Mengungkap Sejarah Terjemah Alquran : Awal Dominasi Orientalis Hingga Kiprah Syekh Fanshuri
Agama | 2024-11-30 21:21:39Penerjemahan Al-Qur’an ke berbagai bahasa telah menjadi bagian penting dari sejarah penyebaran Islam. Namun, upaya ini tidak selalu berjalan dengan lancar. Awalnya, penerjemahan Al-Qur’an dipelopori oleh para orientalis, yang menerjemahkan kitab suci ini ke bahasa Latin dengan tujuan tertentu, sering kali disertai kritik terhadap isi Al-Qur’an. Di sisi lain, umat Islam pada masa itu masih terlibat dalam perdebatan hukum terkait penerjemahan Al-Qur’an ke bahasa lain, yang menyebabkan keterlambatan dalam mengawal upaya ini. Artikel ini akan mengupas perjalanan penerjemahan Al-Qur’an dari masa orientalis hingga peran tokoh-tokoh Muslim dalam mengubah paradigma tersebut. Kita akan menelusuri bagaimana usaha ini berkembang, mulai dari terjemahan pertama dalam bahasa Persia hingga Indonesia, dan dampaknya terhadap pemahaman Islam di berbagai penjuru dunia.
Penerjemahan Al-Qur’an ke berbagai bahasa merupakan salah satu tonggak penting dalam penyebaran ajaran Islam. Namun, sejarah awalnya tak lepas dari peran para orientalis, yang mempelopori penerjemahan ke bahasa Latin. Pada masa itu, umat Islam masih disibukkan dengan perdebatan hukum mengenai penerjemahan Al-Qur’an ke bahasa selain Arab. Kondisi ini dimanfaatkan oleh orientalis untuk menerjemahkan Al-Qur’an. Terjemahan Latin pertama menjadi dasar bagi terjemahan selanjutnya ke berbagai bahasa, meskipun tidak dilakukan langsung dari teks Arab. Banyak terjemahan dibuat berdasarkan teks Latin ini, sehingga kualitas dan keakuratannya dipertanyakan. Hal ini memunculkan keprihatinan di kalangan umat Islam, karena karya-karya para orientalis sering kali mengandung penyimpangan dan pemahaman yang bias.
Keprihatinan tersebut akhirnya mendorong tokoh-tokoh Muslim untuk mulai menerjemahkan Al-Qur’an. Meskipun awalnya terdapat larangan dari sebagian ulama, waktu. Pada sekitar abad ke (1142-1289) M, para Muwahhidin di Spanyol bahkan memerintahkan penghancuran Al-Qur’an yang telah diterjemahkan ke bahasa Barbar (Yunani Kuno). Namun, di kemudian hari, penerjemahan Al-Qur’an dalam bahasa lokal semakin diterima. Terjemahan pertama ke dalam bahasa Persia dilakukan oleh Syekh Sa’adi Asy-Syirazi pada tahun 1313 M. Setelah itu, muncul berbagai terjemahan lain, termasuk ke dalam bahasa Turki dan India, dengan salah satu tokoh terkemuka adalah Syekh Waliyullah Dahwali.
Perkembangan besar terjadi ketika Mujamma’ Khadim al-Haramain asy-Syarifain al-Malik Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarif (King Fahd Complex for Printing of Holy Qur’an) memimpin penerjemahan Al-Qur’an secara besar-besaran ke berbagai bahasa. Upaya ini turut mendukung penyebaran Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia, termasuk dibagikan kepada jamaah haji. Kemudian di Indonesia, pelopor penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu-Indonesia adalah Syekh ‘Abd al-Rauf Ibn ‘Ali al-Fanshuri (1615-1693 M). Karya beliau, yang ditulis dalam huruf Arab-Melayu, menjadikannya dikenal sebagai Mutarjim Al-Qur’an pertama di Nusantara. Karya ini menjadi landasan awal bagi penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia modern, yang terus berkembang hingga saat ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.