Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diva Maharani Pramono

Menilik Peran Apoteker dalam Pelayanan Kesehatan Primer

Edukasi | 2024-12-01 11:35:45
sumber gambar: sgs.com

Apoteker memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Namun, mayoritas masyarakat masih belum menyadari betapa luas dan kompleks tanggung jawab apoteker. Peran apoteker sering dianggap hanya sebatas membuat obat dan menyerahkan obat saja. Pada pelayanan kesehatan primer, khususnya di rumah sakit, eksistensi apoteker seringkali mengundang salah kaprah dengan disalah artikan sebagai peran tenaga kesehatan lainnya. Apoteker berkontribusi secara signifikan di berbagai unit rumah sakit, mulai dari Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Jalan, hingga Instalasi Bedah Sentral. Cakupan peran apoteker sangat banyak, mulai dari edukasi obat hingga manajemen pengelolaan obat.

Dalam menjalankan tugasnya, apoteker menerapkan komunikasi terapeutik untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada pasien mengenai obat yang mereka konsumsi. Informasi tersebut meliputi dosis yang tepat, waktu penggunaan, serta potensi efek samping. Sebagai bagian dari tim kesehatan, apoteker juga melakukan kunjungan pasien untuk memantau penggunaan obat dan mengevaluasi efektivitasnya. Dalam hal ini, apoteker memiliki hak untuk memberikan masukan kepada dokter jika terdapat kesalahan dalam dosis obat yang diresepkan. Kolaborasi yang baik antara apoteker, dokter, dan perawat sangat penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan terintegrasi.

Mayoritas masyarakat masih sering mengira bahwa named (tenaga medis) yang berperan untuk menyiapkan segala obat ialah perawat, padahal sebetulnya hal tersebut adalah peran apoteker. Apoteker dapat membantu mengurus stok obat bagi pasien opname. Salah satu tanggung jawab penting apoteker adalah pengelolaan stok obat, termasuk pembuatan sediaan infus. Masyarakat sering kali tidak menyadari bahwa pembuatan infus dalam dosis besar merupakan tugas apoteker bersertifikat, bukan perawat. Selain itu, apoteker juga terlibat dalam penentuan formularium rumah sakit dan melakukan rekonsiliasi obat untuk memastikan kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Saat melakukan kegiatan evaluasi resep bersama dokter, resep tiap obat akan dicrosscheck kesesuaiannya dengan formularium yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.

Apoteker memiliki peranan dalam manajemen pengelolaan obat dengan melakukan pengecekan di bagian gudang instalasi farmasi. Kinerja yang diterapkan adalah dengan melaporkan segala yang dilakukan setelah menuju emergency bag atau troli yang berisi obat, baik hanya untuk sekadar mengunjungi gudang instalasi farmasi atau mengambil stok obat. Nantinya apoteker akan mencocokkan stok obat, mengecek kebenaran obat yang diambil dengan laporan, serta mengecek waktu kedaluwarsa obat.

Apoteker memiliki program bernama SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang berisi survei kepuasan pasien terhadap resep yang telah diberikan. SPM kepuasan pasien ini dalam bentuk kuisioner yang dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada pasien mengenai hal-hal yang masih belum maksimal di bagian instalasi farmasi. Problema yang sering dikeluhkan para pasien adalah lamanya antrean penebusan resep obat. Memang hal ini sangat lumrah terjadi hampir di seluruh rumah sakit. Untuk bisa menebus resep obat di instalasi farmasi, pasien harus mengantre panjang dan menunggu dalam waktu yang lama.

Obat yang telah diresepkan oleh dokter memerlukan beberapa proses hingga bisa sampai ke tangan pasien. Apoteker harus memverifikasi resep yang diberikan oleh dokter dan menyesuaikan dengan ketersediaan obat di instalasi farmasi. Apabila obat yang diresepkan oleh dokter adalah obat yang perlu untuk diracik maka hal ini akan semakin memperlambat proses pemberian obat karena apoteker yang bertugas perlu meracik obat tersebut terlebih dahulu. Biasanya juga ada keterbatasan tenaga kerja sehingga hal ini kadang juga menjadi faktor semakin lama obat sampai di tangan pasien.

Peran apoteker selama melakukan pelayanan kesehatan mempengaruhi banyak aspek lain. Informasi obat yang disampaikan kepada pasien berperan penting dalam ketepatan dan kepatuhan penggunaan obat secara efektif dalam jangka panjang. Ketepatan penggunaan obat akan meminimalisir efek samping serta memaksimalkan kesehatan pasien. Selain itu, pengelolaan obat yang dilakukan oleh apoteker juga dapat mengontrol biaya rumah sakit untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran biaya pembelian obat yang tidak diperlukan.

Meskipun peran apoteker sangat vital, mereka sering kali diabaikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Mayoritas peran apoteker adalah bekerja di balik layar yang menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apoteker. Interaksi dengan pasien hanya dilakukan dalam persentase kecil sehingga kontribusi apoteker dalam dunia kesehatan masih tidak terlalu dianggap sebesar itu. Stigma apoteker yang hanya bekerja di apotek juga perlu dihilangkan. Pasalnya banyak orang hanya mengira peranan apoteker sebagai pelayanan dalam penjualan obat.

Perlu tindakan lebih lanjut agar apoteker menjadi lebih dikenal di kalangan masyarakat. Peran apoteker dalam pelayanan kesehatan primer tidak dapat dipandang sebelah mata. Upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tugas dan tanggung jawab apoteker harus terus dilakukan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih terintegrasi, di mana setiap profesi kesehatan saling mendukung untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image