial, kemudian yang mengarah pada rasa takut akan kegagalan.
Namun, perlu diperhatikan bahwa dampak negatif dari media sosial ini tidak sepenuhnya tidak dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Media sosial juga memberikan dampak positif yang luar biasa jika digunakan dengan bijak. Media sosial juga dapat digunakan menjadi alat yang efektif untuk berbagi pengalaman dan menemukan komunitas yang mempunyai minat yang sama sehingga akan memperbanyak relasi pertemanan.
Kunci untuk menghadapi dampak negatif dari pengaruh media sosial adalah kesadaran diri, mengatur waktu dengan baik jika bermain atau menggunakan platform-platform digital tersebut, dam dapat mengatur batasan-batasan dalam bermain sosial media juga langkah yang sangat peting dalam mengahadapi pengaruh media sosial. Para remaja juga perlu belajar untuk tidak terlalu bergantung pada validasi orang, tetapi lebih fokus pada pengembangan diri dan pencapaian yang benar-benar sangat bermakna bagi mereka. Meskipun pencapaian tidak sebesar orang lain di sosial media, yang terpenting bisa membuat kita jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Selain itu, pendidikan mengenai penggunaan sosial media juga sangat penting diterapkan di era sekarang. Para remaja perlu diberikan pemahaman bahwa yang mereka lihat adalah sebagian kecil saja dari kehidupan seseorang tersebut, dan tidak perlu merasa tertekan atas pencapaian orang lain atau merasa tertekan karena tidak dapat memenuhi standar ekspetasi yang diciptakan di platform tersebut. Media sosial seharusnya dapat digunakan sarana penghubung komunikasi dan hiburan bukan untuk mengukur tolak ukur kebahagiaan atau kesuksesan orang lain. Mengedukasi para remaja agar lebih bijak terhadap apa yang mereka konsumsi di media sosial adalah langkah preventif untuk menjaga kesehatan mental di kalangan remaja.
Sebagai generasi yang unggul dan generasi penerus bangsa, kita harus bisa menggunakan media sosial dengan cara yang sehat. Tidak ada yang salah dengan menggunakan media sosial untuk berbagi cerita. Tetapi ada yang lebih penting yaitu tidak membiarkan diri untuk terjebak dalam perbandingan sosial. Ingatlah bahwa tidak ada kehidupan yang sempurna, melainkan setiap orang pasti ada tantangannya sendiri dan setiap orang berjuang dengan caranya masingmasing untuk mencapai kesuksesan. Kita sebagai remaja juga harus menghargai diri sendiri, menerima kekurangan dan lebih fokus pada pencapaian pribadi yang lebih bermakna adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental di kalangan remaja dalam derasnya arus media sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.