Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hikma Fajariyani

Belajar Bahasa Inggris dari SD, tapi Tetap Gabisa Basa Enggres?

Edukasi | 2024-11-30 13:13:02

Sepertinya sudah dari SD, SMP, bahkan sampai SMA, mata pelajaran bahasa Inggris menjadi hal wajib yang selalu kita temukan di setiap jadwal pelajaran, bukan? Tapi pertanyaannya, kenapa mayoritas masyarakat Indonesia tetap belum dapat fasih dalam berbahasa Inggris di kehidupan sehari-hari? Mungkin yang teringat di pikiran kita dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah cara penggunaan i, you, they, we dan she, he, it, juga mengartikan teks untuk menemukan suatu jawaban dengan pilihan a, b, c, dan d. Kalau ditanya nilai, masih aman lah yaaa. Tapi giliran disuruh ngomong sama native speaker, yes sir yes you. Hehehehe.

Untuk menjawab kebingungan tersebut, oke langsung saja, mari kita bedah penyebabnya.

  • Hanya terfokus pada teori

Bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah sebagian besar hanya terfokus pada teori. Istilahnya adalah book oriented, terfokus pada buku. Kita hanya diajarkan bagaimana cara membuat kalimat sesuai dengan aturan grammar, mengisi jawaban yang tepat dari soal pilihan ganda berdasarkan teks bacaan, serta target hafalan kosakata tanpa adanya penerapan ke dalam kalimat sehari-hari. Hal ini tentu saja hanya menciptakan ingatan jangka pendek sehingga cenderung mudah terlupakan.

Coba diingat, seberapa banyak kosakata yang diajarkan? Kosakata yang tidak diimbangi dengan latihan dan penerapan di percakapan sehari-hari hanya akan bertahan dalam beberapa hari, bahkan beberapa jam.

  • Minim praktik dan penerapan

Kurangnya praktek dan penerapan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari memang menjadi salah satu penyebab masyarakat Indonesia belum dapat fasih berbahasa Inggris. Tentu saja, lidah menjadi kurang terbiasa dan kaku untuk mengucapkan kosakata Inggris secara baik. Ada juga yang mengatakan lidah jawa kalau ngomong inggris aneh. Selain itu, kita menjadi cenderung merasa kesulitan dalam menyusun kosakata untuk membentuk kalimat yang dapat ditangkap maknanya oleh lawan bicara.

  • Kurang percaya diri

Lingkungan sangat menentukan gaya belajar seseorang terhadap sesuatu. Sebagian besar dari kita merasa kurang percaya diri apabila mencoba berlatih berkomunikasi dengan bahasa Inggris di lingkup umum karena adanya anggapan “sok inggris”. Inilah yang menyebabkan muncul rasa malu dan kurang percaya diri ketika ingin mencoba menerapkan penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

  • Perlunya pengulangan

Belajar bahasa tidak hanya cukup sekali belajar langsung bisa, namun perlu adanya pengulangan hingga akhirnya terbiasa dan menghasilkan ritme komunikasi yang baik. Pengulangan sangat penting dilakukan karena berperan dalam menguatkan dan melekatkan hafalan ketika mempelajari sesuatu, terutama bahasa.

Itu dia yang menjadi alasan kenapa mayoritas masyarakat Indonesia masih kagok dalam berbahasa Inggris padahal sudah cukup lama melakukan pendekatan, bahkan dari tingkat sekolah dasar. Jadi, kunci mahir dalam berbahasa bukan hanya teori, tetapi lebih ke pengulangan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ungkapan, practice makes perfect. Semangat!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image