Waspada! Gaya Mager-mageran Gen-Z Beresiko Tingkatkan Penyakit Ini
Gaya Hidup | 2024-11-26 17:48:30Gen-Z adalah kata yang umumnya digunakan untuk menyebut orang-orang yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an. Lahir diera perkembangan teknologi yang pesat pastinya memberikan banyak kemudahan dalam aktivitas sehari-hari Gen-Z ini. Berbagai aktivitas seperti berkomunikasi, bermain, mencari hiburan, berbelanja, hingga membeli makanan dan minuman cukup dilakukan melalui satu benda tak bernyawa yang anehnya jika benda tersebut tidak ada maka orang-orang seolah tidak bisa hidup. Itulah handphone atau gawai. Dengan tanpa berpindah tempat pun kita tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari kita itu, namun hal tersebut malah melahirkan isu baru yang kian akrab bagi Gen-Z.
Salah satu kata yang juga telah menjadi ciri khas Gen-Z adalah Males Gerak atau ‘ Mager.
Gen-Z dan gaya hidupnya yang serba cepat seolah hanya butuh satu benda untuk mengontrol segala aktivitasnya. Kebiasaan mager-mageran ini bak penyakit yang menginfeksi Gen-Z . Kurangnya aktivitas fisik dapat berpotensi meningkatkan resiko obesitas yang saat ini tidak hanya menjadi sorotan para ahli kesehatan namun juga masyarakat luas.
Penyebab Gen-Z berpotensi menderita obesitas, antara lain :
1. Pola Makan yang Tidak Sehat
Tidak hanya teknologi saja yang berinovasi namun dunia kuliner juga turut melakukan inovasi. Pada era Gen-Z ini makanan fast food, camilan tinggi kalori, hingga minuman manis telah menjadi konsumsi mereka sehari-hari. Enggan memasak sendiri dengan alasan merepotkan dan mager membuat mereka lebih memilih makanan instan yang dinilai lebih praktis dan cepat namun tidak memikirkan efek jangka panjang terhadap kesehatannya.
2. Aktivitas Fisik yang Rendah
Kemudahan teknologi benar-benar memfasilitasi rasa malas Gen-Z. Rendahnya minat Gen-Z terhadap kegiatan-kegiatan yang memerlukan banyak energi membuat mereka cenderung melakukan kegiatan yang tidak memerlukan banyak energi dan tidak perlu banyak bergerak. Misalnya bermain game online, menonton streaming, atau hanya sekedar berselancar di media sosial. Kerap kali kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sambil nyemil. Berdiam diri dengan waktu yang lama namun tetap banyak mengkonsumsi makanan ringan ini lah yang berpotensi meningkatkan resiko obesitas.
3. Perilaku Mengolah Stress yang Masi Kurang Baik
Selain suka mager-mageran , Gen-Z juga identik dengan mudah stress. Beberapa masalah yang tengah mereka hadapi seringkali terlalu dibawa serius sehingga menimbulkan beban pikiran yang berlebihan. Jika sudah seperti itu mereka akan melampiaskannya dengan banyak makan. Mereka tidak perduli lagi akan porsi ideal konsumsi makanan dan hanya berpikir bahwa mereka akan tenang setelah melakukan hal itu.
4. Begadang
Tidur larut malam bahkan hingga tidak tidur juga merupakan salah satu kebiasaan buruk Gen-Z. Ketika sedang menyukai suatu aktivitas mereka akan menghabiskan banyak waktu hingga lupa untuk beristirahat. Kurangnya istirahat akan mempengaruhi kondisi tubuh. Jika kita kurang istirahat maka tubuh kita juga tidak akan memiliki energi yang cukup untuk melakukan kegiatan di esok harinya dan berakhir dengan bermalas-malasan .
Solusi untuk Meminimalisir Resiko Obesitas di Kalangan Gen-Z
Obesitas bukan lagi masalah kesehatan yang sepele, oleh karenanya perlu ada upaya guna mencegah terjadinya obesitas khususnya pada kalangan Gen-Z . Hal yang dapat dilakukan adalah dengan merubah gaya hidup dan komitmen yang kuat dalam melakukan upaya pencegahan obesitas secara berkelanjutan. Seperti mengatur pola makan, mengikuti kegiatan yang produktif , mengganti camilan makanan ringan dengan buah, merubah kebiasaan saat sedang stress dengan melakukan kegiatan positif , berolahraga sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu, dan memanfaatkan waktu istirahat dengan optimal.
Dengan meningkatnya kesadaran akan resiko terkena obesitas dari kebiasaan mager-mageran diharapkan Gen-Z dapat lebih bijak dalam menjalani gaya hidup sehat dan mengurangi resiko obesitas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.