Wanita dan Anak-anak Rentan Mengalami Anemia
Info Sehat | 2024-12-02 13:47:03Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa anemia merupakan masalah kesehatan global yang tidak bisa dianggap remeh karena ada ratusan orang di dunia yang terjangkit. Dimana mayoritas penderitanya adalah wanita dan anak-anak.
“Kelompok populasi yang paling rentan terhadap anemia meliputi anak-anak di bawah usia 5 tahun, khususnya bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun, remaja putri dan wanita yang sedang menstruasi, serta wanita hamil dan pascapersalinan,” tulis WHO di situs resminya.
Data WHO menunjukkan bahwa Anemia memengaruhi setengah miliar wanita berusia 15–49 tahun dan 269 juta anak berusia 6–59 bulan di seluruh dunia. Pada tahun 2019, 30% (539 juta) wanita yang tidak hamil dan 37% (32 juta) wanita hamil berusia 15–49 tahun terkena anemia. Sementara berdasarkan wilayah, Afrika dan Asia Tenggara adalah yang paling banyak terkena dampak. Dimana dengan perkiraan 106 juta wanita dan 103 juta anak terkena anemia di Afrika dan 244 juta wanita dan 83 juta anak terkena dampak di Asia Tenggara.
Tanda seseorang mengalami Anemia diantaranya, badan terasa lemah, lesu, dan mudah capek, yang juga dikenal dengan istilah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (‘kepala terasa berputar’), mata berkunang- kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi akibat kurangnya oksigen dalam jaringan otak dan otot. Selain itu, anemia menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena Anemia, diantaranya: kekurangan nutrisi, pola makan yang tidak memadai (atau penyerapan nutrisi yang tidak memadai), infeksi, peradangan, penyakit kronis, kondisi ginekologis dan obstetri, dan kelainan sel darah merah yang diwariskan. Kekurangan zat besi, terutama karena asupan zat besi dari makanan yang tidak memadai, dianggap sebagai kekurangan nutrisi yang paling umum yang menyebabkan anemia. Kekurangan vitamin A, folat, vitamin B12, dan riboflavin juga dapat menyebabkan anemia karena peran spesifiknya dalam sintesis hemoglobin dan/atau produksi eritrosit.
“Kehilangan darah menstruasi yang banyak secara terus-menerus, peningkatan volume darah ibu selama kehamilan, dan kehilangan darah selama dan setelah melahirkan, terutama dalam kasus perdarahan pascapersalinan, umumnya menyebabkan anemia,” sebut WHO.
Mengutip buku Petunjuk Teknis Aksi Bergizi, penyebab umun seseorang mengalami Anemia di Indonesia adalah kurang asupan zat besi, yang disebut anemia gizi besi. Selain disebabkan kurangnya asupan zat besi, anemia juga dapat disebabkan oleh kecacingan. Sehingga untuk mencegahnya remaja disarankan untuk minum obat cacing setahun sekali dan bagi remaja putri karena memiliki risiko lebih besar terkena anemia maka diberikan tablet tambah darah (TTD) secara rutin.
“Pemberian TTD secara rutin bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh,” demikian penjelasan dalam juknis tersebut.
Pemberian TTD secara rutin bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh. TTD mengandung 60 mg elemental besi dan 400 µg asam folat. Sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan, TTD diminum 1 tablet seminggu sekali dihari yang sama di sekolah, dengan air putih. Untuk mendapat hasil yang optimal.
Adapun efek samping yang dapat timbul setelah meminum TTD diantaranya i nyeri/perih di ulu hati, mual serta tinja berwarna kehitaman (yaitu sisa zat besi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui feses). Meski demikian tidak semua orang mengalami efek samping tersebut, untuk mengurangi gejala tersebut dianjurkan minum TTD setelah makan (perut tidak kosong) atau malam sebelum tidur.
TTD sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh, kopi, atau susu karena zat yang ada di ketiga jenis minuman ini mengurangi jumlah zat besi yang bisa diserap tubuh. Selain itu, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsiTTD bersamaan dengan obat sakit maag yang juga dapat menghambat penyerapan zat besi.
Selain mengonsumsi TTD dan meminum obat cacing, untuk mencegah anemia juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan sumber zat besi seperti hati ayam, kerang, telur, daging sapi, kacang kedelai, kacang hijau, bayam merah, dan lainnya. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, terutama yang berasal dari sumber nabati, dianjurkan untuk mengkonsumsibuah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu.
Keterangan Foto: Ilustrasi Penderita Anemia (Freepik)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.