Stabilitas Harga Beras di Akhir Dinamika Pilkada 2024: Tantangan dan Solusi
Politik | 2024-11-29 13:33:11Pangan menjadi kebutuhan pokok utama yang harus segera dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Di Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena beras merupakan makanan pokok utama. Pengalaman menunjukkan bahwa gangguan ketahanan pangan, seperti lonjakan harga beras selama krisis ekonomi 1997/1998, dapat berkembang menjadi krisis multidimensi.
Pada 1998, inflasi moderat mencapai 77,63 persen sebagai dampak dari gejolak krisis moneter 1997. Inflasi ini berdampak signifikan pada komoditas pangan nasional yang mengalami kenaikan harga, sementara daya beli masyarakat tidak meningkat. Kondisi ini memicu ketidakstabilan politik nasional yang semakin memperburuk situasi.
Seiring berjalannya waktu, November 2024 menjadi agenda politik penting dengan digelarnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Pilkada merupakan momentum strategis yang tidak hanya menentukan kepemimpinan daerah tetapi juga arah kebijakan strategis, termasuk terkait pemenuhan kebutuhan pokok seperti sembako.
Dalam praktiknya, pembagian sembako sering digunakan sebagai strategi kampanye untuk meraih simpati masyarakat. Meskipun dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek, pembagian sembako dalam skala besar tanpa perencanaan yang matang dapat memicu ketidakstabilan harga pasar. Misalnya, ketika pemerintah daerah meningkatkan permintaan beras secara signifikan untuk program sembako, harga pasar dapat melonjak akibat tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan pasokan dari petani.
Hal ini tercermin dari tren kenaikan harga beras sejak Agustus 2024 dengan rata-rata peningkatan 0,39 persen setiap bulan. Pada 22 November 2024, harga beras nasional mencapai Rp12.750/kg, melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional sebesar Rp12.000/kg. Namun, sejak masa tenang Pilkada pada 23 November 2024, harga beras mulai menurun dan stabil di angka Rp12.600/kg hingga saat ini. Stabilitas harga ini menunjukkan bahwa pasar telah kembali ke ekuilibrium, di mana supply dan demand berada dalam kondisi seimbang, sehingga tidak ada tekanan harga jangka pendek yang signifikan.
Fluktuasi harga beras saat Pilkada menunjukkan pentingnya pengelolaan ketahanan pangan yang lebih baik. Strategi pembagian sembako dalam kampanye, meski membantu jangka pendek, dapat memicu ketidakstabilan pasar jika tidak direncanakan matang sehingga perlu adanya integrasikan program sembako dengan data ketahanan pangan untuk menjaga pasokan, serta melakukan peningkatan sinergi pemerintah, petani, dan pelaku pasar untuk menjaga keseimbangan supply-demand. Pendekatan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.