Trend Makan Tanah Liat di Media Sosial : Ancaman atau Manfaat Bagi Kesehatan?
Trend | 2024-11-23 19:40:58Baru-baru ini telah beredar trend yang tidak lazim yakni trend memakan tanah liat sebagai cemilan. Namun, di Indonesia asal mula makanan ini berasal dari kota Tuban, provinsi Jawa Timur. Kebiasaan memakan tanah liat ini berawal dari masyarakat Trowulan, Kabupaten Tuban. Pada masa penjajahan dahulu masyarakat di sana mengolah tanah liat untuk dijadikan pengganti makanan utama mereka, dikarenakan sulitnya menemukan bahan makanan. Makanan ini dikenal dengan sebutan ampo. Bahkan hingga saat ini ampo masih ada di dalam acara-acara tradisi, seperti tradisi ngupati sapi. Tradisi ini dilakukan guna sapi yang dipelihara tetap sehat dan tidak cepat meninggal. Memakan tanah liat (ampo) ini juga dipercaya oleh masyarakat Tuban baik bagi pencernaan. Namun, kebiasaan yang tak lazim ini jika dikonsumsi keseringan dapat sangat berbahaya bagi kesehatan. Trend ini juga disebut dengan geophagy yaitu sebutan bagi seseorang yang suka memakan tanah liat.
Tanah seperti apakah yang digunakan?
Ternyata tanah liat yang digunakan untuk membuat ampo tidaklah sembarangan loh. Jenis tanah yang digunakan merupakan tanah liat yang berwarna hitam dengan kualitas yang baik, yang terbebas dari kotoran, kerikil maupun pasir. Tanah liat ini juga berasal dari sawah pilihan. Proses pengolahan ampo ini cukup dengan mencampurkan tanah liat dengan air yang kemudian diuleni hingga kalis, dan dibentuk kotak besar. Adonan tanah liat yang telah dibentuk tadi diserut dengan pilah bambu hingga menyerupai gulungan stik. Kemudian akan di jemur dan dipanggang di atas tungku sekitar 30 menit hingga 1 jam. Ampo sendiri memiliki aroma yang khas, seperti aspal kering yang terguyur air hujan.
Beri manfaat atau malah beri ancaman bagi kesehatan?Layaknya makanan tradisional lainnya, masyarakat Trowulan meyakini bahwa memakan ampo dapat memberikan manfaat dan sangat aman dikonsumsi, karena dari proses pembuatannya tidak ada campuran dari bahan-bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan sebagainya. Dahulu makanan ini sering dikonsumsi oleh ibu hamil untuk dijadikan alternatif ketika merasa mual, terkena penyakit kuning, hingga dipercaya dapat memperkuat janin dan dapat membantu melahirkan secara normal. Namun makin berkembangnya zaman, saat ini masyarakat maupun ibu hamil lebih memercayai pengobatan modern, seperti berobat ke bidan maupun dokter. Karena sampai saat ini masih belum ada penelitian medis yang mengungkapkan mengenai kebenaran mengonsumsi ampo bagi ibu hamil. Bukan hanya ibu hamil, masyarakat Trowulan pada saat itu juga mengonsumsi ampo untuk dijadikan alternatif pengobatan saat sakit perut, seperti mag dan diare. Namun, jika ampo ini dikonsumsi (ditelan) secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.Maraknya trend ini cukup mengkhawatirkan apabila banyak oknum-oknum yang mencoba melakukan tren yang serupa, seperti yang telah tersebar di platform TikTok. Oleh karena itu, pentingnya edukasi sebelum terbawa arus oleh trend-trend yang kurang menguntungkan, apalagi menyangkut tentang kesehatan diri.
Meskipun ampo terbuat dari tanah liat murni atau pilihan, tidak memungkiri apabila terkontaminasi secara tidak sengaja dengan tanah liat yang kotor, hal ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit tetanus. Apalagi bagi anak-anak yang mengonsumsinya, rentan membuat mereka terinfeksi oleh cacing, tertelan bakteri, rusaknya enamil gigi, dan sampai menyebabkan gangguan obstruksi pada usus.
Maraknya trend ini cukup mengkhawatirkan apabila banyak oknum-oknum yang mencoba melakukan tren yang serupa, seperti yang telah tersebar di platform TikTok. Oleh karena itu, pentingnya edukasi sebelum terbawa arus oleh trend-trend yang kurang menguntungkan, apalagi menyangkut tentang kesehatan diri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.