Strategi Cerdas Tingkatkan Profit UMKM: Mari Belajar dari Nasi Liwet Bu Rima
UMKM | 2024-11-29 10:45:30Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), terdapat sekitar 64,2 juta unit UMKMdi Indonesia. Bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tantangan utama tidak hanya tentang menjual produk saja, tetapi juga bagaimana mengelola keuangan secara lebih efektif dan efisien. Biaya operasional yang tidak terkendali, fluktuasi harga bahan baku, hingga ketidaktahuan tentang penetapan harga sering menjadi penghambat utama untuk meraih laba maksimal. Salah satu contoh nyata datang dari Nasi Liwet Bu Rima, sebuah UMKM kuliner khas Surakarta. Dengan menggunakan salah satu pendekatan sederhana dari akuntansi manajemen, yaitu Analisis Biaya Volume Laba (BVL), UMKM Nasi Liwet Bu Rima berhasil mengelola biaya operasionalnya dengan lebih baik dan memaksimalkan profitabilitas. Apa rahasianya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Apa sih Analisis Biaya Volume Laba itu? Analisis Biaya Volume Laba (BVL) adalah alat sederhana dalam akuntansi manajemen yang membantu para pelaku usaha untuk dapat memahami hubungan antara biaya produksi, volume penjualan, dan keuntungan. Dengan teknik ini, UMKM dapat menghitung titik impas, berapa banyak produk yang perlu dijual untuk bisa menutupi semua biaya, hingga menetapkan target penjualan yang realistis untuk bisa mencapai laba tertentu yang diinginkan. Pendekatan ini tidak hanya berguna untuk memahami struktur biaya, namun juga memberikan panduan dalam mengambil sebuah keputusan strategis, seperti menentukan harga jual dan juga mengidentifikasi peluang efisiensi operasional.
“Belajar dari Nasi Liwet Bu Rima” Nasi Liwet Bu Rima memproduksi 3.000 porsi nasi liwet setiap bulannya dengan menentukan harga jual Rp. 8.000 per porsi. Biaya variabel per unit (seperti bahan baku dan bahan penolong) adalah Rp. 5.270 dan biaya tetap bulanan (seperti sewa tempat, tenaga kerja, penyusutan peralatan) sebesar Rp1.835.942.
Dengan menggunakan Analisis BVL, ditemukan beberapa hal yaitu titik impas (break-even point). Nasi Liwet Bu Rima harus menjual setidaknya 673 porsi per bulan, atau mendapatkan pendapatan minimal Rp. 5.380.049 untuk menutupi seluruh biaya operasional. Informasi ini menjadi panduan penting bagi Bu Rima untuk memastikan usaha berjalan secara efisien.
Berdasarkan pengalaman Nasi Liwet Bu Rima, strategi pengelolaan biaya yang dapat diterapkan oleh UMKM yaitu: [1] Mengidentifikasi biaya dengan memisahan antara biaya tetap (seperti sewa tempat, tenaga kerja, peralatan) dan biaya variabel (seperti bahan baku, biaya penolong) sangat penting untuk memahami struktur biaya, [2] Efisiensi dalam penggunaan bahan baku dengan mengelola bahan baku utama seperti beras, ayam, telur untuk mengurangi pemborosan dan dapat menekan biaya produksi, [3] Penyesuaian harga jual harus ditetapkan berdasarkan margin kontribusi, yaitu selisih antara harga jual dan biaya variabel per unit, harga jual harus cukup untuk menutupi biaya variabel dan memberikan margin laba dengan langkah ini memastikan setiap produk yang terjual memberikan kontribusi positif terhadap laba, [4] Pemantauan berkala dengan menggunakan laporan keuangan seperti laporan laba rugi secara rutin untuk memahami posisi keuangan mereka dan mengambil keputusan lebih cepat.
Di tengah perubahan pasar, BVL memberikan fleksibilitas untuk memahami dampak dari perubahan pada harga jual, biaya produksi, atau volume penjualan terhadap laba. Hal ini membantu sebuah usaha mempersiapkan strategi yang adaptif untuk menghadapi fluktuasi pasar. Selain itu, analisis ini mendukung efisiensi operasional dengan membantu para pelaku usaha dalam memprioritaskan produk atau jasa yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap laba. Manfaat lainnya dapat membantu sebuah bisnis mengurangi risiko finansial dengan memberikan gambaran sensitivitas laba terhadap berbagai faktor, seperti perubahan biaya atau volume penjualan. Dengan beberapa manfaat ini, BVL menjadi alat yang sangat penting, terutama bagi para pemilik UMKM, untuk mengelola biaya secara efisien dan meningkatkan daya saing di pasar.
Tetapi meskipun analisis BVL sangat bermanfaat, pelaksanaannya tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar UMKM adalah fluktuasi harga bahan baku. Untuk mengatasinya, pelaku usaha dapat menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok terpercaya, atau membeli bahan dalam jumlah besar saat harga bahan baku sedang stabil. Selain itu, rendahnya literasi keuangan sering kali menjadi hambatan. Berdasarkan survei OJK, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68% pada tahun 2022, dan UMKM sering kali menjadi bagian dari populasi dengan pemahaman keuangan yang masih terbatas. Literasi keuangan yang rendah membuat UMKM sulit mengelola anggaran atau menggunakan alat akuntansi sederhana seperti Analisis BVL. Banyak pelaku UMKM belum memahami pentingnya pengelolaan keuangan berbasis data. Akibatnya, keputusan yang diambil sering kali tidak didasarkan pada data keuangan yang akurat, sehingga potensi laba tidak bisa dimaksimalkan. Oleh karena itu, peran pemerintah, lembaga pelatihan, dan pendampingan dari konsultan akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan edukasi praktis tentang berbagai teknik seperti salah satunya yaitu analisis BVL.
Keberhasilan Nasi Liwet Bu Rima menunjukkan bahwa pengelolaan biaya yang baik adalah fondasi dari profitabilitas UMKM. Dengan memahami konsep sederhana seperti Analisis Biaya Volume Laba, pelaku UMKM dapat menentukan titik impas, menetapkan target laba, dan menjalankan usaha dengan lebih efisien. Rekomendasi untuk para pelaku UMKM: [1] Tingkatkan literasi keuangan dengan mengikuti pelatihan atau konsultasi, [2] Akses panduan keuangan UMKM yang sederhana dan alat yang mudah digunakan untuk dapat menganalisis keuangan, [3] Kolaborasi dengan konsultan atau akademisi untuk mendapatkan pendampingan dalam penerapan strategi keuangan, sehingha pelaku UMKM dapat bermitra dengan konsultan. Dengan langkah-langkah ini, UMKM tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang lebih kuat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.