Teks Tanpa Ekspresi: Menangkap Risiko Miskomunikasi di Media Sosial
Teknologi | 2024-12-05 15:05:51Di masa sekarang ini banyak perkembangan yang terjadi. Khususnya di dunia digital yaitu media sosial. Hampir semua orang terutama generasi muda saat ini pasti memiliki media sosial untuk berkomunikasi secara virtual maupun sekedar mempamerkan status mereka. Media sosial saat ini menjadi salah satu aplikasi yang dominan dalam kehidupan kita, dalam sehari pasti kita ada waktu untuk membuka media sosial. Namun, media sosial sendiri juga memiliki kekurangan yang dapat berujung kepada suatu masalah, yaitu miskomunikasi melalui sebuah chat yang dikirim.
Miskomunikasi ini dapat muncul karena interaksi yang dilakukan adalah secara non-verbal dan karena kurangnya ekspresi dalam menyampaikan sebuah pesan. Miskomunikasi adalah salah paham yang kerap terjadi saat kita melakukan interaksi atau komunikasi dengan lawan bicara. (Yasmin, 2021) Miskomunikasi dalam media sosial sering terjadi karena bergantung pada bagaimana orang yang mendapatkan pesan mengartikan teks yang dikirim. Penggunaan bahasa yang ambigu juga menyebabkan salah paham dalam sebuah chat, karena penggunaan sebuah kata dapat memiliki berbagai makna. Tanda baca sering kali dilupakan saat membuat sebuah teks menjadi sulit untuk dipahami, seperti letak tanda koma dalam penekanan nada.
Miskomunikasi yang terjadi di media sosial dapat menyebabkan beberapa konsekuensi yang berpengaruh terhadap reputasi diri kita. Contohnya adalah miskomunikasi dalam hubungan pribadi yang dapat menyebabkan kesalahpahaman bahkan memicu sebuah pertengkaran. Tak jarang kita mendengar sebuah masalah kesalahpahaman dalam sebuah chat di media sosial antara guru dan murid. Murid tersebut tidak menggunakan kata - kata yang benar sehingga membuat dirinya di cap sebagai murid yang kurang sopan.
Maka kita sebagai pengguna media sosial khususnya saat chatingan, perlu untuk mengurangi risiko miskomunikasi. Kita harus dapat memilih dan memilah dengan baik penggunaan kata, tanda baca, dan emotikon. Memastikan kembali sebelum mengirim sebuah chat agar kata - kata yang dikirim tidak menimbulkan kesan yang ambigu. Harus bisa membedakan pesan yang diberikan baik ke teman maupun ke orang yang lebih tua dari kita. Bila dirasa kata - kata yang di kirim melalui chat lebih susah untuk dipahami, kita dapat menggunakan teknologi yang lain seperti voice note maupun video call agar pesan yang tersampaikan dapat dilihat secara langsung melalui virtual.
Peran teknologi saat ini juga dapat kita gunakan demi meminimalisir kesalahpahaman dalam sebuah chat di media sosial. AI (Artificial Intelligence) tak selalu berkonteks buruk, kita dapat menggunakan teknologi tersebut untuk membantu membenarkan kata - kata yang dikirimkan agar lebih mudah dipahami dan sopan. Kita sebagai pengguna media sosial yang aktif, harus sangat berhati-hati dalam berkomunikasi khususnya di dunia digital saat ini. Media sosial merupakan wadah yang baik untuk kita berkomunikasi secara virtual dengan syarat kita dapat menggunakan alat komunikasi tersebut dengan baik dan efektif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.