Pohon Keramat
Sastra | 2024-12-05 11:21:43“ Pohon itu penuh penghuni” ucap Jupri.
“ Penghuni apa?” sahut Hari.
“ Keramat Har tidak ada yang boleh makan buahnya, bisa kenak tulah nanti”.
“ Makan seperti ini ” ucap Hari sambil mengambil buah mangga di pohon tersebut.
“ Har Har muntahkan!” ucap Jupri.
“ Kamu ini kenapa sih Jup mubazir jadinya jatuh”.
“ Har kamu jangan macam-macam, kalau penghuni pohon itu marah gimana?”.
“ Burung? Tupai? Lebah? Penghuni yang mana sih Jup” ucap Hari kesal karena .
“ Demit har...roh halus” bisik Jupri di telinga Hari.
Hari menatap pohon mangga itu dengan seksama, dia perhatikan betul dari atas sampai bawah. Sambil mengerutkan dahi dan melihat kesekeliling.
“ Tak nampak kulihat”.
“ Yah namanya demit mana bisa kelihatan Hariiii” ucap Jupri.
“ MAKA DARI ITU JUPRI kenapa takut sama yang gak keliatan” ucap Hari Kesal.
“ Behhh kamu tidak tahu di sini banyak penghuninya, kemarin ada anak-anak makan mangga di sini besoknya mereka sakit” ucap Jupri.
“ Ya memang waktunya sakit” Ucap Hari meninggalkan Jupri.
“ Kemarin lagi ada orang kencing di pohon ini gak lama dia cerai sama istrinya” Ucap Jupri meyakinkan.
“ Ya kali tu laki gak ngasih uang belanja buat bininya, sudah jangan ngaco”.
“ Wehhh Har..Har tunggu” ucap Jupri.
Malam itu Hari dan Jupri akan mengahadiri kenduri, acara seperti ini adalah moment menyenangkan bagi keduanya karena mereka bisa makan enak. Maklum saja sejak kecil kedua sahabat ini memang hidup serba kekurangan. Hari merupakan anak buruh pabrik korek, sedangkan ayah jupri minggat tak tahu kabar. Jupri hanya tinggal bersama ibunya dan adik perempuanya. Setiap hari mereka juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar. Satu-satunya pekerjaan yang tidak membutuhkan ijazah dan keahlian.
“ Lihat bujang lapuk itu, itulah kiranya nasibmu jika kau tidak rajin belajar” ucap seorang ibu yang sedang memarahi anaknya karena tidak mau belajar.
Ingin rasanya Hari menapar mulut keji wanita itu tapi apa yang di ucapkan ibu itu benar. Siapa yang ingin berakhir sebagai seorang kuli panggul spserti mereka. Kalu saja mereka jauh lebih rajin belajar, mungkin mereka akan dapat bantuan dari pemerintah untuk bersekolah. Tetapi keduanya malah memilih sebagai simpatisan partai demi mendapat sekotak nasi bungkus.
“ Boy besok kalian ikut aku ada proyek besar jeh” ucap bang Amir.
“ Proyek apa bang?” sahut Jupri tertarik.
“ Biasa perorang dapat 50rb rupiah” balas bang amir.
“ Bersih?” sahut Jupri.
“ Belum harus dipotong korlap” jelas bang Amir.
“ Total dapat berapa?” ucap Jupri.
“ 40 Ribu plus beras, gula dan indomie”.
“ Ah kemarin dapat kopi rentengan” sahut Hari.
“ Tapi kali ini ada biduan ibu kota boy, aduhay” tawar bang amir.
Jupri dan Hari saling bertatapan seolah saling berdiskusi lewat pandangan matanya.
“ Oke bang kita ambil proyeknya, jam berapa dan dimana” ucap Jupri.
“ Begini konsepnya, kalian nanti akan pura-pura kesurupan, nah saat paslonnya menghampiri kalian tiba-tiba sadar seolah dia orang sakti” ucap bang Amir.
“ Wah kalau ada itu bayaranya sendiri, tidak bisa segitu bang” jawab Hari.
“ Berapa yang kalian mau?”.
“ 200 tiap orang bersih” ucap Hari.
“200 itu untuk dua orang jika tidak mau ya sudah aku cari lainnya” tawar bang Amir.
“ 300 untuk dua orang deal” sahut Jupri memaksa.
“ Okelah 300 tapi kalian gak boleh liat biduan, selesai kesurupan langung pergi”.
“ Yah kok gitu bang” sahut Jupri.
“ DEAL Gak nih ” bang Amir.
“ Ok Deal” sahut Hari sambil menyalami tangan bang Amir.
Setelah bersepakat mereka berdua pergi meninggalkan bang Amir sambil membawa kresek berkat kenduri. Di tengah jalan Hari putar balik, di kembali menuju pohon keramat tadi.
“ Ngapain kamu kesini lagi sih Har? Ucap Jupri mengejar Hari.
“ Aku sedang penghayatan karakter kamu diam saja”.
Tiba-tiba Hari mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah sedang berbicara dengan seseorang. Jupri begitu terkesima melihat kesaktianya temanya, dia tidak menyangka bahwa selama ini temanya orang sakti.
“ Sudah dapat wangsit Har?”ucap Jupri.
Tanpa menjawab hari meninggalkan Jupri begitu saja, Jupri yang masih terkesima semakin kagum dengan temanya.
“ Tak ku sangka selama ini Hari orang sakti, begitulah perangai orang sakti” decak kagum Jupri.
Keesokan harinya seperti yang di janjikan Jupri sudah hadir dilapangan tempat paslon akan kampanye. Dia menggunakan kasos simpatisan partai yang diberinkan bang Amir sebelumnya. Tapi sampai sejauh ini dia masih belum melihat kemunculan Hari. Jupri semakin cemas dikala waktu kampanye semakin dekat. Dia tidak punya nyali jika harus kesurupan sendirian.
“ Mana Hari, sebentar lagi acara akan di mulai lo”.
“ Itu dia, aku masih belum menemukan keberadaanya sampai saat ini”.
“ Ya sudah kamu saja yang kesurupan, tapi bayaranya menjadi 150 ribu” ucap bang Amir sambil meninggalkan Jupri sendirian.
“ Ta tapi..”sahut Jupri.
Waktu kampanye semakin dekat, kerumunan semakin padat, tapi Hari masi tidak nampak batang hidungya. Jupri semakin cemas, karena biasanya dia hanya menjalankan perintah Hari. Kali ini dia bingung harus berbuat apa, adegan apa yang harus di tunjukkan. Apakah teriak-teriak, atau berguling-guling di tanah. Tiba-tiba disaat kegentingan terjadi, munculah asap tebal dari arah depan panggung.
Simpatisan yang hadir saat itu mengira bahwa adalah bagian dari pertunjukkan sebelum biduan masuk. Tiba-tiba semua bunyian berhenti, penonton bertepuk tangan terkagum dengan konsep acara. Berbeda dengan penonton yang menikmati pertunjukkan, panita nampak panik. Mereka saling bertanya mengenai konsep cara yang berubah, lalu lalang mereka saling mengkonfirmasi perubahan acara.
Ditengah kekacauan itu tiba-tiba Hari muncul dengan jubah berwarna hijau pekat, tebuat dari dedaunan. Dengan sombongnya Hari naik ke atas panggung, dia mengeluarkan sebotol bensin, dia semburkan api lewat mulutnya. Sontak pengujung berdecak kagum melihat atraksi yang ia buat.
“ Wah Hari memang benar sakti” decak kagum Jupri melihat atraksi temanya.
Ditengah-tengah atraksi tiba-tiba dia menunjukk pasangan calon yang baru datang, dengan mengalungkan jubah miliknya dia meminta kedua pasangan calon menari di atas panggung. Menganggap bahwa itu bagian dari acara, pasangan calon langsung menuruti perintah Hari. Di iringi dengan gendang mereka menari-nari di atas panggung. Tapi ada yang aneh dari keduanya, mereka menari seperti orang kesetanan.
Sambil menggaruk-garuk badanya mereka terus menari, begitu pula dengan Hari yang menggila bersama kedua pasangan calon. Para simpatisan tertawa melihat tingkah pertunjukan itu.
“ Ah..aaa cek satu dua tiga semua dengar suara saya. Hari ini kita kan menyaksikan pasangan calon yang akan kita dukung, mereka buka sembarang orang. Mereka adalah orang yang merelakan dirinya untuk melayani dan mengabdi pada masyarakat. Betul bapak?” ucap Hari.
“ Beeetulll” ucap salah satu paslon terbata karena sambil berjoget dan menggruk tubuhnya.
“ Kita kan mendukung pasangan calon yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk masyarakat, betul bapak?”.
“ Betulll”.
“ Kita akan mendukung pasangan yang memikirkan warganya bukan memperkaya dirinya, betul bapak?” ucap Hari.
“ Betullll”.
“ Saksikan kedua paslon ini benar-benar akan mengabdi pada masyarakat, kita buktikan yaa. Kita minta mereka berhenti berjoget, setuju?’.
“ Setujuuuuu” sahut penonton.
“ Kita hitung satu, dua, tiga, stooooppppp” teriak Hari.
Tiba-tiba gumpalan asap muncul kembali, gumpalan asap itu menyelimuti kedua paslon. Setelah gumpalan asap menghilang, bener saja kedua paslon berhenti berjoget. Semua orang bertepuk tangan melihat pertunjukkan tersebut.
“ Sekian dari, saya saya akhiri, kampanye kali ini wassalam”tutup Hari.
Riuh renta suara tepuk tangan, merek tidak mengira acara kampanye kali ini berakhir dengan cepat. Sampai yang ditunggupun tiba, biduan dari ibukota yang memperiah suasana kampanye siang itu. Terlihat Hari turun panggung dengan digelendengan pihak kemanan, dia dibawa ke kantor polisi. Dengan giginya yang menguning, dia tersenyum pada Jupri seolah mengatakan betapa kerenya dia.
Setelah di kantor polisi dia menceritakan bahwa jubbahnya terbuat dari daun jelatang, sejinis semak liar yang akan gatal mengenai kulit. Daun itu ia dapatkan ketika beridir di pohon keramat. Sedangkan asap tebal tadi adalah bedak gatal. Hari sengaja membuat atraksi itu agar pasangan calon benar-benar bekerja, bukan hanya sekedar janji manis saat kampnye. Panitia bersepakan untuk menuntut Hari agar masuk penjara, namun mendengar penjelasan dari hari paslon memutuskan untuk memaafkan hari. Mereka menganggap konsep kampanye yang hari buat unik dan kreatif. Akhirnya bukan malah dipenjara Hari malah diangkat menjadi salah satu tim kemenangan paslon tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.